Liburan (Part 4)

434 30 3
                                    

Luna membawa Arga masuk keruang keluarga, dan mendudukkannya disofa. "Lu mau dibikinin minum, apa?" tanyanya. 

Arga menyandarkan punggungnya, dan tidak mau menatap Luna, "Terserah yang mau nyajiin aja." ujarnya dengan nada datar. 

Luna segera berbalik keluar dari ruangan menuju dapur. Ia tak merasa sakit hati dengan respon yang diberikan oleh kekasihnya karena berpikir memang sudah seharusnya dia marah. Luna mengambil sebotol sirup jeruk dari kulkas dan menuangkan secukupnya kedalam gelas. Botol sirup ia masukkan kembali dan berganti dengan mengambil es batu dari freezer.

Setelah selesai meracik minuman, ia mengambil beberapa cookies cokelat yang dari lemari khusus camilan. Ia melangkah kembali keruang keluarga dengan nampan berisikan cookies diatas piring dan segelas sirup jeruk yang dingin. Arga menatap kedatangannya. Raut wajahnya belum berubah, masih kesal. Luna meletakkan pelan-pelan nampan itu diatas meja. 

"Gua kekamar dulu, sebentar." Luna pergi begitu saja menuju kamar. Arga menyeruput minuman yang disajikan dan memakan cookies disampingnya. 

Tak lama, Luna kembali dengan membawa goodie bag ditangannya. Kemudian, dia duduk disamping Arga yang baru saja menghabiskan minumannya. "Nih, hadiah buat lu." 

Arga menerima barang itu kemudian meletakkannya diatas meja, "Nyogok, ya biar gua enggak marah lagi?" tanyanya masih dengan nada datar. 

Luna menggelengkan kepalanya, "Enggak, kok. Itu emang sengaja gua beli buat oleh-oleh. Sorry, gua enggak ngabarin. Niatnya mau bikin surprise tapi udah keburu dihubungin lu duluan." 

"Suprise itu harusnya bikin orang senang, kan yah?" tanya Arga, "Tapi, kok gua malah ngerasa sebaliknya." 

Luna menghela nafas panjangnya, ia paling tidak suka kalau harus masuk kedalam konflik yang berkepanjangan. "Jadi, maaf aja enggak cukup? Lu mau gua ngapain lagi? Atau gua balik lagi aja ke Inggris terus ngabarin lu dulu kalau gua mau balik dan bikin surprise, baru gua berangkat ke Indonesia." Luna memandang Arga. Kemudian, berdiri. "Oke, gua siap-siap dulu deh." 

Arga buru-buru menarik tangan Luna, hingga ia kembali duduk. "Lu enggak punya ide yang lebih gereget ? Mana mungkin sih ngulang lagi, lu bego apa? Lagian emang lu punya duit buat bolak-balik kayak gitu? Beli pulsa aja enggak mampu. Ngeselin banget sih, lu." 

Luna dengan santainya mengendikkan dua bahunya, "Terus, gua harus gimana biar lu enggak marah lagi?" 

Arga menyipitkan dua matanya dan malah perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Luna hingga perempuan didepannya memundurkan tubuhnya. Dia tidak mau melakukan hal-hal aneh dengan Arga dirumahnya. Namun, diluar dugaan Arga mengarahkan tangannya ke kedua pipi Luna dan mencubitnya hingga bibir Luna menjadi lebar karena tertarik. 

Luna berusaha melepaskan tangan Arga dari pipinya karena sakit dicubit seperti itu, "Ga, Arga lepasin, Ga. Ini pipi buat karet! " katanya sambil meronta-ronta "Aaaaaargh." rontaan ini berganti dengan teriakan pelan. Arga semakin gemas melihat wajah Luna yang malah semakin manis ketika meronta seperti itu. 

Arga melepaskan cubitannya dan menghela nafas lega. "Hafh, akhirnya mood gua balik lagi." 

Luna menangkupkan tangannya ke pipinya dan dengan dua mata yang berair, ia menatap kekasihnya dengan kesal. Lalu, menutupi seluruh wajahnya dengan dua tangan. Terdengar isakan pelan darinya yang membuat Arga menoleh kearahnya. 

"Jangan sok akting nangis, deh..." 

Tak ada jawaban dari Luna, dan ia masih menutupi wajahnya dengan tangan. 

"Lun?" Arga mencolek pundak kekasihnya itu. 

Luna mengangkat wajahnya dan memperlihatkan air mata yang mengalir. Dua pipinya juga terlihat merah akibat cubitan Arga tadi. 

"Lha, lu nangis beneran?" Arga terlihat kaget melihat Luna benar-benar menangis.

"Bego." gumamnya kearah Arga, "Sakit, tahu."

Arga bergerak untuk melihat wajah kekasihnya itu, yang tak disangka ternyata dia sudah mencubitnya terlalu keras. "Sorry, gua enggak maksud. Beneran... Perasaan, tadi nyubitnya enggak pakai tenaga." katanya sambil mengelus-elus pipi kekasihnya itu. 

Luna menghempaskan tangan Arga dari pipinya. Membuat Arga tersentak dan berpikir Luna benar-benar marah dengan perlakuannya. "Maaf." Arga mencoba sekali lagi menyentuh tangan Luna dan lagi-lagi malah menghempaskannya. 

Tanpa diduga oleh Arga, dengan cepat dua tangan Luna menyambar pipi Arga dan mencubitnya dengan keras. Menarik-nariknya hingga kulit wajah Arga terlihat melebar. 

"A-a-aaaa-aaaa, Lun." kini gantian Arga yang meronta-ronta karena kesakitan. Namun, Luna tetap tak peduli dan masih mencubit pipi kekasihnya itu sebagai aksi balas dendam. 

"Impas." kata Luna yang akhirnya melepaskan cubitannya. Arga memutar-mutar kulit wajahnya agar rasa panas akibat cubitan tadi cepat hilang. Sedangkan, Luna mengusap air matanya dengan telapak tangan. 

"Ck !" Arga berdecak kesal. "Ngomong-ngomong, besok kita jalan, yuk?" ajak Arga yang masih mengusap-usap pipinya. 

"Pengen sih, tapi rencananya gua juga mau jalan-jalan sama saudara-saudara gua." jawab Luna yang juga masih mengusap-usap pipinya. "Baru rencana dan belum tahu kapan mau pergi atau tempat tujuannya."

Arga mengangguk-anggukkan kepalanya, "Hmm, kalian mau jalan-jalan selama 4 hari?" tanyanya lagi. 

Luna mengendikkan bahunya, "Belum tahu, mungkin mau dibahas malam ini kalau semuanya ngumpul." 

Arga menghela nafas panjang. Ia kecewa dengan rencana yang didengarnya dari Luna. Arga mengerti kalau yang rindu dengan kekasihnya itu bukan hanya dia, dan lagi Luna pasti berharap bisa menghabiskan waktu dengan keluarganya. 

Luna memperhatikan raut kekasihnya itu, dan mengerti kalau dia pasti kecewa setelah mendengar perkataannya. Dia sendiri pun ingin menghabiskan satu hari penuh bersama Arga, tapi saudara-saudaranya juga sangat penting untuknya. "Gimana kalau Minggu?" 

Arga menoleh, "Enggak apa-apa, lu asal mutusin hari kayak gitu?" tanyanya. 

"Sekedar rencana enggak apa-apa, kan? Nanti gua bilang ke saudara-saudara gua, kalau dihari Minggu gua punya acara pribadi." 

Kini raut kekecewaan Arga berubah menjadi lega, "Oke, nanti lu kabarin gua yah?" 

"Oke." 

Arga mengambil sekeping kue lagi dan memasukkan kedalam mulutnya. Lalu, ia berdiri. "Ya udah, sekarang gua pulang dulu. Udah sore, enggak enak kalau rumah lu jadi omongan tetangga karena terima tamu cowok." dia mengambil goodie bag diatas meja. "By the way, thanks ya. Tapi, ini apa sih?" 

"Nanti lu cek aja kalau udah sampai rumah." 

Arga mengangguk mengerti, kemudian bersama Luna, ia melangkah keluar rumah.

"Jangan lupa kabarin gua, kalau hari Minggu kita jadi jalan." kata Arga. 

"Iya, selesai diskusi gua langsung telepon deh." 

Arga mengacungkan jempolnya, "Sip. Gua balik." 

Luna melambaikan tangan dan memberikan senyum terbaiknya hingga kedua matanya menyipit yang membuatnya semakin manis serta menggemaskan. "Hati-hati dijalan." 

Melihat senyum itu, Arga kembali mendekati Luna dan memeluknya dengan erat sampai perempuan dalam dekapannya kesulitan bernafas. "Manisnyaaaa." kemudian melepaskannya dan mengecup pipi kanan Luna yang masih merah karena cubitannya. Menoel pipi itu sambil tersenyum, "Bye bye." 

Arga melangkah menjauh. Luna yang masih berdiri didalam pagarnya, menatap kepergian kekasihnya itu dengan wajah bingung. Jantungnya terasa berdegup kencang. Kemudian, ia menangkupkan lagi pipinya dengan dua tangan. "Kok tiba-tiba panas ya." ia mengipas-ipaskan pipinya yang terasa panas. Setelah itu, buru-buru Luna mengunci pagar dan kembali kedalam rumahnya. 




My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang