Perubahan (Part 3)

221 15 5
                                    

Pukul setengah 4 subuh, Luna sudah terbangun dari tidurnya dan kini tengah berdiri memandang keluar jendela kamarnya. Suasana diluar rumahnya masih sepi karena para tetangga yang masih terlelap tidur. Perasaannya tidak lebih baik setelah bangun tidur dan semakin pusing karena beberapa kali dia tiba-tiba terbangun.

Bosan melihat kesunyian di luar rumah, Luna bergerak mendekati meja belajar dan duduk disana. Mengambil telepon genggamannya dan melihat pesan-pesan yang masuk di aplikasi whatsapp-nya.  Dua pesan dari Arga dan Miki. Luna membuka pesan dari adik bungsunya terlebih dahulu. 

'Lun, are U okey? Lgi ada msalah, ya?'

Luna mendengus pelan. Masih ada beberapa pesan yang dikirimkan oleh Miki, dengan jeda waktu yang tak terlalu jauh dari pesan awal.

'Lun, kalo ada masalah jgn biasa dipendem sendirian. Kali aja dgn cerita, ada jalan keluar. Kalaupun enggk nemu jalan keluar, tp bisa bikin lu merasa lebih lega.'

'Abis berantem ma pacar lu, ya? Tapi, enggk putus, kan?'

Luna terkekeh tanpa suara membaca dugaan Miki. 

'Lun? Udh tidur, ya? Beneran?'

'Lun... lun... Oooi !'

'Nenek Voldemoooooorrrttttt !'

Kali ini Luna berdecak kesal saat lagi-lagi Miki menyebutnya dengan Nenek Voldemort. Padahal dirinya yakin, Miki tidak tahu seperti apa rupa nenek Voldemort karena baik difilm atau pun novel tak pernah ada gambaran nenek Voldemort. Luna membalas pesan-pesan adik bungsunya itu. 

"Berisik lu, curut. (-_-) . Gua cuma mau istirahat, tenaga gua abis di jalan." 

Ia menyeringai saat mengirimkan pesan itu. Membayangkan akan semarah apa Miki saat membaca dan bertemu dengannya pada pagi hari. Jarinya beralih membuka pesan yang dikirimkan oleh Arga. 

'Yang, lg apa?'

'Yang?'

'Uui, cantik... bls dong.'

'Pesan ini msuk enggk, y mbak? Ceklis 2 tp enggk di read2.'

'Bls dong, kakak.'

'Ucet udh dua jam, enggk di read. Kamu udh molor, y? Yang, jgn tdr msh sore. Bangun, woii!'

'...............'

'Gk diread2, aku sedih :( '

'Merana.'

'Sepi.'

'Sunyi.'

'Sndiri.'

'Ini udh psti molor. Aku jg ikutan molor deh, kali ketmu di mimpi. Mau ngomel2.'

Luna menahan tawanya agar tidak menganggu kedua saudaranya yang masih tidur. Kemudian, jarinya mulai mengetik pelan diatas keypad untuk membalas pesan Arga yang menurutnya sangat konyol. 

'Sorry, aku ketiduran dr sehabis adzan isya' . Lelah bnget. Btw, bhasa kamu mkin lebay aj, kyak cowok terong-terongan. :D ' 

Luna meletakkan kembali handphone-nya . Ia berniat untuk mandi saja, karena nampaknya matanya sudah terlalu segar untuk dipejamkan. Perempuan itu mengambil handuk berwarna merah muda yang disampirkan dipaku yang terpasang disisi lemari pakaiannya. Kemudian, bergerak memasuki kamar mandi. 

***

Di kamar lain, Miki juga sudah terbangun sejak pukul 3 pagi. Ia sedang mempelajari makalah didalam laptopnya. Konsentrasinya terpecah saat melihat handphone-nya bergetar diatas meja belajarnya. 

Ia terheran-heran melihat pesannya semalam dibalas oleh Luna dijam-jam seperti ini. Namun ekspresi herannya seketika berubah jadi kesal karena membaca pesan itu. 

"Ih si kampret. Sembarangan nyamain gua ama curut." gumamnya. 

'Lu dikhawatirin, malah ngatain gua curut. Enggk nyadar dirinya mirip ma kampret. Ngezelin ("-_-) Lu emng udah bangun atau kebangun, Lun? Jam segini baru bls WA gua. Semalem pules bgt, emng?'

Miki meletakkan handphone-nya dan kembali fokus dengan makalah didalam laptopnya. Jarinya dengan lincah menuliskan hal-hal penting kedalam buku catatan berwarna merahnya dengan pulpen. Sejak masih di Pare, Miki memang terbiasa bangun pukul 3 dini hari untuk belajar. Karena, menurutnya diwaktu itulah otak lebih fokus untuk mempelajari dan menyerap ilmu baru. 

Meskipun kewajibannya menjadi anak kuliah sudah lama usai, namun ia tidak akan membiarkan ilmu-ilmu yang dulu dipelajari selama di kampus hilang begitu saja. Ia selalu mencari contoh-contoh kasus terbaru diinternet dan menganalisanya sendiri. Selama di Pare, ia selalu digoda oleh teman-temannya dengan julukan kutu buku karena terlihat selalu belajar dan bahkan bangun dini hari untuk melakukan kegiatan yang menurut sebagian besar anak muda sangat membosankan sekaligus menyebalkan. Namun, itu tak menurunkan semangatnya karena ia yakin otaknya harus selalu mendapat asupan ilmu baru. Apalagi, kalau dirinya mau kuliah di luar negeri dengan jurusan hukum, tentunya ia harus memiliki wawasan luas agar bisa lolos tes dan diterima di Universitas pilihannya. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang