Karin baru saja sampai di lantai bawah dan mendengar suara-suara obrolan yang tak seperti hanya berasal dari Luna dan Miki. Saat akan mendekati ruang keluarga, langkahnya terhenti ketika mendengar dentingan selot pintu gerbangnya.
"Permisi !" suara lelaki terdengar lantang.
Karin mengalihkan langkahnya dan membuka pintu rumah. Diluar gerbang, telah berdiri sesosok laki-laki berumur 20an dengan membawa dua kantung plastik besar bertuliskan Sonyaria ditangannya. Karin langsung mengerti kalau pesanan makan malamnya telah datang.
"Atas nama Miki, kak?" tanya petugas muda itu.
"Ya, saya saudaranya." ia mengambil dua kantung plastik dari tangan sang petugas, "berapa totalnya?"
Sang petugas pengantar mengeluarkan dua carik bon, yang salah satunya kemudian diberikan pada Karin, "totalnya, 152.500, kak." jawabnya sesuai dengan angka yang tertera pada bon.
"Oke, tunggu sebentar, ya.. saya ambil uang dulu." saat berbalik, ia malah melihat Miki yang keluar dari rumah.
"Udah dateng, ya kak?" tanya Miki. Karin menjawab dengan anggukan, "jadi berapa?"
"152.500." jawabnya.
Miki merogoh saku celananya, kemudian memberikan beberapa lembar yang pada sang pengantar, "kembaliannya ambil aja. Makasih, ya Mas." lalu ia membantu kakak tertuanya membawakan salah satu kantung. "...eh, kak tahu enggak.."
"Enggak." jawab Karin dengan cepat,
"Ya ini mau ngasih tahu, kak.."
"Ooh, apa?"
"Kak Rey udah pulang." Lanjut Miki.
"Hah? Kok? Ngapain? Bukannya dia kerja?" tanya Karin beruntun.
"Katanya hari ini udah resign, makanya nanti kita mau interogasi. Dia beralasan karena mimpi. Enggak masuk akal banget, kan?" jawab Miki. Keduanya sudah berada didalam rumah menuju dapur.
Benar saja, diruang keluarga Karin melihat saudaranya yang ketiga sedang duduk berbincang dengan Luna. "Rey?"
Reynata menoleh saat namanya dipanggil, "Oi, Rin." membalas dengan senyuman.
"Lu kok udah balik? Kata Miki, lu resign.. kenapa? ada masalah di kantor?"
Reynata menggelengkan kepalanya, "Enggak ada masalah, kok."
"Terus?"
"Nanti gua ceritain deh sambil makan."
"Ya udah, kita langsung ke dapur aja, yuk.. kita makan malam, atau lu mau mau bersih-bersih dulu?" tanya Karin.
"Ganti baju dulu, deh sekalian bawa tas. Mandinya nanti aja, pakai air hangat." Reynata berdiri. Menggotong tiga tasnya yang berat.
"Mau dibantu, enggak?" tawar Luna.
"Boleh.. bawain satu tas gua, aja nih." Reynata menyodorkan tasnya. Luna menerimanya dan mengekorinya ke kamar Reynata.
Karin bersama Miki melanjutkan langkahnya menuju dapur, "Dia belum cerita apapun soal mimpinya?" tanya Karin dengan penasaran.
Miki menggelengkan kepalanya. "Dia cuma bilang mimpinya singkat tapi ngena."
"Mimpi apa'an yang bisa dalam sekejap memengaruhi pikiran orang buat resign?"
"Entah." Miki mengendikkan bahunya. Kemudian keduanya mulai mengeluarkan satu persatu piring dan gelas dari lemari. Menatanya dengan rapi diatas meja. Dilanjutkan dengan menuang seluruh makanan yang dipesan ke dalam mangkuk dan piring.
Tak lama, Luna dan Reynata masuk ke dalam dapur. Mereka menempati bangku masing-masing selagi kedua saudaranya mengisi mangkuk dengan makanan.
"Obat lu enggak dibawa turun, Lun?" tanya Karin yang melihat tak ada keberadaan bungkusan obat disekitar Luna.
"Lupa. Nanti aja diambil setelah makan." Luna mengambil sedikit nasi ke atas piringnya kemudian mengambil banyak sayuran capcay.
"Itu pedas, enggak? Kalau pedas, jangan." tegur Karin ketika Luna mulai menyuapkan sesendok capcay ke dalam mulutnya.
Luna menggelengkan kepalanya seperti anak kecil yang tak ingin makanannya diambil oleh ibunya. Meskipun, sebenarnya memang ada sedikit rasa pedas yang menguar. Karin yang tak percaya kemudian mengambil sedikit sayuran tersebut.
"Ini agak pedas." jawabnya sambil menatap Luna.
"Cuma agak.. kesehatan gua enggak akan semakin buruk cuma dengan rasa kayak gini." jawab Luna.
"Oke, lu yang tanggung sendiri, ya. Gua udah mengingatkan." Karin duduk di bangkunya dan ikut mengisi piringnya dengan nasi dan lauk-pauk. Luna mengangguk. "Ki, jangan cuma makan ayam, ambil sayurannya juga."
"Nanti, aja." jawab Miki yang tangannya sibuk menyuiri daging dada ayam bumbu asam manis diatas nasinya.
"Kita nih, kurang sosok cowok." kata Reynata secara tiba-tiba.
Karin melirik ke arah saudaranya, "maksud lu?"
"Iya, kalau ada sosok cowok.. kita bakal cocok disebut keluarga yang utuh, yang cowok sebagai ayah dan lu sebagai Ibu." Reynata terkekeh. "sifat protektif lu itu, udah mirip banget kayak ibu-ibu yang lagi ngurusin anak, tahu enggak?"
Miki mengangguk setuju. "Iya, tapi gua agak iri.. seringnya yang dapet perhatian lebih, kayaknya cuma Luna."
"Gua malah jarang dapet perhatian dari kakak tertua. Hiks. Sedih, deh." susul Reynata yang pura-pura berekspresi sedih dihadapan saudara-saudaranya.
Karin memutar dua bola matanya, tanda malas mendengar rengekan dua saudaranya yang terkesan berlebihan, "Apa'an sih, kalian.. lebay. Gua begini buat mencegah Luna sakit lagi." elak Karin.
"Tapi, sesekali kayaknya enak juga kalau diperhatiin kayak Luna." Reynata masih melancarkan aksi merengeknya. Miki kembali mengangguk setuju. Mulutnya mulai mengunyah asupan makanan.
"Kayaknya karena mimpi, otaknya ikutan geser deh... jadi, omongannya pun ngelantur. Ki, coba kepalanya ditepak yang keras, biar posisi otaknya benar lagi." usul Luna yang jelas tidak membuat suasana menjadi lebih baik.
"Enggak mau, dosa." jawab Miki. "soalnya, dia lebih tua."
"Jangan, dek.. jangan kamu ikutin perintah kejam dari dia." kata Reynata yang seolah sedang berakting. Tangannya mengelus kepala adik bungsunya.
"Kak, buruan deh makan.. mungkin sifat lebay lu gara-gara belum makan. Gua agak seram lihat lu lebay gini." kata Miki sedikit menjauh agar tangan sang kakak lepas dari kepalanya.
"Iya, Rey buruan ambil nasinya dan makan yang benar. Sayurnya ambil yang banyak, abisin kalau perlu.."
"Heuu, akhirnya diperhatiin.. benar nih, capcay bisa gua abisin?" tanyanya.
"Abisin aja, asal otak lu beres lagi." jawab Karin yang mengundang tawa keras dari Miki dan Luna.
"Hmpph, jahat kok kompakan." komentar Reynata sambil setengah berdiri mengambil piring berisikan sayuran.
![](https://img.wattpad.com/cover/95925263-288-k987330.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
General FictionPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...