"Nona, apa benar-benar yakin mau pulang hari ini juga?" tanya Andreas yang saat itu memerhatikan Luna dari sudut pintu ruangan. Arga sudah diminta Luna untuk pulang sejak semalam karena tahu kekasihnya itu butuh istirahat, dan harus bekerja hari ini.
"Iya. Aku udah enggak apa-apa. Luka kecil kayak gini, enggal perlu sampai dirawat terlalu lama." jawab Luna, "Oh iya, Dani udah datang?"
"Belum."
Luna hanya mengangguk mengerti kemudian kembali beralih merapikan barang-barang yang ada di dalam tas kecilnya. Dokter pun sudah mengijinkan, dan beberapa saat lalu suster sudah mencabut kabel infus ditangannya. Ia juga merasa lega karena akhirnya Miki sudah sadar meskipun belum bisa diajak bicara banyak karena kondisinya yang masih lemah. Saat ini dia masih tidur, dan salah satu teman Andreas lah yang menjaganya, karena Dani harus pulang untuk sekadar membersihkan diri dan mengambil beberapa pakaian untuk persiapan menginap malam ini. Karin juga pulang ke apartemen bersama Tante Talitha. Awalnya, ia berjanji akan segera kembali untuk menemani Miki namun kenyataannya hingga sekarang belum datang, dan Luna tidak tahu alasan kenapa ia tidak datang.
"Sementara, aku minta tolong kamu dan temanmu . . . siapa namanya?" tanya Luna sambil melirik ke arah Arga.
"Gio."
"Ya, Gio. . . tolong jaga Miki sampai aku dan Reynata kembali atau setidaknya sampai Dani kembali." pinta Luna.
"Ya, pasti Nona. Bagaimana kalau saya mengantar Luna dan Reynata pulang ke rumah? Supaya energi kalian enggak terlalu banyak dipakai." tawar Andreas.
"Enggak perlu, aku dan Rey berencana pesan taksi online. Aku mau kamu di sini dan jaga Miki dengan baik. Jangan biarkan orang asing masuk ,kecuali suster dan dokter. Itu pun harus kalian pastikan kalau mereka benar-benar suster dan dokter."
Andreas mengangguk mengerti meskipun merasa agak curiga melihat sikap Luna yang tiba-tiba was-was. "Kemarin . . . jujur saja, saya merasa waspada melihat kedatangan Ibu Talitha ke rumah sakit ini. Saya pikir hubungan kalian tidak terlalu dekat tapi kenyataannya, ia rela membatalkan keberangkatannya demi bertemu dengan kalian karena khawatir."
Luna berhenti bergerak. Mendengar nama Talitha mengingatkannya kembali tentang perjanjian semalam. Alasan dirinya dan Reynata bersikeras ingin pulang hari ini karena Tante Talitha memintanya membawa master rekaman yang terdapat dalam laptop Reynata. Ia pun berbohong saat mengatakan akan naik taksi online, melainkan akan ada seseorang, utusan dari Tante Talitha, yang menjemput mereka dan mengantar ke rumah. Memastikan mereka akan benar-benar membawa master rekaman itu.
"Nona?" panggilan Andreas kembali tersadar dari lamunannya.
"Hm." Luna kembali bergerak dengan menutup resleting tasnya, "gimana kabar Paman? masih berapa lama lagi beliau di rawat di rumah sakit?"
"Masih butuh beberapa hari lagi, sampai Tuan diijinkan untuk pulang. Sambil menunggu waktu itu datang, beliau ikut memantau perkembangan pencarian pelaku yang tertangkap pada kamera cctv dan sengaja memutuskan kabel rem."
"Ada berapa orang sejauh ini?" tanya Luna.
"Baru satu yang ketahuan." jawab Andreas lagi.
"Semoga pelakunya belum kabur terlalu jauh." jawab Luna sambil duduk di atas kasur untuk menunggu Reynata datang ke kamarnya.
"Saya juga berharap begitu, supaya kasus ini segera mendapat titik terang." jawab Andreas.
"Titik terang . . ." Luna menggumam. Ia mulai merasa bersalah ketika tahu Andreas dan Pamannya saat ini tengah berjuang mencari kebenaran, sedangkan sebenarnya dia bisa memberikan kontribusi besar dengan memberikan rekaman yang dimilikinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/95925263-288-k987330.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Художественная прозаPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...