Mempertahankan Barang Bukti (Part 2)

143 22 3
                                    

Karin baru saja sampai di apartemen setelah mengantar kepergian Tantenya ke bandara. Ia melepas lelah dengan berbaring diatas sofa. Ia merogoh handphone dalam tasnya, dan mengaktifkannya setelah selama seharian penuh dimatikan karena keinginan Tantenya yang benar-benar ingin menghabiskan waktu tanpa diganggu sms atau telepon. 

Beberapa saat kemudian, ia cukup terkejut menerima pesan peringatan dari operator kalau ada satu nomor yang telah menghubunginya hingga berkali-kali. Tak lama sebuah pesan kembali masuk dengan nomor yang sama. 

"Nona Karin, saya Andreas. Saat ini ketiga saudara nona sedang berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan pukul setengah 9 pagi tadi. Jika Nona membaca pesan ini, mohon segera ke rumah sakit Health Care."

Seketika Karin bangkit dari pembaringannya. Ia terkejut dengan informasi yang diterimanya. Untuk memastikan, dia kembali membaca pesan itu seksama dan semakin panik saat yakin tak salah membaca. Ia memasukkan kembali handphone-nya dan menarik tali tasnya. Setelah mengenakan kembali sepatunya, ia buru-buru pergi meninggalkan apartemen. 

***

Di tempat lain, Tante Talitha sedang menunggu hingga pintu pesawat dibuka. Ia menekan tombol telepon setelah memilih nomor adiknya untuk dihubungi. 

"Halo, kak?" 

"Gimana? Berjalan lancar rencananya?" tanyanya, mengharapkan mendengar berita bagus. 

"Tentu aja, lancar. Anak buahku yang bertugas menjalankan rencana sedang ditahan di kantor polisi sekarang. Dia meyakinkanku kalau mobil target di tabraknya sampai terbalik." 

Tante Talitha tersenyum, "Semoga dua target kita itu mengalami cedera serius . . . bagus kalau tiba-tiba amnesia atau koma selamanya." 

"Ya ya ya, kita udah berusaha sekarang tinggal berdoa semoga harapan kita terkabul." 

Tante Talitha tertawa pelan mendengar ucapan adiknya, "Emang Tuhan mau mengabulkan doa-doa yang jelek. Kita ini orang jahat, tahu." bisiknya namun tetap terdengar oleh sang adik. 

"Kalau Tuhan enggak mau, boleh kan kita berharap Iblis yang kali ini mewujudkan keinginan kita?" Iqbal terkekeh. 

"Yaaa, siapa aja boleh lah, yang penting rencana kita berhasil. Setelah ini kita tinggal tunggu kabar siapa diantara mereka yang selamat dan jalankan rencana selanjutnya." jawab Tante Talitha. Ditengah-tengah pembicaraan, ia mendapatkan peringatan kalau ada telepon masuk lain yang masuk. "Bal, aku hold dulu teleponmu. Ada telepon dari Karin." 

"Oke."

Tante Talitha mengalihkan ke panggilan Karin, "Halo, Karin?" nadanya dibuat tenang, "Tante belum naik pesawat, kok kamu udah ngubungin lagi. Udah kangen ya?" tanyanya. 

"Tanteeee. . ." Karin terdengar menangis. 

"Lho ada apa, Rin?" 

"Tantee . . . Luna, Miki sama Reynata kecelakaan pagi ini !" 

Tante Talitha memutar bola matanya. Wajahnya terlihat malas. "Astagaaa, kok bisa!? Kecelakaan apa? Gimana kondisi mereka sekarang?" suaranya dibuat-buat agar panik. 

"Aku enggak tahu. Aku dapat kabar dari Andreas, salah satu anak buah Paman Agung yang bilang kalau mereka kecelakaan. Aku belum hubungi balik dan sekarang lagi otw. Doain ya, Tante supaya mereka baik-baik aja." Karin mula terisak, "Aku . . . aku ngerasa bersalah banget sekarang. Harusnya aku enggak matiin telepon jadi bisa segera tahu kejadian ini." 

"Karin tenang ya tenang, semua akan baik-baik aja. Tante susul kamu, aja ya sekarang?" pura-pura peduli. 

"Tapi, gimana sama pesawat Tante. Bisnis Tante di Jepang?" tanya Karin.

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang