Menjauh (Part 4)

149 17 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 9 malam, dan belum ada tanda-tanda Tante Talitha telah sampai disekitar apartemen. Reynata dan Miki mulai terlihat gelisah sedangkan Luna hanya duduk diam dengan menyedekapkan dua tangannya. Rautnya terlihat tidak senang. 

"Rin, gimana? Tante lu udah ada dideket-deket sini, enggak?" tanya Reynata.

"Bentar gua telepon, dulu ya." Karin beranjak dari sofa, dengan handphone tergenggam, kemudian ia menelepon Tantenya. Namun tindakannya, terhenti ketika tombol pengamanan terdengar berbunyi seperti ada seseorang yang akan masuk. Tak lama, sosok Tante Talitha terlihat masuk. 

"Tante. Aku baru aja mau telepon lagi, buat nanya tante udah dimana." kata Karin menyambut kedatangan Tantenya. 

"Iya, maaf ya Tante kemaleman. . . tadi, pas mau pulang tiba-tiba ketemu sama teman tante yang baru dateng, dan terpaksa ngeladenin ngobrol sebentar." kata Tante Talitha menunjukkan rasa bersalahnya. "Itu, saudara-saudara kamu, ya?" tanya ketika melihat ketiga perempuan berdiri dan menatap kedatangannya. 

"Iya, Tante. . . udah lumayan lama, kita nungguin Tante." kata Karin. 

Buru-buru Tante Talitha menghampiri ketiga perempuan itu dan menyalaminya sekaligus memberikan pelukan. "Maaf ya, maaf banget Tante datangnya kelamaan. Udah lama enggak ketemu teman-teman di Indonesia, jadi pas ketemu, pada rempong dan sebisa mungkin ngelarang Tante untuk pulang cepat. Kalian udah makan?" 

Miki, Reynata dan Luna menganggukkan kepalanya. Mereka merasa sedikit canggung. "Udah kok, Tante. . tadi kita pesan Sonyaria, dan udah habis." 

"Oh gitu, ehm maaf ya Tante enggak bisa ngasih apa-apa deh. Padahal, kesempatan langka bisa ketemu sama keturunan Budiman. Kalian selama ini hidup dengan baik, kan?" tanyanya. Mereka kembali duduk. 

"Baik banget kok, Tante. Sejak dipertemukan sama Paman Agung, dan tinggal bareng, kita jadi saling bergantung sama lain." jawab Reynata. 

"Syukur, deh. . Tante senang banget, kalian terlihat sehat dan ceria, gini. Oh iya, omong-omong kalian belum ngenalin diri. Tante cuma tahu nama, tapi enggak tahu orang yang mana." kata Tante Talitha. 

"Coba dong, Tante tebak. Tante pernah lihat muka kita pas bayi, enggak?" tantang Miki. 

"Pernah lihat sekali, aja karena setelah itu terjadi banyak hal yang membuat ibu kalian hidup terpisah." jawab Tante Talitha dengan nada sedih. 

"Tapi, kalau dilihat dari wajah orangtua, pasti ada ciri khas yang bikin Tante ngenalin kita, kan?" kata Miki lagi. 

Talitha diam dan berpikir, "Ehm, Tante rasa bisa deh tebak siapa kalian."

Reynata dan Miki terlihat antusias mendengar perkataan Tante Talitha begitupun dengan Karin. Luna hanya diam saja.

Tante Talitha mulai dengan menunjuk Miki, "Kamu. . . dari sifat kamu yang lebih berani dan kayaknya talkative banget, ngingetin aku sama salah satu istri Budiman. Dia juga tipe ceria, bawel tapi seru, pokoknya enggak sepi deh kalau ada dia. . . Namanya Manda, jadi. . . kamu pasti Miki, kan?" 

"Betul !" Miki mengangkat ibu jarinya. 

"Terus, kalau kamu, aku agak hafal karena mirip sama muka bayinya." kata Tante Talitha lagi sambil menatap Reynata, "Reynata, kan?"

Reynata menangkupkan wajahnya, "Jadi, mukaku enggak ada bedanya sama muka pas bayi, ya Tan?" tanyanya. 

Tante Talitha mengangguk setuju, "Terus kamu, pasti Luna, kan? Udah pasti, karena yang tersisa cuma kamu." ia terkekeh, "cuma Tante kaget juga kamu punya ekspresi yang agak beda sama ibu Kamu, Lucy. . emm, dingin dan kaku, gitu." ia malah memberi komentar. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang