Menuju Akhir (Part 2)

181 27 2
                                    

Di rumah sakit, Miki baru bangun dari pengaruh obat setelah dua jam kepergian kedua saudaranya. Di dalam ruangan ia melihat Dani sudah duduk manis disamping tempat tidurnya sambil memainkan handphone ditangan. Menyadari kekasihnya sudah bangun, Dani mengakhiri permainannya dan mendekatkan diri pada Miki. 

"Hai, yang. . . tidurnya lumayan lama." Dani berkata dengan tersenyum sambil mengusap-usap pelan punggung tangan kekasihnya. 

"Kamu belum pulang dari semalam?" tanya Miki dengan suara yang masih lemah. 

"Enggak, kok, aku sempat pulang pas kamu pulas setelah dikasih obat sama suster." jawab Dani.

Miki mengangguk pelan, "Saudara-saudara aku lagi di kamarnya?" 

"Pagi tadi, kata Andreas, si Reynata dan Luna pamit pulang sebentar." jawab Dani. 

"Pulang? Emang mereka udah sehat?" tanya Miki lagi yang tak menyangka. 

Dani menganggukkan kepalanya, "Kayaknya udah. Dokter juga udah mengijinkan, kok. Oh iya, kamu mau makan sesuatu enggak? Ada biskuit sama buah-buahan nih." tawar kekasihnya itu. 

"Aku haus."jawab Miki. 

"Oke, bentar yah." Dani beralih mengambil sebotol air aqua yang telah ditancapkan sebuah sedotan supaya Miki bisa meminumnya tanpa harus bangun. "Nih, minumnya pelan-pelan." ia mengingatkan dengan nada penuh kasih sayang. 

"Karin kemana?" tanya Miki lagi. Ia ingat semalam saudara tertuanya itu menungguinya cukup lama sebelum akhirnya memohon pamit pulang untuk mengambil beberapa pakaian untuk menginap. "dia kesini lagi, kan?" tanyanya. 

Dani menggelengkan kepalanya, "Aku disini sampai kamu tidur, tapi Karin enggak balik lagi ke sini sampai pagi ini." 

Miki mendeham, "Mungkin, dia terlalu lelah buat balik lagi kesini." 

Dani mengangguk, "Mungkin."

Miki terdiam sejenak, mencoba mengingat siapa-siapa aja yang menunggunya hingga sadar semalam. Miki tak banyak bicara waktu itu karena tubuhnya dan kepalanya yang masih terasa sakit, hingga akhirnya dia malah kembali tidur. Setelah beberapa saat berusaha mengingat, ia tahu ada wajah yang berdiri dekat dengan Karin. Wajah yang membuatnya kesal begitu mengingatnya. Tante Talitha, si perempuan licik itu, juga datang menjenguknya. Saat ingat bagaimana liciknya perempuan itu menghasut Karin untuk membenci dirinya dan kedua saudaranya, Miki yakin semalam Tantet Talitha cuma mencari muka di depan Karin dengan bertindak seolah khawatir dengan dirinya. 

"Apa masih ada Andreas, disini?" tanya Miki kemudian pada Dani. 

"Masih, mungkin didepan sama temannya." jawab Dani. 

"Tolong kamu panggilkan dia kesini. Aku mau ngomong. Penting." wajah Miki berubah serius. 

Dani melakukan apa yang diminta saat melihat perubahan wajah Miki. Ia bergerak keluar dan mencari sosok yang dimaksudkan. Dalam kesendirian, Miki termenung. Menduga-duga apakah Luna dan Reynata sudah sempat mengatakan rekaman itu pada Andreas. Beberapa saat kemudian, Dani masuk ke dalam ruangan bersama dengan Andreas, dan Gio yang berada di belakangnya. Dani membawa mereka yang saat itu sedang minum kopi di kantin rumah sakit. 

"Nona Miki manggil saya?" tanya Andreas.

Miki mengangguk pelan, "Ndre, aku mau tanya  . . . apa Luna atau Reynata mengatakan sesuatu yang penting sama kamu? Sebuah informasi yang ada hubungannya sama kasus kecelakaan Paman Agung?" 

Andreas terlihat tak mengerti, namun merasa yakin tak ada satupun pembicaraan mengenai itu diantara dirinya dengan Luna ataupun Reynata. "Enggak ada Nona. Mereka enggak mengatakan apapun soal itu. Ada apa? Apa mereka mengetahui sesuatu soal kasus Tuan Agung?"

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang