Ingatan Talitha bergulir pada satu kejadian di malam hari, ketika sang kakak mengalami kecelakaan dan menyebabkannya meninggal ditempat. Kasus tabrak lari, menghebohkan situasi didalam keluarga Budiman karena hanya dalam waktu satu minggu, ia kehilangan tiga istri yang dicintainya.
Air mata terasa turun dari mata kanannya, namun tak ada perubahan dengan ekspresi di wajahnya. Tetap mengeras seolah dirinya adalah orang paling keras kepala dalam situasi apapun. Ia menyesap kembali anggur dari gelasnya.
Malam itu, sebelum kabar kecelakaan datang padanya, Karina mengirimkan sebuah sms yang membuatnya tercekat. 'Aku akan mengatakan semuanya pada Mas Budiman. Masa depan yang kalian katakan padaku waktu itu, itu bukan masa depan melainkan kehancuran. Jangan takut untuk berhenti sekarang. Menurutku, lebih baik hancur sekarang kemudian diperbaiki daripada hancur nanti ,tapi tak ada lagi waktu untuk memperbaikinya.'
Saat itu, Talitha langsung menghubungi sang adik yang rupanya menerima pesan yang sama. Dibanding Iqbal, kepanikan luar biasa dirasakan oleh Talitha. Ia khawatir hasil buruk yang akan mereka terima karena tindakan sang kakak. Seluruh rencana yang telah tersusun rapi akan hancur. Harta, kekuasaan dan harga dirinya akan hancur dalam satu tindakan sederhana sang kakak. Namun, kepanikan itu sedikit memudar ketika sang adik mengatakan satu kalimat yang meyakinkan.
"Jangan khawatir. Biar aku yang mengurusnya. Semua akan baik-baik aja, kak." kata Iqbal yang kemudian menutup teleponnya secara sepihak.
Beberapa jam kemudian, ia mendengar kabar dari Budiman, kalau sang kakak berada di rumah sakit dalam kondisi tak bernyawa. Kakaknya mengalami tabrak lari saat dalam perjalanan menuju kantor Budiman. Beruntung, ia tidak membawa Karin, yang saat itu dititipkan pada tetangganya.
Talitha menarik diri dari kenangan yang menyakitkan itu. Kenangan yang membawa serta kenyataan kalau adiknya telah menyewa seseorang untuk menghambat tindakan sang kakak. Ia sempat marah karena jalan penyelesaian yang diambil Iqbal benar-benar keterlaluan namun kemarahannya itu ia lupakan ketika diingatkan pada kenyataan pahit selanjutnya kala Karina mengatakan hal yang sebenarnya pada Budiman.
Rencana mereka kembali dilanjutkan dan berakhir dengan kematian Budiman bersama istri keempatnya, Manda. Seiring dengan kematian mereka, perusahaan yang dijalankan oleh Budiman goyah seolah kehilangan tiang pancang terkuatnya hingga akhirnya posisinya direbut oleh kerabatnya yang lain. Talitha dan Iqbal mendapat nilai saham yang cukup besar sebagai sekutu. Memberikan jalan kemudahan bagi para pembisnis yang semula adalah musuh Budiman menjadi partner bagi kepemimpinan yang baru. Mereka berdua mendapat asupan dana membangun usaha sendiri sebagai ucapan terima kasih atas tindak tanduk mereka yang memberikan keuntungan.
Lalu, tak lama keduanya mulai mencium gerak gerik penyelidikan dari Agung, hingga mereka memutuskan untuk segera pindah ke luar negeri bersamaan dengan Karin yang memutuskan hidup mandiri. Hidup mereka lebih tenang karena rencana yang memang sudah tersusun rapi dan detail. Mereka tak khawatir ketika ada beberapa orang yang ditangkap, karena itu sudah masuk dalam perhitungan keduanya.
'Drrtt drrtt.' handphone canggih milik Talitha terlihat bergetar diatas meja. Ia meletakkan gelasnya dimeja yang sama kemudian melihat siapa yang telah menghubunginya. Ia menaikkan sebelah alisnya saat melihat nama Iqbal, tertera pada layar.
"Ada apa, dek?" tanyanya tanpa berbasa-basi. Sudah menjadi sifat adiknya, akan menghubungi ketika ada hal penting yang ingin disampaikan.
"Apa sekarang kakak udah bersama dengan Karin?" tanyanya juga tanpa berbasa-basi.
"Belum. Dia baru bisa datang besok sore, sepertinya."
Iqbal terdengar mendeham, "Kakak jangan sampai menyia-nyiakan 5 hari kedepan. Karin harus mau kita bawa ke Jepang, supaya terlepas dari pengawasan pengacara itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Ficción GeneralPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...