Menjauh

159 21 4
                                        

Hari ini menjadi hari ke dua, Karin meninggalkan ketiga saudaranya di rumah sedangkan dirinya menemani sang tante yang kesepian di apartemennya. Reynata menjadi sosok pengganti yang mengurus keperluan makan sehari-hari dan kini sudah terlihat sibuk di dapur. Harum tumis brokoli dan bakso menguar keluar dari ruangan. 

"Dug dug dug dug." samar-samar Reynata mendengar langkah terburu-buru di luar. 

"Rey, gua jalan dulu, ya." Kata Miki yang sudah rapi. 

"Lho, lu mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Reynata dengan heran. 

"Mau ketemu teman, dia minta bantuan gua buat ngerjain skripsinya dan minta pagi karena siang nanti, tugasnya harus dikumpulin ke dosen pembimbing." jelasnya. 

Reynata melambaikan sebelah tangannya, menyuruh sang adik untuk masuk, "Sarapan dulu, gua udah masak." 

Miki menggelengkan kepalanya, "Enggak usah deh, gua buru-buru. . teman gua katanya udah nyampe." 

Reynata menyilangkan ke dua tangannya kedepan dan menatap tak suka, "Gua udah sibuk masak pagi-pagi, dan lu enggak mau makan? Seenggaknya, gua bungkusin deh buat bekal. . biar enggak jajan sembarangan dan bisa irit duit." 

"Enggak usah, kak. . beneran deh, lagian hari ini gua enggak akan ngeluarin duit buat makan kok. . teman gua janji bakal traktir apapun kalau gua bisa bantu dia nyelesein skripsinya." Miki masih berusaha berkelit. 

Reynata berbalik menghadap penggorangan yang penuh dengan tumisan, "Enggak mau tahu, lu harus bawa bekal. . kalau enggak, gua enggak mau ngomong sama lu selama seminggu." katanya dengan nada datar. 

"Puk !" sebuah tangan menekan puncak kepala Miki, "Mau kemana lu pagi-pagi begini? Kencan?" Luna yang baru saja bangun dan mandi kini ikut bergabung di dapur, "wanginya harum, masak apa, Rey?" tanyanya. 

"Apa sih? Kencan pagi-pagi begini, mau kemana. ." keluh Miki, yang akhirnya ikut masuk ke dapur menunggu sang kakak ketiga memasukkan tumisan buatannya dan sepotong ayam goreng ke dalam sebuah tempat makan berwarna pink. 

Luna bergerak mengisi gelasnya dengan air, "Terus, mau kemana?" 

"Mau bantu teman ngerjain skripsi, bulan depan dia mau daftar sidang, tapi bab 2 aja belum di cc sama dosen pembimbing karena salah mulu."

"Mau bantu, apa lu yang ngerjain?" tanya Luna dengan sinis, ia bergerak menghampiri Reynata dan melihat tumisan buatannya. Ia mengambil sendok kecil dan menyiduk sedikit lauk itu. "Enak." komentarnya. 

"Iya lah, siapa dulu yang buat..." Reynata terlihat bangga karena komentar positif tersebut. 

"Mau bantuin lah, Lun. . gua juga enggak mau kali, ngerjain semuanya." jawab Miki yang menunggu dengan gelisah karena Reynata tak kunjung selesai menyiapkan bekalnya. "Reeeyy, sorry bisa lebih cepat enggak, gua udah di SMS mulu nih." 

Reynata berbalik menghampiri sang adik, "Iya iya. . nih, sekalian bawa airnya." ia meletakkan tempat makan berukuran sedang dan sebotol air. Dengan cepat, Miki memasukkan keduanya ke dalam ransel. 

"Gua berangkat dulu, yaaa.." 

"Baliknya jam berapa?" tanya Reynata. 

"Enggak tahu, soalnya setelah bab 2 selesai, mau lanjut kalau ada revisian atau ngerjain bab 3-nya." 

"Jangan malam-malam aja, pokoknya." ingat Luna. 

"Iya, maksimal jam 9 udah sampai rumah. Byee !" setelah berkata seperti itu, Miki berlalu pergi menuju pintu keluar. 

Reynata memindahkan seluruh tumisan yang sudah matang ke atas piring dan membawanya ke meja makan. Luna membantu dengan membawakan piring berisikan ayam goreng. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang