Liburan (Part 3)

470 31 3
                                    

Selesai menghabiskan makan siang, Miki membantu Luna membereskan piring dan gelas yang kotor serta menutup lauk-pauk yang masih ada dengan tudung saji. Selesai mencuci piring dan gelas bekas pakainya, Miki berpikir untuk kembali ke kamarnya karena kepalanya yang semakin pusing dan suhu tubuh yang semakin panas. 

"Kak, gua ke kamar dulu, ya. Kepala gua pusing banget." kata Miki pada Luna yang hendak melangkah menuju ruang keluarga untuk menonton televisi.

Luna menganggukkan kepalanya, "Perlu minum obat sakit kepala dulu, enggak? Biar pas bangun, kondisi lu lebih baik." 

"Gua masih nyimpen obat antibiotik kok ditas." jawab Miki yang telah melangkah menaiki tangga. 

"Oke." Keduanya terpisah. Luna menyalakan televisi dan langsung mencari channel yang mungkin akan memutar acara kesukaannya. Setelah beberapa kali menekan tombol remote akhirnya dia menemukan film yang menarik yaitu Barbie and The Diamond Castle.

Beberapa menit kemudian, acara terpotong dengan iklan dan Luna memilih pergi ke kamarnya untuk mengambil handphone yang ia letakkan diatas meja belajarnya. Saat sudah mendapatkan handphonenya, ia memeriksa dan menemukan ada lima panggilan tak terjawab. 4 panggilan dari Arga, kekasihnya dan satu lagi nomor yang tak ia kenal. 

Ia bergerak turun kembali ke ruang keluarga sambil menghubungi kekasihnya itu. 

"Halo !? Heh, cumi kenapa enggak ngangkat telepon? Lu lagi selingkuh, ya dikampus?" 

Sebelah alis Luna naik saat mendengar tuduhan dan nada marah-marah dari Arga. Entah kenapa, setelah resmi berpacaran Luna jadi semakin bisa melihat kalau Arga adalah tipe yang sangat protektif dan senang menuduhnya macam-macam. 

"Handphone gua lagi dikamar dan mode silent, jadi gua enggak dengar lu telepon." jawab Luna dengan santai. Ia kembali duduk disofa dan menonton kembali acara kesukaanya yang telah dimulai. 

"Ck, kebiasaan deh lu handphone senang banget di silent bikin orang mikir macem-macem." 

"Lagian, lu suudzon banget sih. Pake bilang gua selingkuh. Kalau gua itungin, dalam seminggu ini lu udah ngomong kayak gitu sebanyak 50 kali tahu, enggak?" 

"Hahaha, lu rajin banget pake diitungin. Namanya juga LDR, ya wajarlah gua jadi khawatir kalau lu bakal main serong dibelakang gua." 

"Lu lebay. Gua kok biasa aja, enggak pernah nuduh lu macem-macem." 

"Yaaa karena kenyataannya gua emang enggak akan main belakang makanya lu percaya sama gua." kata Arga dengan nada penuh percaya diri. 

"Bukan. Tapi, gua yakin enggak ada lagi cewek yang mau sama lu. Enggak ada duitnya." jawab Luna. 

"Weeeizz, heh sembarangan aja kalau ngomong. Dari luar aja gua kelihatan kere padahal mah dalemnya..." 

"Melarat." Luna meneruskan perkataan Arga yang belum selesai. 

"Enggak, melarat juga kali. Gini-gini gua udah kerja jadi proofreader dikantor penerbit. Nah, elu sama sekali belum berpengalaman kerja dikantoran, kan?" 

Luna menghela nafas panjang, "Lu tuh sebenarnya telepon gua selain buat nuduh-nuduh tapi juga mau pamer, yah? Gua tutup deh teleponnya." 

"Eh,jangan !" teriakan Arga membuat Luna harus menjauhkan handphone-nya dari telinga. "Lu enggak kangen apa sama gua? Kita udah setahun enggak ketemu, lho." 

"Ck, tinggal bilang kangen aja pake nuduh-nuduh dulu." kata Luna. "Iya, gua kangen. Kangen banget." Luna memperdengarkan nada yang manis.

"Kalau kangen kenapa lu enggak ngehubungin gua? Kenapa gua mulu yang harus telepon." 

"Enggak punya duit buat beli pulsa lagi, lu tahu sendiri kan gua belum berpengalaman kerja dikantoran." Luna sengaja menekankan kalimat terakhirnya. "Enggak kayak lu, yang udah berpengalaman." 

"Hmm, baper deh. Omongan gua tadi diungkit." jawab Arga. 

"Enggak baper, tapi emang kenyataan kan." jawab Luna dengan lebih santai. 

"Terus, gimana?" 

"Apanya yang gimana?" 

"Katanya kampus lu bakal libur 3 bulan, lu enggak ada rencana buat pulang dulu ke Indonesia. Katanya kangen sama gua." 

"Iya, kampus gua udah mulai libur kok. Sekarang, gua udah di Indonesia dan sampai dirumah kemarin sore." saat Luna selesai menjawab tiba-tiba sambungan terputus begitu saja. "Lha, kok putus?" Luna memeriksa handphone-nya yang menemukan kalau kapasitas baterainya masih 80%. 

Ia melangkah keluar menuju telepon rumahnya yang diletakkan dekat tangga. Luna bermaksud menghubungi Arga kembali. Ketika menunggu sampai 7 kali nada sambung, Arga tak mengangkat teleponnya. Luna mencoba sebanyak 5 kali namun tetap tidak diangkat oleh kekasihnya. 

Luna berhenti menghubungi dan kembali keruang keluarga. Ia mengetikkan pesan yang isinya menanyakan kenapa tiba-tiba sambungan komunikati mereka terputus dan Arga yang tak kunjung mengangkat teleponnya. Setelah dikirim, Luna kembali menonton film Barbie sambil berpikir mungkin saat menelepon tadi sebenarnya Arga sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai proofreader

Dua jam kemudian, film Barbie yang ditontonnya telah habis dan Luna memilih mematikan televisi. Sambil tidur-tiduran ia memeriksa pesan yang dikirimkannya untuk Arga melalui whatsapp.  Tidak ada balasan namun pesannya telah dibaca.

Luna melihat jam di handphonenya  yang sudah menunjukkan pukul 04.30 sore. Ia berpikir mungkin ada baiknya kalau 30 menit lagi ia menghubungi Arga. 

'Trang Trang Trang !' 

Luna bangkit dari tidurnya saat mendengar ada seseorang yang menggerakkan pagar rumahnya. 

"Permisi !" 

Luna mengenali suara itu. Buru-buru ia melangkah menuju pintu luar untuk memastikan identitas orang yang berada diluar pagar itu. 

"Arga?" Luna langsung melangkah keluar untuk membukakan pagar. "Lu kok bisa disini?" 

Arga tak menjawab. Ia terlihat terengah-engah dan berkeringat. "Lu tuh ya.." ia berkata dengan tersengal-sengal. Rautnya terlihat kesal. Tatapannya begitu tajam saat melihat kearahnya kemudian dia berpaling kearah lain lalu menatapnya lagi.

Otak Luna langsung memikirkan alasan Arga menunjukkan raut kesal padanya. Ia memiliki dugaan kalau tadi Arga sengaja mematikan sambungan teleponnya karena langsung menuju kesini setelah mendengar Luna berada di Indonesia. "Masuk dulu , yuk. Kita ngobrol didalam aja." ajak Luna yang yakin setelah ini Arga akan mengomelinya karena tak mengabari tentang kepulangannya. 

Arga bergeming dan masih memberikan tatapan yang memojokkan Luna. Terlihat jelas, kalau dia ingin Luna merasa bersalah. 

"Iya, gua salah karena enggak ngabarin lu kalau udah pulang. Maaf ya, lu boleh kok ngomelin gua setelah ini. Tapi, lu masuk dulu yah." ajak Luna. Arga menghela nafas panjang sebelum akhirnya bergerak karena Luna menarik lengannya untuk ikut masuk. 




My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang