Tindakan yang diambil oleh Tante Talitha setelah mengetahui kalau rekaman itu telah bocor ke pihak lain benar-benar diluar dugaan Luna dan Reynata. Keduanya dipaksa digiring menuju lantai dua kemudian diikat dengan tali yang kuat. Mereka tak melawan karena khawatir akan menerima perlakuan yang lebih kasar. Beberapa saat kemudian, seorang pria datang terburu-buru menghampiri Tante Talitha yang hanya memerhatikan mereka diikat.
"Nyonya, maaf membuat anda menunggu." kata pria itu.
Tante Talitha menatap kedatangan pria itu, "Kamu berhasil lolos, Bambang. Bagaimana situasi disana? Apa mereka mengetahui keberadaanku?"
"Sepertinya orang-orang itu berhasil melumpuhkan teman-teman saya yang lain dan membebaskan Nona Karin." jawab laki-laki bertubuh gempal namun kekar itu. "Saya enggak mengatakan apapun mengenai lokasi disini, tapi saya enggak yakin ketiga temanku mau menutup mulut jika mengalami penyiksaan."
Terdengar suara gemeretak gigi darinya karena menahan kesal, "lalu, ada informasi lainnya yang kamu tahu?"
"Salah satu dari mereka memperkenalkan diri sebagai Andreas, dan mengatakan mencari Nyonya. Saat saya tanya keperluan mereka mencari Nyonya, dia hanya bilang ada yang ingin ia konfirmasi. Lalu, tiba-tiba Nona Karin mengetuk-etuk pintu kamar dan berteriak meminta dibukakan pintu. Hal itu membuat mereka curiga dan memaksa masuk untuk memeriksa." jawab Bambang.
"Lalu, bagaimana kamu tahu mereka mendapatkan rekaman itu?"
"Saat berhasil kabur dari tangkapan mereka, saya kembali lagi ke apartemen Nyonya tapi enggak masuk. Ketiga rekan dari orang bernama Andreas itu sibuk melumpuhkan teman-teman saya, kemudian melihat Nona Karin dan laki-laki itu mengobrol tidak jauh dari ambang pintu apartemen. Saat itulah, saya mendengar dia membahas soal rekaman dan saya paham nampaknya mereka tahu Nyonya Talitha terlibat dalam rencana pembunuhan pengacara itu. Setelahnya, saya kembali menjauhi apartemen dan buru-buru menghubungi Nyonya." terang Bambang.
Luna dan Reynata hanya bisa terdiam mendengar pengakuan anak buah Tante Talitha. Luna menghela nafas panjang karena tahu Andreas tidak menjalani permintaannya. Nyonya Talitha memberikan anggukan, kemudian melirik pada dua perempuan yang didudukkan pada dua kursi dengan tangan dan kaki terikat.
"Kalian masih mau bilang enggak membocorkan rekaman itu?" tanya Tante Talitha.
Luna menatap perempuan berwajah dingin itu, "Aku yang memberikannya pada Andreas, jadi Tante enggak perlu melampiaskan kemarahan pada Reynata dan biarkan dia pulang." Reynata terkejut mendengar pengakuan dan permintaan saudaranya.
"Lu ngomong apa sih, Lun?" bisik Reynata.
"Aku yang berkhianat dengan enggak menepati janji pada Tante. Reynata enggak tahu soal tindakan itu hingga pagi tadi." Tante Talitha menampar keras wajah Luna hingga membuat kepalanya terlempar ke sisi kanan. Reynata tercekat melihat Luna mendapati perlakuan yang begitu kasar.
Tante Talitha mengarahkan tangannya dan mencengkeram pipi Luna dalam satu tangkupan, "Jadi, kamu berpikir mau mempermainkanku, ya? Berpikir kalau aku bisa dibodohi mentah-mentah?" Luna yang merasa syok dengan tamparan yang begitu kuat tak bisa menjawab apapun selain menatap perempuan dihadapannya. "sejak kapan kamu memberikan itu?"
"Pagi ini . . ." jawab Luna dengan suara tak lagi lantang. Tante Talitha kembali menampar kuat pipi Luna hingga sedikit darah terlihat keluar dari sudut bibir kirinya.
"Tante, tolong jangan kayak gitu ! Luna belum sehat betul, kalau mau marah silakan sama aku." Reynata memprotes dan khawatir melihat keadaan Luna yang tak bergeming.
Tante Talitha melirik tajam ke arah perempuan muda disampingnya, "Jangan coba-coba mengajakku bicara." ancamnya, kemudian kembali beralih pada Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Fiction généralePertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...