Perdebatan (Part 3)

247 21 3
                                    

Karin terlihat menganggukkan kepalanya perlahan. Kali ini, ia memercayai perkataan saudara ketiganya sekaligus merasa lega karena tak lagi mendengar hal yang ditutupi oleh dirinya dan Luna.

"Tapi, bukannya lu bilang hubungan lu sama paman dan bibi enggak terlalu baik? Terus, kok mereka mau bantu lu buat cari tahu?" tanya Karin lebih lanjut. 

Luna mengendikkan dua bahunya, dia tidak mungkin mengatakan pada Karin kalau paman dan bibinya ingin agar dia tahu kalau keluarga Karin lah penyebab kematian Mama dan Ayahnya.

"Lu enggak nanya? Buat gua sih, aneh aja kalau tiba-tiba mereka berbaik hati kecuali mereka emang berubah sikap lebih baik sama lu." susul Miki. 

"... enggak tahu juga sih, alasan tepatnya apa. Kalau dugaan gua, mungkin mereka cuma mau semua pelaku pembunuh saudara mereka ditangkap." jawab Luna, "walaupun mereka benci gua tapi bukan berarti mereka bakal benci saudara kandung sendiri, kan? Kalau gua ada diposisi mereka, mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama." ia memberikan alasan selogis mungkin. 

Tak ada tanggapan dari kedua saudaranya. Reynata kagum dengan alasan yang diutarakan oleh Luna, meskipun kebohongan namun masih terdengar masuk akal. 

"Jadi... itu rahasia yang gua tutupin selama ini. Sekarang, enggak akan ada lagi pertanyaan tentang kepercayaan, kan? Yaah, walaupun emang awalnya salah karena gua berusaha menutupi semua ini, tapi gua punya alasan supaya bisa mencari tahu lebih jauh dan ngasih tahu ke kalian pun jadi enak. Enggak setengah-setengah." kata Luna. 

"Sekarang gua ngerti, tapi please jangan diulangi lagi kalau lu masih menghargai kita sebagai saudara lu." jawab Karin memberi penegasan. Luna hanya memberikan anggukan sebagai jawaban. "Gua jadi kepikiran sesuatu..." lanjutnya sembari menopangkan dagunya dengan sebelah tangan yang ditegakkan. "gua jadi ikut penasaran sama kasus kematian nyokap. Mungkin aja paman dan bibi gua tahu sesuatu." lalu ia mengalihkan pandangannya pada Luna, "siapa tahu keterangan yang mereka punya juga ada sangkut pautnya sama kematian orangtua kita. Nyokap lu, Miki dan Rey." usulnya. 

Luna tak berkomentar apapun. Begitupun dengan Reynata. Sesekali keduanya saling menatap satu sama lain. Dalam diam, mereka merasa ide Karin terdengar bagus tapi sekaligus berbahaya. Bagus karena mereka bisa menyesuaikan dengan informasi yang telah disampaikan oleh Paman Agung dan paman serta bibi Luna namun berbahaya kalau-kalau paman dan bibi Karin akan memberikan keterangan yang berbeda.

"Emm.. omong-omong gua juga mau kasih tahu sesuatu ke kalian." Karin kembali bicara. "kemarin gua dapat kirimin sms dari bibi Talitha, dia minta gua supaya bisa ikut ke Jepang dan melanjutkan hidup disana bersama dia dan paman Iqbal." 

Miki sontak mencondongkan badannya kearah Karin. Memasang dua telinganya dan memastikan kalau dia tidak salah dengar dengan ucapan kakak tertuanya. "Seriusan?! Mereka minta lu buat tinggal di Jepang?" tak hanya dirinya yang terkejut, melainkan reaksi yang sama juga ditujukan oleh Luna dan Reynata. 

Karin memberikan anggukan sebagai jawaban. "Tapi, gua belum balas SMS mereka. Rencananya sih, dijawab pas ketemu langsung aja."

"Terus... emang jawaban lu apa? Mau ikut sama mereka?" tanya Luna. 

Karin mendeham, "...enggak tahu, sih. Masih bingung. Kalau gua ikut pun, apa yang bisa gua lakuin disana. Ngomong bahasa Jepang aja gua enggak bisa. Yahhh, walaupun kayaknya seru juga bisa tinggal di luar negeri." 

"Jangaaannn, kak. Disini aja. Ngapain sih, ke Jepang. Enakan juga disini. Ramai. Nemenin gua."

"Disana juga bakalan ramai, sih. Bakal ketemu lagi sama saudara-saudara gua yang lain." kata Karin yang mencoba memancing kekesalan saudara-saudaranya. 

"Jadi, lu enggak mau lagi tinggal bareng sama kita? Mau ke Jepang aja? Emang lu bakal betah apa tanpa kita yang selalu bikin lu ketawa." kata Miki yang terdengar merajuk. 

"Ketawa apa'an? Stress mah iya. Udah lu sama Luna berantem mulu. Reynata bikin kepala gua mumet gara-gara enggak bilang udah dikeluarin dari sekolah pramugari. Ditambah kalian main rahasia-rahasiaan." 

"Gua enggak punya rahasia kok, kak. Mereka doang, tuh yang main rahasia-rahasiaan. Janganlah.. enggak usah ke Jepang, disini aja." pinta Miki. 

"Dih apa'an, pake bilang lu doang yang enggak punya rahasia. Bohong tuh. Dia tuh diem-diem lagi pedekate sama cowok. Hari ini dia sebenarnya mau kencan, tapi gara-gara lu, enggak jadi." Luna mengarahkan pembicarannya kepada Karin. 

Dua mata Miki refleks membesar, kaget dengan Luna yang bicara tanpa seijinnya dulu. Ia memelototi saudara keduanya, berharap Luna akan ikut merasakan kalau dia kesal karena sudah membocorkan obrolannya selama diluar. Namun, apa yang dilakukannya berujung sia-sia, Luna hanya menampilkan tawa cengengesannya melihat sang adik bungsu melotot dan mendecak kesal. 

"Hah kencan? Lah, tapi kok gua yang disalahin?" tanya Karin yang tak mengerti.

"Ya iyalah gara-gara lu... dia tuh udah rapi dari pagi dan nunggu dikabarin sama do'i-nya buat jalan ehhh malah lu suruh buat motongin rumput. Kucel lagi, kan tuh."

"Seriusan?" tanya Reynata yang tak percaya, kemudian dia tertawa, "pantesan, kok kayaknya ada yang beda... gua sih emang perhatiin, dia kayaknya pakai bedak dan lip tint tapi enggak sangka ternyata mau kencan. Jieeeeeee." Reynata menggodanya, membuat wajah Miki seketika memerah. 

"Yah, gua enggak tahu. Sorry deh, enggak peka." susul Karin yang sedikit merasa bersalah, "emang doi ngajak kencannya jam berapa? bisa kali, mandi lagi." katanya disusul tawa. 

"Aaaaaa apa'an sih, kok malah jadi ngeledekin gua. Tadi, kan topiknya lagi ngelarang Karin buat pergi ke Jepang. Iih, Luna nih kompor banget." omel Miki.

"Lho, gua mah cuma ngikutin apa kata Karin barusan... supaya jangan lagi ada rahasia-rahasiaan." Luna mengelak. 

"Ya tapi, jangan lu yang ngasih tahu juga kali... akhirnya, gua jadi bahan ledekan, kan." kata Miki. 

"Ye'elah, enggak ada bedanya.. mau gua atau elu yang ngomong, intinya kan emang lu hari ini rencana mau kencan, dah udah siap-siap eeehh tapi malah berakhir jadi tukan kebun. Hahaha." Luna tertawa keras, disusul Reynata yang merasa omongan saudara keduanya itu lucu. Ditambah dengan ekspresi kesal Miki yang mengundang tawa. 

"Udah jangan marah-marah, make up-nya makin luntur lho." goda Reynata. 

"Emang udah luntur keleus, gara-gara keringat." jawab Miki. 

"Tuh dengerin, tuh Rin. Gara-gara lu, make up-nya luntur karena disuruh jadi tukang kebun." susul Luna. 

"Iya-iya, salah gua deh, salah gue." jawab Karin yang masih tak bisa menahan tawanya. 




My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang