Sore harinya, pukul setengah enam, Andreas bergerak tergesa-gesa menuju ruang perawatan Paman Agung dengan sebuah amplop cokelat ditangan kanan dan tas jinjing berisi laptop disebelah kiri. Begitu masuk ke dalam ruangan, ia melihat Paman Agung sedang memakan buah, jatah camilan yang disediakan oleh rumah sakit, sebelum menuju makan malam.
"Tuan, hasilnya sudah keluar." katanya.
Paman Agung berhenti makan dan menunggu Andreas menghampiri tempat tidurnya.
"Ternyata, kecelakaan yang Tuan alami memang disengaja. Ada seseorang yang tertangkap kamera cctv mendatangi mobil Tuan saat Fathir mengantar perempuan paruh baya ke jalan besar. Orang itu menyusup ke bawah mobil dan melakukan sesuatu. Tapi, saya belum bisa memastikan apakah kemunculan perempuan paruh baya adalah sebuah pengalihan perhatian Fathir. Kami masih mencari alamat tempat tinggalnya dan bekerjasama dengan data dari kepolisian."
"Bisa saya lihat rekamannya?" pinta Paman Agung.
Andreas mengangguk, kemudian mengeluarkan laptop dari tasnya dan sebuah flashdisk dari dalam amplop.
"Apa wajah pelaku yang menyusup ke bawah mobil bisa dilihat dengan jelas?" tanya Paman Agung lagi sambil menunggu Andreas menampilkan video rekaman cctv.
"Cukup jelas, Tuan. . . dan saat ini polisi sedang berusaha membuat sketsa wajahnya untuk mempermudah pencarian orang tersebut."
"Apa hanya ada satu orang yang terlihat?" tanya Paman Agung lagi.
"Belum bisa dipastikan ada berapa orang di tempat kejadian, tapi yang terlihat di cctv hanya satu." jawab Andreas lagi. Rekaman sudah siap, ia membiarkan Paman Agung menonton dan menelitinya. Suasana ruangan kemudian berubah hening karena konsentrasi dua orang yang terpusat pada layar laptop.
***
Luna dan Reynata telah berada di depan gedung apartemen Tante Talitha. Mereka mendatangi meja resepsionis sekaligus informasi untuk menanyakan keberadaan Karin atau Tante Talitha di apartemennya.
"Ada yang bisa saya, bantu Kak?" sapaan ramah terlontar dari mulut seorang resepsionis perempuan berparas cantik.
"Mbak, kami mau bertamu ke apartemen Ibu Talitha. Tapi, kami enggak tahu apakah orangnya ada di tempat atau enggak. Kami udah beberapa kali menghubunginya tapi enggak diangkat, mungkin sedang sibuk atau beliau ada alasan lain sehingga enggak mengangkat teleponnya. Apakah Mbak bisa menghubungi apartemennya, mencari tahu kalau Ibu Talitha ada disana atau mungkin keponakannya, yang bernama Karin?" kata Reynata dengan ramah.
"Baik, saya coba hubungi. Kalau boleh tahu kakak ini namanya siapa?"
"Reynata."
"Baik, tunggu sebentar, yah." kata resepsionis itu lagi sebelum beralih menekan nomor pada teleponnya. "Halo, selamat sore. Saya Christa, resepsionis di lantai satu. Ada tamu bernama Reynata ingin bertemu dengan Ibu Talitha, apakah mereka diijinkan untuk ke atas?"
Jeda sejenak, "Oh begitu, sebentar saya sampaikan." lalu resepsionis itu menatap Reynata, "Ibu Talithanya belum kembali ke apartemennya, kak."
"Terus, itu siapa yang angkat?"tanya Reynata lagi.
"Maaf, ibu. . tamu ibu Talitha bertanya nama ibu." kata Resepsionis itu lagi terhadap si penerima telepon. Lalu, ia melihat kembali ke Reynata, "Ibu Karin."
"Boleh saya ngomong langsung?" ijin Reynata.
Resepsionis itu mengangguk, "Ibu Karin, tamunya mau ngomong sama Ibu." jeda sejenak, "Baik." lalu menyerahkan gagang telepon pada Reynata.
"Halo, Rin?" sapa Reynata.
"Ada apa? Tante Talithanya belum pulang." nada Karin masih sama ketusnya dengan perdebatan kemarin.
"Enggak apa-apa kalau Tante Talithanya belum pulang, tapi bisa enggak gua ngomong sebentar sama lu? Yaa, sambil sekalian nunggu kepulangan Tante Talitha." kata Reynata seramah mungkin.
"Mau ngomongin apa?" tanya Karin.
"Ada hal penting yang mau gua omongin, Rin dan harus sekarang. Karena, kalau nanti-nanti, khawatir lu keburu pergi kuliah ke luar negeri." kata Reynata, "setelah ini, gua janji--bahkan Luna dan Miki juga enggak akan ganggu kehidupan lu lagi. Kita enggak akan muncul dihadapan atau menghubungi lu."
Luna memerhatikan Reynata yang sedang bicara. Nadanya terdengar serius. Membuat seolah pertemuan hari ini dengan Karin adalah untuk terakhir kalinya.
"Oke. Naiklah keatas." jawab Karin, yang kemudian langsung memutusan percakapan.
Reynata mengembalikan gagang telepon pada sang resepsionis. Lalu, bersama dengan Luna, mereka mengucapkan terima kasih pada resepsionis tersebut sebelum naik lift menuju apartemen Tante Talitha.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Siapkan diri ya readers ^_^ karena seringnya update dalam satu hari, menandakan kalau sebentar lagi My Lovely Sisters 2 akan tamat, nih~
Cuuusss, nantikan part-part berikutnya !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
General FictionPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...