Saat ini, Karin sudah berpindah tempat untuk menemani Tantenya berbelanja di salah satu butik terdekat apartemennya. Raut perempuan paruh baya itu, yang semula dihiasi kesedihan karena penolakan Karin, berubah menjadi lebih ceria dan hidup begitu dihadapkan barisan pakaian, tas dan sepatu wanita. Ia menarik Karin kesana dan kemari untuk mengomentari satu persatu pakaian yang diambil olehnya.
"Gimana kalau yang ini? Cocok enggak, kalau Tante pakai ini?" tanya Tante Talitha sembari mengangkat gaun hitam ditangannya. Gaun hitam itu begitu panjang hingga mungkin akan menutupi keseluruhan kaki Tantenya. Memiliki belahan pada bagian dada yang seolah sengaja dibuat untuk menunjukkan bagian sensitif para wanita itu. Sedangkan pada bagian belakang terdapat tali-tali yang terikat horizontal dan membiarkan punggung perempuan yang memakainya terekspos.
"Eumm, bagus, sih.. tapi, kayaknya terlalu terbuka, deh." kali ini Karin tak sepenuhnya memberikan komentar positif.
"Huh? Masa' sih? Menurut Tante, enggak terlalu terbuka, kok." ia membolak-balikkan gaun ditangannya.
"Tante emang PD pakai baju model begitu?" tanya Karin.
Tante Talitha tanpa berpikir dua kali segera menganggukkan kepalanya, "Ini bagus.. Baju model kayak gini, biasanya dipakai buat perempuan yang punya rasa percaya diri tinggi dan berpikiran terbuka. Dulu, Mama kamu juga suka pakai baju begini kalau lagi menghadiri pesta yang Ayahmu buat."
"Mama suka pakai baju kayak gini?" Karin jadi penasaran.
"Iya. Tante masih simpan, lho baju-baju Mama kamu. Bagus-bagus banget, pasti cocok deh kalau kamu yang pakai."
"Oh ya? Tante simpan baju-baju Mama?" tanya Karin.
"Iya, Tante simpan di rumah yang di Jepang. Tante berharap kamu akan ambil itu dan memakainya suatu hari nanti. Tante enggak bohong, kalau baju-bajunya bagus. Terus, ada barang-barang lain kayak sepatu dan tas. Semuanya branded."
Lalu, terbesit sebuah pikiran dalam otak Karin. Dirinya melangkah mendekati Tantenya dan mendekatkan bibirnya untuk berbisik. "Jangan bilang, diam-diam Tante juga suka pakai baju Mama, ya?" kemudian dia terkekeh.
Seketika wajah Tante Talitha memerah. Tebakan Karin tepat sasaran, "Yaahh, sesekali... biasanya kalau Tante udah bingung mau pakai baju apa, jadi terpaksa pinjam." lalu dia terkekeh pelan, "enggak apa-apa, kan? Tante janji akan kasih ke kamu, kok asal kamu mau ke Jepang." Tante Talitha tertawa.
"Aaa, Tantee... tuh, kan pakai syarat lagi." Karin mengaitkan lengannya dan bertindak manja pada Tantenya itu.
Tante Talitha hanya tertawa melihat sikap manja keponakannya, "Eh, kamu juga cari baju gih." suruhnya, "cari yang kamu suka terus coba, Tante mau lihat keponakan Tante bertransformasi jadi perempuan yang lebih cantik lagi."
"Eh? Oh, enggak usahlah Tante.. aku kayaknya enggak cocok sama baju-baju disini." kemudian ia berbisik, "mini dress-nya terlalu pendek.. terus meskipun ada gaun yang panjang tapi area atasnya terbuka banget. Aku takut masuk angin. Enggak lucu banget, kan kalau sekali pakai ini, terus aku kerokan."
Tante Talitha tertawa keras sehingga membuat pegawai toko dan beberapa pengunjung yang juga sedang melihat memeperhatikan keduanya. Karin menegur pelan dan meminta agar Tantenya berhenti tertawa. "Karin Karin, kamu polos banget, sih. Cuma pakai gaun yang terbuka sedikit begini enggak akan bikin kamu masuk angin. Tinggal pakai jaket aja." kata Tante Talitha. "eh, kecuali kamu sengaja nyemplungin diri ke air pakai baju ini, baru deh bisa masuk angin."
Karin berdecak kesal, "Ah Tante.. tapi, aku emang enggak biasa."
"Udah udah, kamu cari dulu baju yang sesuai sama selera kamu. Pasti ada. Kalau udah ketemu, dicoba ya, biar Tante nilai." kemudian Tante Talitha mendorong pelan punggung keponakannya. Saat Karin sudah menjauh darinya, senyum yang sedaritadi ia tampilkan menghilang. Tatapannya berubah tajam sebelum akhirnya tangannya kembali bergerak pada lusinan pakaian yang digantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Ficción GeneralPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...