Keesokan paginya, pukul setengah 8, Luna telah rapi dan hendak berangkat menuju kantor Paman Agung. Saat keluar dari kamar, ia berpapasan dengan Reynata yang nampaknya baru kembali dari dapur membawa segelas air putih.
"Lho, Lun? Lu mau kemana?" tanya Reynata.
Luna agak kaget saat melihat kehadiran Reynata. Semula ia berpikir ingin pergi tanpa diketahui oleh saudara-saudaranya agar tak perlu menjelaskan panjang lebar.
"Lun?" Reynata heran melihat saudaranya itu tak langsung menjawab pertanyaannya. Seolah tengah berpikir untuk mencari jawaban.
"Gua ada urusan sebentar diluar." jawab Luna.
"Kemana?"
"Mau ke kantor Paman Agung."
"Sepagi ini? Ada urusan, apa?" Reynata mengernyitkan dahinya.
"Gua mau konsultasi soal warisan kemarin. Gua nunjuk Paman Agung sebagai salah satu pihak yang bakal bantu ngurus surat-surat tanah dan bangunan, plus harta tunai lainnya."
"Ooh. Terus, rencana kita hari ini, gimana? Kemarin, malam kita kan udah janji bakal jalan-jalan lagi."
"Kayak kemarin aja, nanti gua nyusul." jawab Luna, hendak berjalan menuruni tangga. "Karin sama Miki juga udah bangun?"
"Belum. Hati-hati, Lun."
"Oke." Sahut Luna. Ia membuka pintu rumah dan pergi.
Reynata melanjutkan langkahnya menuju kamar. Saat akan membuka pintu kamarnya, Karin yang baru bangun muncul dan melihat Reynata. "Lu ngobrol sama siapa, Rey?" tanyanya.
"Luna." jawab Reynata.
"Luna?"
Reynata mengangguk, "Tapi, dia udah pergi."
"Pergi kemana?"
"Katanya, mau ketemu sama Paman Agung buat bahas warisan kemarin."
"Oooh. Pagi-pagi banget. Eh iya, kalau dia sekarang pergi berarti acara jalan-jalan kita batal dong?"
"Tadi sih, Luna bilang kayak kemarin aja. Dia nyusul kalau kita jadi jalan-jalan."
"Ooh, gitu."
"Gua masuk dulu, ya. Mau mandi."
"Oke." Karin yang sudah mandi dan rapi pun melangkah menuruni tangga.
***
Luna yang baru saja sampai di halte busway, berlari masuk kedalam busway yang juga baru memasuki sisi luar halte. Ia mengambil tempat dekat supir dan merogoh ke dalam tasnya saat merasakan handphone-nya bergetar. Nama Arga tertera dalam layar.
"Halo?"
"Halooo, sayaaangggg. Selamat Pagiii. Udah bangun, belum?" jawab Arga dengan nada yang menurut Luna menggelikan diucapkan oleh seorang pria.
"Udah. Kenapa, lu telepon gua pagi-pagi begini?"
"Kenapaaaa??? Lu tanya kenapaaaa???? Hampir 24 jam lu enggak ngubungin gua, lagi lho sayaaangg. Jari lu cantengan yah, sampe enggak bisa ngubungin gua?"
Luna menepuk jidatnya pelan saat menyadari dirinya lagi-lagi lupa menelepon kekasihnya itu, "Sorry, ya saayaaaannggg. Pacar kamu yang cantik ini lupa lagi. Habis, kemarin gua baru sampai rumah jam 9-an. Mandi terus langsung bobo cantik karena capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Fiksi UmumPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...