Kesadaran (Part 2)

170 16 2
                                    

Malam berikutnya, Karin sedang duduk menonton televisi bersama Tante Talitha. Ia belum menghubungi saudara-saudaranya sejak pertengkaran kemarin malam. Seharian penuh, ia mengalami pergolakan batin antara ingin menghubungi duluan atau tidak. Namun, akhirnya tak dapat ia lakukan karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan selama di butik. Sebenarnya, saat dalam perjalanan pulang ia berpikir untuk menghubungi salah satu saudaranya namun ketika akan melakukannya, tiba-tiba terbesit sebuah pemikiran tentang kenapa harus dia duluan yang menghubungi mereka. 

Diam-diam Tante Talitha memperhatikan raut wajah keponakannya yang terlihat murung sejak pagi hingga kepulangannya. Ia tahu penyebab rautnya itu karena kejadian semalam, dan saat ini Karin masih memikirkan ketiga saudaranya. Tante Talitha menghela nafas panjang menahan kesal. Waktunya di Indonesia hanya tinggal dua hari, namun hingga detik ini ia belum bisa mengubah pikiran Karin untuk tinggal bersamanya atau setidaknya pergi meninggalkan negara ini agar adiknya bisa mengerjakan rencana dengan baik. 

"Kamu enggak apa-apa, Rin?" tanyanya. 

Karin menoleh kearah Tante Talitha dan menatap bingung, "Em? Enggak apa-apa, Tante." ia membenarkan posisi duduknya, lebih tegak. Berusaha memfokuskan diri pada layar televisi yang tengah menayangkan variety show bertema komedi. 

Tante Talitha menggeleng pelan dan menampilkan senyum sinisnya, "Jangan bohong. Tante tahu, kok kalau kamu masih mikirin saudara-saudara kamu." 

Karin menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya. Raut kesedihannya tak bisa lagi disembunyikan. Ia merasa rindu dengan ketiga saudaranya sekaligus sedih karena harus bertengkar seperti kemarin. 

Tante Talitha sedikit mengerucutkan bibirnya, kecewa melihat raut Karin, "Kalau lihat kamu sedih gini, Tante ngerasa jadi pihak yang jahat." 

"Kok gitu, Tante? Kenapa?" 

"Ya seharusnya, lagi kondisi begini, Tante yang baik akan nyuruh keponakannya pulang dan nyelesain masalah. . . tapi, saat ini enggak Tante lakukan karena enggak mau ditinggal sendirian."

Karin tersenyum memahami, "Enggak apa-apa, Tante. . . aku juga enggak punya keinginan buat pulang." 

 "Tapi, raut muka kamu enggak bilang begitu. . ." jawab Tante Talitha, "coba cerita sama Tante, apa yang paling kamu pikirin sekarang?" 

Karin terdiam mendengar pertanyaan Tantenya. Membuat suasana berubah hening dengan Tante Talitha yang menunggu jawabannya. "Aku lagi mikir kenapa mereka enggak ngehubungin sampai sekarang. Aku takut sikap dan perkataanku kemarin menyakiti perasaan Luna, Miki dan Reynata." tatapannya tertuju ke bawah lantai dengan sesekali menghela nafas seolah menunjukkan jawaban yang ia sampaikan adalah beban hatinya yang kini sedang dikeluarkan secara perlahan. "Mungkin, seharusnya aku enggak semarah itu dan bisa menegur dengan lebih baik. Terlebih Luna. Walaupun dari luar dia kelihatan seenaknya, tapi sebenarnya dia sensitif sama kata-kata. Aku khawatir perkataanku kemarin nyakitin dia."

Tanpa sepengetahuan Karin, Talitha mengerlingkan matanya kearah lain, tidak senang dengan pengakuan keponakannya. Namun ia kembali mengontrol diri dan menampilkan bahasa tubuh prihatin dan ikut sedih. Ia menepuk pelan pundak sang keponakan. Karin yang menyangka tindakan itu sebagai cara menenangkannya, tersenyum tanpa menatap wajah Tantenya. "Tante jadi terharu sama kebaikan dan kepedulian kamu ke mereka. Sikap kamu ini mengingatkan Tante sama mama kamu." Karin hanya menjawab dengan senyuman sedih, "Mama kamu juga dulu selalu memikirkan perasaan ketiga istri Ayah kamu, sampai terkadang lupa sama perasaannya sendiri." Tante Talitha menyandarkan punggungnya ke belakang sofa, "Benar-benar enggak disangka Tante bisa lihat ketulusan yang sama dalam diri kamu. Tante merasa lega masalah di masa lalu keluarga kamu enggak mempengaruhi sedikit pun hubungan persaudaraan kalian. Tante benar-benar senang, dan berharap kalian akan terus begini dan enggak berakhir seperti yang terjadi dengan mamamu dan ketiga istrinya." 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang