Mempertahankan Barang Bukti

147 21 1
                                    

Beberapa jam yang lalu, Iqbal bergerak menghubungi salah satu anak buahnya yang setia untuk menjalankan rencana yang telah didiskusikan bersama Kakaknya pagi tadi. 

"Bagaimana situasi sekarang?" tanya Iqbal sambil merokok di balkon kamar hotelnya. 

"Mereka baru keluar dari rumah. Lengkap. Tiga perempuan." 

Iqbal menyesap batang rokok di mulutnya, kemudian mengeluarkan asapnya menuju udara. "Mereka pergi menggunakan apa? Transportasi umum?" tanyanya. 

"Saya masih mengamatinya, Pak. Dekat mereka ada halte busway, tapi mereka sedang menunggu sesuatu di pinggir jalan. Mungkin mereka pilih menggunakan angkutan umum biasa atau taksi." 

"Terus amati, tapi jangan putus teleponnya supaya saya bisa memberikan arahan selanjutnya." 

"Baik, Pak." kemudian hening sesaat. Iqbal menyandarkan pinggangnya pada tiang balkon sambil masih menyesap rokoknya dengan santai. "Ada mobil Ayla warna hitam yang berhenti didepan mereka, Pak. Sepertinya salah satu mobil online, karena dari gerak-gerik salah satu target kita terlihat sedang mengecek handphone, mungkin mencocokkan dengan aplikasi." 

"Oke. Ikuti mobil itu, jangan sampai hilang. Kamu udah cek situasi jalanan menuju rumah sakit?" tanya Iqbal lagi. 

"Udah, Pak. Situasi jalanan cenderung ramai lancar." 

"Kalau gitu, saat jalanan cukup sepi, jalankan rencana yang telah kuterangkan. Kamu masih ingat, kan?" kata Iqbal menguji. 

"Ya, Pak. Sebentar lagi saya akan minum obat penenang yang akan memancing rasa kantuk saya. Kemudian, menabrakkan mobil ini ke mobil target." 

"Bagaimana kalau situasinya mobilmu tertangkap dan kamu dibawa ke kantor polisi?" 

"Mungkin saya akan enggak sadarkan diri selama satu sampai dua jam, akibat dari syok kecelakaan juga. Lalu, saya akan mengaku pada polisi kalau kecelakaan terjadi karena ketidaksengajaan saya meminum obat penenang ketika menyetir. Karena, berpikir akan segera mencari hotel terdekat untuk istirahat namun ternyata saya keburu kehilangan kendali atas kendaraan saya." 

"Bagus ! Jalankan segera. Tabrak sekeras mungkin, bagus jika ada yang tewas." 

"Baik, Pak."

"Good luck, mulai saat ini, setidaknya kalau kamu ditangkap polisi dan dipenjara, saya akan bertanggungjawab mengurus dua anak kamu sampai kuliah dan saat lulus, akan kujamin sebuah posisi untuk mereka di kantorku. Aku juga akan memberikan uang yang kujanjikan kepada istrimu. Semoga beruntung." 

"Terima kasih, Pak." komunikasi kemudian terputus. 

Iqbal menghela nafas lega kemudian mematikan batang rokoknya. Membuangnya ke asbak yang tersedia pada meja kecil yang diletakkan di balkon. "Semoga bebanku berkurang hari ini." ucapnya. 

***

5 Jam setelah kecelakaan, Reynata jadi orang pertama yang sadarkan diri. Luka yang dideritanya selain lebam dibagian siku dan lengan kanan karena sempat menghantam rem tangan serta lecet-lecet yang tak membahayakan. Sabuk pengaman yang ia pakai telah membuatnya selamat dari luka serius. Luna masih dalam perawatan sedangkan, Miki dan sopir lah yang memiliki luka yang cukup parah. Ketiganya masih belum sadar. Miki harus menerima jahitan dibelakang kepalanya karena ada pecahan kaca yang menancap kala kecelakaan terjadi dan membuat kepalanya menyentuh puluhan pecahan kaca mobil di aspal. 

Saat Reynata bangun, ia melihat Andreas dan Manggala berdiri disampingnya. Begitu menyadari dia terbaring diatas tempat tidur milik rumah sakit, pikirannya melayang akan keadaan kedua saudaranya. Ia buru-buru bangkit dari pembaringannya dan membuat jarum infus yang terpasang tercabut dari kulitnya. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang