Musuh (Part 3)

137 17 2
                                    

"Halo, Karin. . . apa kabar?" tanya Reynata ketika Karin membukakan pintu dengan wajah tanpa antusias. 

"Biasa aja." Karin menatap Luna, yang tak menyapanya. "Silahkan masuk." Karin menggiring kedua saudaranya ke ruang tamu. "Kalian mau minum sesuatu?" tanyanya dengan nada datar. 

"Boleh. Apa aja." jawab Reynata. 

"Lu?" pertanyaan Karin mengarah pada Luna yang sedari tadi tidak mengatakan apapun. 

"Samakan aja kayak Rey. Makasih." jawab Luna. 

Karin beralih menuju dapur dan menyiapkan jus jeruk instan yang disediakan Tantenya dalam lemari es. Tak memakan waktu lama, Karin kembali dengan nampan berisi dua gelas jus dan setoples cheese stick. Ia memberi isyarat pada kedua saudaranya untuk menikmati makanan dan minuman itu. Reynata langsung menyeruput sedikit jus didepannya sedangkan Luna tidak melakukan apapun selain menatap saudara tertuanya.

"Jadi, apa yang mau lu omongin, Rey? Katanya penting." tanya Karin tak mempedulikan pandangan Luna terhadap dirinya. 

"Tentang masalah kemarin." jawab Reynata, "gua mau kita meluruskan perdebatan semalam." 

"Apa yang harus diluruskan?" tanya Karin, "bukannya udah gua bilang, keputusan gua bulat buat ambil kuliah di luar, dan gua akan tinggal disini sampai pengurusan visa dan passport selesai." 

"Kita enggak mempermasalah keputusan lu yang itu. . . tapi, kita mau tahu bagaimana lu bisa tiba-tiba memutuskan hal itu dalam waktu yang singkat." jawab Reynata. "lu bilang Tante Talitha, kan yang mendukung lu? Boleh kita tahu, dia bilang apa aja?" 

"Kenapa itu begitu penting buat kalian?" Karin bertanya balik. 

"Cuma penasaran." jawab Reynata, "Lagipula, kemarahan lu kemarin agak aneh aja. Sampe bilang muak dan benci. Jadi, gua pikir mungkin omongan Bibi lu ada yang mengundang salah paham lu ke kita." 

"Enggak ada." Karin segera menjawab dugaan yang disampaikan oleh Reynata, "gua berkata begitu karena asumsi sendiri. Enggak ada sangkut pautnya dengan perkataan Tante gua yang bikin gua salah paham." ia memandang tajam pada saudara ketiganya. 

"Yaaa, mungkin emang dugaan gua meleset." jawab Reynata.

"Kalian datang cuma mau tahu soal ini? Terus, untuk apa kalian mau ketemu sama Tante Talitha?" 

"Masih tentang permintaan maaf langsung waktu itu. . ." kali ini Luna yang menjawab, "gua berpikir seenggaknya gua udah melakukan apa yang lu mau sebelum lu pergi." 

Karin mengangguk pelan dengan alis naik sebelah, "Bagus deh kalau lu menganggap masalah itu belum selesai." ia kemudian berdiri menuju telepon yang diletakkan disamping meja televisi. Karin menekan nomor telepon Tantenya. Belum sempat terhubung, dia mendengar pintu apartemen terbuka dan memunculkan wajah Tante Talitha.

"Oh, Tante udah sampai? Aku baru aja mau telepon." sambut Karin. Tante Talitha agak terkejut melihat kemunculan dua tamu di apartemennya. 

"Eh, ada tamu?" sapanya dengan ramah. 

"Iya, Tante baru sampai ternyata." balas Reynata yang berdiri menyambut kedatangannya. Luna melakukan hal yang sama namun hanya memberikan senyuman. 

"Iya, hari ini aktifitas Tante agak sibuk menjelang kepulangan besok. Kalian udah lama?" tanya Tante Talitha yang kemudian memelukan kedua perempuan muda dihadapannya. Ia bersama Karin kemudian mengambil tempat duduk yang sama. 

"Enggak, kita baru sampai kok." jawab Reynata. 

"Mereka datang mau ketemu sama Tante." kata Karin. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang