Musuh (Part 4)

133 20 2
                                    

Karin baru saja selesai menyelesaikan urusannya, ia keluar dengan membawa laptop ditangan. Ia masih melihat sang Tante meluruskan kedua kakinya di atas meja dan asyik menonton sinetron. Ia menyalakan laptopnya kemudian membuka amplop yang masih tertempel rapat untuk mengambil flashdisk didalam. 

"Headset-nya mana? Katanya mau dengar bareng-bareng?" tanya Tante Talitha. 

"Enggak usah, Tante. Pakai speaker laptop aja, bisa terdengar jelas kok." kata Karin lagi sambil mengutak-atik flashdisk yang baru bisa terbaca. Ia mengernyit heran ketika menemukan flashdisk yang kosong tanpa file apapun. "lho?" 

Tante Talitha menyadari perubahan ekspresi keponakannya. Karin mengeluarkan flashdisk dari laptop kemudian memasukkannya kembali. Wajah Karin terlihat fokus. "Kok aneh?" 

"Kenapa, Rin?" tanya Tante Talitha yang ingin tahu. 

"Ini. . . flashdisk-nya kosong." ia mencabut kembali benda kecil  itu kemudian memasukkannya, berharap kali ini ada file yang terbaca. 

"Kok bisa?" tanya Tante Talitha. 

"Enggak tahu, nih. Apa kena virus dari laptopku, ya, jadi enggak bisa terbaca." 

"Coba colokin di tv aja. . . kan ada untuk flashdisk. Kalau enggak ada juga, berarti flashdisk itu emang kosong." saran Tante Talitha. 

"Betul juga." Karin segera berdiri dan berjalan menuju tivi. Tante Talitha mematikan saluran melalui remote ditangan, supaya Karin bisa menggunakan aplikasi. 

Flashdisk pun terpasang. Tante Talitha mengoperasikan tv tersebut dengan remote. Keduanya melihat flashdisk berhasil masuk serta terbaca, namun tetap tak menemukan file apapun didalamnya. 

"Kosong, Rin." kata Tante Talitha. 

Karin terlihat bingung lalu menghela nafas, "Maksud mereka apa sih?" gumamnya. 

"Mungkin sebenarnya  file-nya emang enggak ada  tapi saudara kamu nganggepnya udah ada. Itu biasa terjadi kalau lagi transfer file belum sempurna dari komputer lain." Tante Talitha memberi masukan. 

"Mereka itu... bikin kita buang-buang waktu aja." omel Karin dengan nada pelan.

"Enggak apa-apa, Rin. Nanti, kamu hubungi mereka lagi dan bilang kalau file-nya belum masuk." 

Karin berjalan menuju sofa, dan melempar flashdisk itu ke atas meja. Tangannya bergerak menutup laptop dan memasukkannya kembali kedalam tas. Ia terlihat begitu kecewa. Tante Talitha kembali menyalakan tv dan membiarkan keponakannya pergi ke kamarnya. 

"Hampir aja, dia mendengar rekaman itu." Tante Talitha berucap dalam hati. Ia melirik pada sebuah amplop putih yang telah lecek didalam tas kecil-nya. Amplop itu adalah amplop yang membungkus flashdisk pertama kali. 

Beberapa menit lalu, sebelum Karin keluar dari kamar, Tante Talitha telah mendengar rekaman yang berisi suaranya sedang menelepon di kamar mandi restoran Jepang tadi siang. Setelah mendengarkan keseluruhan rekaman, ia menghentikan file bertipe mp3 player itu, lalu dengan remote ia menghapus file itu dari flashdisk. Ia mengambil amplop putih kosong yang disimpannya dalam tas untuk menggantikan amplop yang rusak. Terakhir, ia memposisikan kembali amplop baru berisikan flashdisk itu diatas meja, sama seperti ketika ditinggal oleh Karin. 

Wajahnya berubah cemas akibat mengetahui kali ini telah melakukan tindakan kurang hati-hati. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Dua saudara Karin itu, telah mengetahui kalau kecelakaan Agung adalah kesengajaan. Dia juga yang menghasut Karin supaya membenci saudara-saudaranya. Lalu, ia khawatir rekaman tadi bisa jadi bukti kuat untuk menggerakkan polisi menyelidiki dirinya dan adiknya. Ia harus segera melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah ini. Reynata dan Luna, ia harus melakukan sesuatu pada mereka termasuk mengambil rekaman asli yang mereka pegang kemudian menghancurkannya. 

"Ah sial, sebentar lagi pulang, tapi aku malah membuat kesalahan fatal seperti ini !" omelnya pada diri sendiri. "Ini salah Iqbal, yang tiba-tiba menelepon. . . ah enggak ! aku yang ceroboh karena enggak memperhatikan keadaan sekitar dan malah membicarakan hal seperti itu di tempat umum." ia berargumen dengan kata-katanya sendiri. Wajahnya di miringkan ke kanan. Rautnya terlihat bingung. "Tapi, bagaimana mereka bisa tahu? Apa mereka sedang ada di toilet yang sama tadi siang?" Ia menggigit jari telunjuk kanannya, " tapi, aku kan sudah pastikan enggak ada siapapun di toilet." ia ingat sekali kalau di toilet restoran tidak ada orang lain yang beraktifitas. "apa mereka sengaja menyembunyikan diri mereka saat mendengar aku bicara? Ah sial ! Itu artinya aku dimatai-matai !" Tante Talitha semakin depresi ketika membuat asumsi-asumsi mengenai kecerobohannya.  


My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang