Pemulihan (Part 3)

207 19 0
                                    

Perbincangan diantara Miki dan Luna akhirnya diisi dengan materi hukum yang dipelajari Miki. Berulang kali Luna bertanya dan ditanggapi dengan senang hati oleh adik bungsunya itu. Kemudian, mereka berhenti bicara saat tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Mereka terkejut ketika mengetahui orang yang membuka pintu tersebut adalah Reynata. 

"Kak Rey?" tanya Miki yang keheranan. Apa yang sedang dilakukannya disini, bukannya dia masih harus jalanin kegiatan di asrama. Pikir Miki. 

"Halo.." Reynata berjalan menghampiri tempat tidur Luna. "Akhirnya lu udah sadar... terakhir kali gua dapat kabar dari Karin katanya lu belum sadar." ia meletakkan telapak tangannya di pundak Luna. "Gimana? Udah ada rasa-rasa mendingan, gitu?" tanyanya.

Luna menggelengkan kepalanya, "Soalnya dikasih biskuit rasa susu sama bungsu. Jadi mual." adunya. 

"Heh, itu biskuit sehat tahu." protes Miki. 

"Sehat buat lu bukan buat gua." jawab Luna. 

Reynata terkekeh. Tak menyangka, bahkan dalam kondisi sakit pun Luna masih bisa bertengkar dengan Miki. "Luna is back.

"Huh? Maksudnya?" tanya Luna yang tak mengerti. 

"Enggak apa-apa. Cepat sehat ya, Lun dan balik ke rumah. Rada aneh gua kalau ngelihat lu terkulai disini dan ngelihat tangan lu ditusuk-tusuk jarum infus begitu." katanya sambil menunjuk ke punggung tangan Luna yang tertutup dengan kapas. 

"Lu kok bisa kesini, Rey? Kan weekend, baru besok?" tanya Luna. 

"Gua ijin sama instruktur buat pulang lebih cepat. Alasan karena saudara gua ada yang sakit." jawab Reynata. Ia meletakkan tas ranselnya diatas kursi yang kosong. 

"Hemm, gua pikir kalau lagi pelatihan begitu enggak boleh ijin dengan alasan apapun." kata Miki. 

Reynata menggelengkan kepalanya, "Instruktur gua lumayan lunak kok, kalau udah berurusan sama keluarga. Apalagi, dia tahu gua sebatang kara dan yang gua punya cuma saudara-saudara gua." ia menjawab sambil menyunggingkan senyumnya. 

Reynata menyadari tatapan Luna yang berbeda karena tahu saat ini ia sedang berbohong. Ia memang belum mengatakan hal yang sebenarnya pada Miki dan Karin kalau ia sudah tidak lagi mengikuti pelatihan pramugari.

"Lu udah makan, Ki?" tanya Reynata. 

Miki menggelengkan kepalanya, "Enggak tenang gua buat cari makan kalau dia belum sadar. Lagipula, gua belum lapar banget kok."

"Jangan nunda jam makan, Ki. Mending lu sekarang cari makan, gih. Biar Luna, kakak kedua kita ini.." nada Reynata seolah mengejek, "gua yang jaga." 

Miki menimbang hingga akhirnya setuju untuk menuruti perkataan kakaknya. "Oke, deh." ia meletakkan modulnya. "Lu mau titip sesuatu, enggak?" 

"Enggak ada. Gua udah makan dan masih kenyang. Biar nanti, gua keluar pas jam makan siang." 

Miki mengangguk mengerti. 

"Gua beliin biskuit yang lain, dong Ki. Gua enggak bisa makan biskuit ini, perut gua mual."

"Iya iya. Dasar pemilih." jawab Miki yang disambut uluran lidah dari Luna. "Gua pergi dulu." sambil membawa tas selempang kecilnya. 

"Cepat balik, ya su.." kata Luna.

"Okay." Miki keluar dari ruangan dan meninggalkan Luna dengan Reynata. 


My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang