Setelah menutup pintu rumahnya, Luna kembali keruang keluarga untuk membereskan piring dan gelas bekas penyajian. Ia menoleh sebentar kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Kemudian, Luna beralih kedapur dan membersihkan semua nampan, piring dan gelas diwestafle.
Saat semuanya telah selesai dikerjakan, Luna pergi dari dapur menuju kamar Miki. Ia menemukan adik bungsunya itu masih terlelap dengan ditutupi selimut hingga leher. Ia berjalan kearah Miki kemudian meletakkan telapak tangannya dikening adiknya itu. Mencoba mengira suhu tubuhnya yang nyatanya lebih panas dari sebelumnya. Wajah Miki pun lebih pucat dibanding siang tadi.
Luna menggoyang pelan pundak adiknya itu, "Miki." panggilnya agar adiknya terbangun. Miki bergeming. Kedua matanya belum terbuka hingga membuat kakaknya semakin khawatir. Luna kembali membangunkan Miki berulang kali agar setidaknya adiknya itu membuka kedua matanya.
Miki bergerak dan mengerang pelan. "Hmm?" hanya itu jawaban yang diberikan oleh Miki. Jawaban yang terdengar tak bertenaga.
"Kita periksa ke dokter aja, yuk. Suhu badan lu makin panas." saran Luna.
Miki menggelengkan kepalanya, "Gua udah minum obat, nanti juga sembuh."
"Ya udah, sekarang lu bangun dulu. Enggak baik, tidur menjelang matahari terbenam." Luna memberi nasihat sambil melipat selimut yang dipakai oleh Miki.
Miki mengangguk sambil meyandarkan punggunya disisi tempat tidur bagian belakangnya. Kemudian, Luna keluar dari kamar untuk mengambilkan sayur sop buatannya tadi siang. Dia berpikir ada baiknya Miki makan sup dulu sebelum makan malam.
Pintu depan terbuka dari luar saat Luna akan masuk keruang dapur. Ia melihat Karin sudah sampai dan melempar senyum saat melihat Luna.
"Halo. Lu masih sendirian, Lun?" sapa Karin yang meletakkan sepatunya dirak.
"Enggak. Miki udah sampai dan lagi dikamar. Dia lagi kurang sehat." jawab Luna.
"Kurang sehat? Kenapa?" tanya Karin.
"Katanya sih flu, tapi barusan gua check, panasnya makin tinggi."
"Enggak dibawa kedokter aja?"
"Dia enggak mau, katanya udah minum obat antibiotik. Gua mau ambil sup dulu buat dia." Kata Luna yang kemudian masuk ke dapur.
Karin segera menuju kamar adik bungsunya itu saat mendengar perkataan Luna. Didalam kamar, Karin melihat Miki sedang memejamkan dua matanya dengan posisi duduk diatas kasurnya.
Seperti Luna, kakak pertama itu juga meletakkan telapak tangannya dikening adiknya untuk memeriksa suhu tubuhnya. Karin khawatir melihat wajah pucat Miki. "Miki?" panggilnya.
Miki membuka dua matanya yang agak memerah, "Halo, kak." sapanya. "Akhirnya, pulang juga." ia tersenyum.
Karin membalas senyum adiknya, "Lu kenapa?" tanyanya. Dalam hati ia semakin khawatir saat mendengar suara Miki yang serak.
"Meriang, kak.. Kayaknya kecapekan dan kena flu." jawab Miki.
"Baru hari ini meriangnya apa udah dari kemarin?"
Miki menggelengkan kepalanya, "Udah tiga harian."
"Kita kedokter aja, yah? Takutnya, bukan sakit flu." pinta Karin.
"Gua udah minum obat kok, kak.. biasanya agak mendingan, kalau udah minum itu." Miki tetap menolak.
"Hmm, ya udah. Lu istirahat aja dulu, tapi jangan tidur ya. Gua taruh tas dulu dikamar." Karin mengingatkan kemudian beranjak keluar setelah menerima anggukan mengerti dari adiknya.
Didapur, Luna baru saja menghangatkan kembali sup buatannya tadi siang. Sedikit demi sedikit menyendokkannya ke mangkuk ditangannya. Setelah selesai, dia menutup kembali panci isi supnya dan dengan perlahan membawa mangkuk dan segelas teh hangat dengan nampan ditangannya.
'Tok tok tok.' Luna berhenti melangkah kearah tangga saat mendengar pintu rumahnya diketuk.
Ia berjalan kearah rak sepatu kemudian meletakkan nampannya diatas rak tersebut. Belum sempat dia memegang gagang pintu rumahnya, seseorang dari luar sudah membukanya terlebih dahulu.
"Eh, enggak dikunci toh." gumam seseorang yang mendorong pintu itu, yang ternyata adalah Reynata.
"Ternyata lu, Rey.. gua pikir, siapa." kata Luna."Selamat datang."
"Yap." jawab Rey dengan riang. "Lu kapan sampainya, Lun?" sambil melangkah mendekati saudarinya itu dan memeluknya. Ia sangat merindukan saudarinya itu.
"Kemarin sore." jawab Luna, "Kok lu sampainya sore banget, sibuk banget ya ditempat pelatihan?" tanyanya.
Reynata menganggukkan kepala, "Iya, seharian ini gua jalanin tes dan baru selesai jam 3." ia melepaskan sepatunya dirak dan melihat ada nampan diatasnya. "Ini makanan buat siapa, Lun?"
"Buat adik lu. Dia lagi sakit dan sekarang tiduran dikamarnya." jawab Luna sambil mengangkat kembali nampan itu.
"Miki?" tanya Reynata.
Luna mengangguk, "Siapa lagi?"
"Sakit apa?"
"Ngakunya sih kena flu." Luna melangkah mendahului Reynata yang sedang mengunci kembali pintu rumahnya. Kemudian, dia mengikuti Luna keatas.
"Enggak dibawa kedokter aja, kalau sakitnya parah."
"Dianya enggak mau, tapi kalau setelah ini keadaannya makin parah biar gua seret aja ke klinik atau rumah sakit."
Mereka memasuki kamar Miki, dan mendapati Karin yang sudah berganti pakaian. Ia sedang menarik tirai untuk menutupi jendela kamar adiknya. Luna bergerak kearah meja belajar dan meletakkan nampannya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Fiksi UmumPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...