Benang Tak Terlihat (Part 3)

202 22 7
                                    

"Oh iya, guys.. mau ngasih tahu, besok sehabis pulang kerja gua enggak pulang ke rumah ya." kata Karin memberi pengumuman. 

"Why?" tanya Miki.

"Mau kemana?" susul Luna. Reynata menunggu jawaban saudara tertuanya. 

"Gua bakal pulang ke rumah Tante Talitha, kasihan dia sendirian dan minta gua buat nemenin." jawab Karin. 

"Cuma sehari, kan?" tanya Miki. 

"5 hari, sebenarnya." 

"Lama bangeeeet." tanggap Miki yang sebenarnya adalah sebuah protes. 

"Enggak lama, abis gua enggak enak dan tega juga ninggalin Tante sendirian di apartemennya. Keluarganya udah balik ke Jepang. Tadinya, sih gua sempat khawatir, tapi karena Rey juga udah pulang, gua ngerasa aman ninggalin kalian sementara waktu." 

"Gua yang ngerasa enggak aman kalau dititipin mereka." tanggap Reynata, "lu tahu, kan aktivitas mereka kalau ketemu... kalau enggak bertengkar, ya saling ejek." 

"Jitakin aja kepala mereka, terus lakban mulutnya biar berhenti berantem." usul Karin dengan mudah seolah itu adalah tindakan yang sangat wajar.

"Kenapa enggak , Tante lu aja yang tinggal disini? Masalahnya, kan karena dia sendirian di apartemen, dengan tinggal disini, dia enggak akan sendirian." tanya Luna.

"Kayaknya... sih, karena letak kantor dengan apartemennya lebih dekat dibanding dari rumah kita. Jadi, dia enggak bisa walaupun mau." Karin mencetuskan sebuah kebohongan. Luna mengangguk mengerti. 

"Selama 5 hari itu, lu enggak akan nengokin kita sama sekali?" tanya Miki.

"Kita lihat kondisinya, ya.. kalau gua udah kecapekan kerja, kayaknya sih enggak tapi kalau gua masih fit, pasti mampir ke rumah. Karena, bagaimana pun kan rumah gua emang disini." jawab Karin berusaha menghilangkan kekhawatiran ketiga saudaranya. 

"Enggak bisa dikorting, jadi 3 hari aja, gitu?" tanya Reynata lagi berusaha menawar. 

"Lu pikir gua lagi jualan baju apa pakai ada kortingan." protes Karin. 

"Ya namanya, juga lagi usaha, kan hehehe siapa tahu berhasil bikin lu berubah pikiran.. abis suer, deh enggak yakin gua bisa nanganin mereka berdua." jawab Reynata. 

"Ih, kok kesel, ya.. kita bukan bocah yang dibilangin enggak akan nurut kali.. lagian, gua sama si bungsu enggak sering berantem kok, kalau berantem yaa karena iseng aja biar rumah enggak sepi." kali ini Miki sangat setuju dengan jawaban Luna. 

"Tetap aja, keisengan kalian itu bikin kepala gua pusing." jawab Reynata, "....kecuali kalian berantemnya ngajak-ngajak gua." kemudian terkekeh. 

Karin, Luna dan Miki secara berbarengan menghela nafas panjang, "Udah parah beneran nih otaknya." komentar Luna. 

"Pokoknya, selama 5 hari nanti.. selama gua pergi, gua mau rumah tetap utuh. Terus, enggak ada laporan berantem atau pertengkaran apapun." perintah Karin. 

"Siap, mommy !" jawab Miki. 

"Enggak janji." susul Luna. 

"Matek." gumam Reynata yang merasa 5 hari kedepan akan menjadi neraka untuknya. Ia bahkan sampai berpikir telah menyesal resign pada hari ini. 

"Terus, lanjut ke topik berikutnya.. Rey, lu kenapa tiba-tiba resign? Mimpi apa'an yang bikin lu memutuskan buat keluar?" tanya Karin. 

"Mimpi'in kalian." jawab Reynata yang kemudian menyuapkan sesendok nasi terakhirnya ke dalam mulut. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang