Liburan (Part 8)

405 29 8
                                    

"Ki, lu mau makan dikamar atau dibawah?" tanya Karin pada Miki yang belum beranjak dari tempat tidurnya. Disana juga ada Reynata yang sedang memegangi mangkuk sup yang sudah kosong.

"Gua enggak laper, kak. Mau tidur aja." jawab Miki. 

Karin melangkah mendekati adiknya itu dan meletakkan telapak tangan dikeningnya untuk memeriksa jika suhu tubuhnya sudah mulai normal. Namun, nyatanya belum ada perubahan. 

"Orang sakit harus banyak makan, tahu. Biar ada imun." kata Luna yang masih berdiri disisi pintu kamar sambil menyedekapkan tangannya. 

"Nanti aja deh." jawab Miki dengan tidak bertenaga.

"Belum ada perubahan, Ki. Gua panggilin dokter aja, ya." kata Karin. 

"Iya, gua khawatir lu bukan cuma kena flu tapi gejala tifus." susul Reynata. 

"Besok aja, deh." pinta Miki lagi. Kemudian, Karin keluar dari kamar dan menuruni tangga. Rey ikut keluar untuk meletakkan mangkuk serta gelas yang sudah kosong ke dapur. Luna memandangi adiknya sambil duduk diatas kasur. 

"Ah elu, payah... liburan malah sakit, enggak jadi jalan-jalan deh kita." katanya sambil menutupi tubuh Miki dengan selimut. 

"Maaf." suara Miki kini terdengar seperti rengekan. "Gua pikir abis minum obat langsung mendingan kayak kemarin. Biasanya dua jam minum obat, badan gua entengan."

"Itu namanya, penyakit lu udah akut." kemudian, ia duduk lagi diatas kasur Miki. "Lu ngapain aja sih selama di Pare? Makan lu teratur, enggak?" 

"Tadi, kan gua udah cerita. Disana gua belajar sekalian jalan-jalan. Jam makan gua juga teratur, kok." 

"Tiga kali sehari?" tanya Luna.

Miki mengangguk. "Tapi, emang gua jarang makan nasi, sih. Kadang seharian enggak makan, tapi ngemil dan kenyang." 

Luna langsung menyentil jidat Miki, "O'on. Pasti lu jajannya yang sembarangan." 

Miki meringis saat menerima sentilan yang perih itu dan menggosok-gosok jidatnya. "Enggak sembarangan, kak. Lagian, jajanan dikampung bahan-bahannya masih aman. Enggak kayak di Jakarta yang pakai segala macam pengawet." 

"Lu tahu darimana? Lu lihat proses penyajiannya?" 

"Enggak, sih. Pakai feeling aja."

Reynata masuk dengan membawakan segelas air dan sepiring nasi dengan telur rebus serta sayur sop yang masih hangat. "Nih, Ki.. disuruh Karin, abisin makanannya." 

"Gua enggak laper, kak." Miki kembali merengek. Luna berdecak kesal melihat kelakukan Miki yang seperti anak kecil berumur 5 tahun. 

"Makan aja telur rebusnya tuh, biar tenaga lu juga cepat pulih dan badan lu jadi adem." suruh Luna sambil menyodorkan telur rebus dengan kuningnya yang masih setengah matang.

Dengan wajah enggan, Miki menerima telur itu dan mulai memakannya sedikit demi sedikit. "Ki, kita tinggal makan sebentar ke bawah enggak apa-apa, kan? Atau lu mau ditemenin?" tanya Reynata. 

"Enggak apa-apa, kak. Kalian pada makan aja dulu." jawab Miki. Setelah mendapat izin, Luna dan Reynata keluar menuju dapur. Disana juga sudah ada Karin yang sedang menatap meja makan dengan lauk-pauk yang sudah dibuat oleh Luna. 

"Wow, enak-enak nih kayaknya." komentar Rey yang langsung duduk. 

Karin tersenyum, "Masakannya si Luna, Rey." kemudian melirik kearah Luna

"Hah? Seriusan?" Reynata menoleh kearah saudaranya yang kedua. "Enak enggak, nih? Enggak lu kasih racun, kan?" 

"Kalau gua kasih racun, adik lu yang diatas udah tewas." jawab Luna dengan ketus. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang