Keesokan harinya setelah pemakaman Luna selesai, Karin dan Miki menemani Reynata ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian sekaligus bertemu langsung dengan Paman Iqbal dan Tante Talitha. Setelah kejahatan mereka terbongkar, media massa beramai-ramai memberitakan kasus tersebut yang menggemparkan masyarakat karena kejamnya tindakan mereka.
Karin dan Miki menahan diri melihat Paman Iqbal dan Tante Talitha yang dideretkan bersama dengan berbelas anak buahnya diambil gambarnya oleh media, serta mendengarkan keterangan dari kepala kepolisian. Beberapa menit kemudian, para tersangka dibawa pergi ke ruangan lain untuk menemui Reynata, sebagai korban selamat, dan juga Karin serta Miki untuk mendukung kesaksian yang diberikan.
Saat melihat wajah Talitha dan Iqbal yang tertunduk malu, Karin tak lagi bisa menahan diri untuk berjalan mendekat dan memberikan tamparan keras pada wajah Tantenya, seperti dirinya yang kala itu tanpa belas kasih menampar Luna berkali-kali. Beberapa petugas dibelakang bergerak menahan tindakan Karin agar tak melampui batas.
"Perempuan sialan !" bentaknya, "aku pikir Tante orang yang baik, aku percaya sepenuhnya sama Tante karena berpikir Tante lah keluargaku, tapi ternyata Tante cuma memanfaatkan aku. Pembunuh ! Tante, pembunuh !" Karin melirik kepada Iqbal, "aku mendoakan kalian membusuk di penjara. Akan kupastikan itu, kalian mendapatkan hukuman mati atau seumur hidup. Enggak akan kubiarkan kalian menghirup udara bebas !" ancamnya dengan kedua mata melotot.
Talitha terlihat menggelengkan kepalanya dengan cepat, kemudian bersujud dibawah kaki Karin dan memandang memohon, "Tolong tolong jangan begini, Karin. . . Tante minta maaf, Tante masih punya anak-anak yang membutuhkan Tante. Tolong !" ia mulai menangis, kepribadiannya yang seperti itu sama sekali tak menunjukkan kalau dirinya adalah salah satu pembunuh berdarah dingin.
Karin memandang jijik, dan menjauhkan kedua kakinya dari jangkauan tangan sang Tante, "Enggak ada gunanya, Tante memohon sama aku. Anak-anak Tante enggak pantas diasuh sama ibu berhati jahat kayak Tante !" tolaknya dengan keras. Merasa situasi tidak kunjung kondusif karena mempertemukan tersangka dengan korban, akhirnya polisi memutuskan untuk membawa kembali Tante Talitha dan Paman Iqbal ke selnya.
Reynata, Miki dan Karin menghabiskan waktu selama 5 jam untuk memberikan keterangan. Mereka keluar dari ruangan dengan raut lesu dan kelelahan. Ketiganya keluar dengan dikawal beberapa anggota kepolisian dan anak buah Paman Agung karena banyaknya awak media yang menunggu diluar meminta informasi terbaru. Miki segera dibawa oleh Dani kembali ke rumah sakit untuk memastikan kondisinya tidak memburuk karena terlalu lama memforsir tenaga dan pikirannya. Reynata didampingi oleh Manggala pergi ke suatu tempat yang lain karena merasa enggan untuk kembali ke rumah. Andreas datang menjemput Karin karena permintaan Paman Agung.
Sepanjang setengah perjalanan menuju rumah, Karin tak mengatakan apapun. Andreas merasa tak nyaman melihat kekosongan yang terpancar pada mata perempuan di sampingnya.
"Nona, anda enggak apa-apa?" tanyanya dengan khawatir.
"Kepergian Luna. . . membuatku merasakan sakit yang sama seperti kehilangan Mama." jawabnya. "Dulu waktu Tante bilang Mama Luna lah yang membuat Mamaku menderita sampai akhir hayat, aku percaya begitu aja. . dan membuatku benci sampai muak melihat wajah Luna dan saudara-saudara yang lain. Tapi. . . setelah aku tahu, apa yang dikatakan Tante adalah kebohongan, aku berpikir justru aku lah yang sekarang menjadi penyebab Luna menderita sampai akhir hayat." Andreas melihat aliran mata turun perlahan membasahi pipi Karin. ". . . seharusnya aku juga dihukum sama seperti Tante Talitha, karena secara enggak langsung membantu melancarkan rencananya, kan?" lirihnya. ". . . aku menyia-nyiakan saudara yang begitu baik dari Tuhan." lanjutnya.
Andreas meminggirkan dan menghentikan mobilnya ke sebuah area parkir mini market. Memandangi wajah Karin yang begitu sedih serta penuh penyesalan. "Nona, kalau menurut saya, anda harus berhenti menyalahkan diri seperti ini. Luna mungkin enggak akan senang dan malah ikut sedih kalau tahu anda seperti ini." Karin tak bergeming dan terus memerhatikan area di luar jendela, "Apa yang udah terjadi adalah takdir... menjadi keputusan Tuhan. Di alam lain, Luna pasti lebih tenang sedangkan kalian harus kembali semangat untuk melanjutkan hari-hari ke depan. Jangan sia-siakan pengorbanan Luna yang menginginkan kalian enggak lagi hidup dengan beban. Berkat usahanya, para pelaku kejahatan yang membuat orangtua kalian meninggal sudah ditangkap , itu artinya mungkin Luna enggak mau kalian terus hidup dengan dibayang-bayangi identitas pembunuh yang sebenarnya. Kalau anda seperti ini, menyalahkan diri sendiri, bukannya sama aja enggak menghargai usaha kerasnya kemarin." Andreas memberikan nasihat. Karin tetap tak mengatakan apapun. Air matanya semakin deras dengan sesenggukan yang tertahan. "Tegarkan diri Nona. Luna meninggal bukan untuk membuat Nona merasa bersalah. Dia ingin melindungi Nona, dan sekarang tugasnya udah selesai."
Mendengar kalimat terakhir, Karin tak bisa lagi menahan tangis histerisnya. Dengan dua tangannya, ia menyembunyikan wajah kesedihan. Andreas merasa begitu prihatin melihat keadaan Karin, dan tergerak memeluk perempuan itu. Membiarkan bajunya basah karena air matanya.
"Bawa aku ke pemakaman Luna." kata Karin dengan suara kecil.
Andreas terhenyak mendengar permintaannya, "Apa enggak sebaiknya, Nona beristirahat dulu dan baru besok ke sana?"
"Aku mau kesana sekarang. Ada hal lain yang harus kusampaikan secara langsung." Karin menarik diri dari pelukan laki-laki dihadapannya. Mengelap secara asal cairan yang keluar dari mata dan hidungnya dengan tangan. Andreas pun menuruti permintaannya setelah memberikan tissue untuk mengusap air mata dari pipi Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
General FictionPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...