"Maaf, membuatmu menunggu lama, Luna." kata Paman Agung saat memasuki ruang kantornya dan melihat Luna sudah duduk disana.
"Enggak apa-apa, Paman. Aku yang merasa enggak enak karena membuat Paman semakin sibuk karena menerimaku hari ini." jawab Luna sembari menyalami Pamannya.
"Jangan berkata begitu. Paman menyetujui bertemu karena Paman juga ingin bicara denganmu." lalu, ia memerhatikan raut wajah Luna yang tak seperti biasanya. "Kamu sehat? Wajahmu agak pucat." tanya Paman Agung yang memang tidak tahu Luna sempat dirawat karena sakitnya.
"Aku baik-baik aja, Paman. Sekarang, aku memang masih masa pemulihan, tapi sekarang aku baik-baik aja."
"Pemulihan? Kamu sakit apa?" tanya Paman Agung yang kemudian menyerahkan segelas air putih dalam kemasan.
"Beberapa hari lalu, aku dirawat di rumah sakit karena gejala tifus dan mengalami darah tinggi. Faktornya, karena aku kecapekan."
"Astaga, kenapa enggak ada satupun dari kalian yang mengabari Paman, soal ini?" tanya Paman Agung yang merasa agak tersinggung.
"Aku rasa mereka semua panik, jadienggak ingat sama hal lain. Kondisiku waktu itu memang menyita banyak waktu dan perhatian mereka, Paman. Aku mewakili seluruh saudariku benar-benar minta maaf."
"Yah, baiklah Paman maafkan. Tapi, tolong sekali lagi ingatlah Paman kalau kalian membutuhkan bantuan." kata Paman Agung. "Jadi, sekarang apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Ada beberapa hal, dan pastinya soal para pelaku yang ada di penjara itu.. tapi, sebelum itu aku lebih tertarik untuk mendengar apa yang ingin Paman bicarakan denganku." kata Luna.
"Baiklah." Paman terlihat menyetujui permintaan Luna, "Paman, ingin memberitahumu kalau Talitha sedang berada di Indonesia.'
"Oh, kalau itu aku udah tahu. Karin yang cerita kalau tantenya sedang berada disini untuk menemui Karin."
"Oh, Paman pikir dia kesini secara diam-diam, tapi ternyata tujuannya untuk bertemu dengan keponakannya." jawab Paman Agung.
"Ya, kudengar hari ini Karin akan bertemu dengannya untuk makan siang." Luna menghela nafas panjang, "entah kenapa, aku jadi enggak merasa tenang, Paman. Aku punya firasat buruk dengan kedatangannya yang tiba-tiba."
"Kamu takut kalau tantenya itu akan mengatakan hal-hal yang membuat Karin nantinya salah paham?" duga Paman yang seperti bisa membaca ketakutan yang disampaikan Luna.
"Kayaknya, iya.. aku khawatir tantenya akan membahas masa lalu ibunya dan menghasutnya kearah yang enggak sesuai." Luna bicara jujur. "Ah iya, omong-omong.. apa yang datang cuma tantenya? Pamannya, gimana?"
Paman Agung menggelengkan kepalanya, "Sudah Paman cek, dan enggak ditemuin tanda-tanda Iqbal datang bersama Talitha. Informasi yang Paman dapatkan, saat ini dia sedang berada di Singapura."
Luna menyandarkan punggungnya kembali, "Ooh. Kupikir, kedatangan mereka jadi salah satu taktik untuk melakukan sesuatu pada Karin." katanya.
"Lalu, tadi apa yang mau kamu tanyakan kepada Paman? kenapa soal para pelaku itu?" tanya pria paruh baya itu yang sebelah tangannya kini sibuk mengambil satu berkas diatas mejanya.
"Aaa, sebenarnya ini baru kepikiran dalam kepalaku, Paman. Mereka yang disana itu, apa juga pelaku dari kematian ibu Miki, Reynata dan Karin?"
"Bukan. Mereka murni pelaku perampokan yang hanya mendatangi kediamanmu." jawab Paman Agung.
"Lalu, gimana sama kasus yang lainnya? Apa ada pelaku lainnya?" tanya Luna yang dari wajahnya terlihat terkejut mendengar jawaban Pamannya. Sejak semalam hingga sebelum keberangkatan, ia menduga kalau ketiga pelaku yang ditemuinya dalam penjara adalah pelaku yang sama terhadap kasus ketiga ibu saudarinya dan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Ficción GeneralPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...