Perlawanan

127 18 1
                                    

Pukul 10 malam, Luna sudah berbaring diatas tempat tidurnya. Ada perasaan senang setelah tahu sifat asli Tante Talitha. Ia memiringkan tubuhnya kemudian memeluk guling di depannya. Dalam perasaan senang itu, ia masih merasa penasaran dengan komentar yang akan diberikan oleh Karin. 

"Kenapa, dia enggak menghubungi, ya?" tanyanya dalam hati. Rasa penasaran yang terlalu besar, membuatnya mengambil handphone yang diletakkan di atas kasurnya kemudian memberanikan diri mengirimkan pesan whatsapp pada saudara tertuanya itu. 

'Sorry, ganggu malam2. . . tapi, gua mau tahu apa lu udah dengar rekaman yang kita kasih tadi sore?'

Pesan terkirim. Luna tak berharap Karin akan membalasnya malam ini. Setidaknya, ia sudah bertanya untuk memancing Karin menyampaikan pendapatnya. Namun tak sampai 1 menit, Luna terkejut melihat status online pada whatsapp Karin, dan kini terlihat saudaranya itu sedang mengetikkan balasan.

'Gua enggak mendengarkan apapun. Dalam flashdisk yang kalian kasih, enggak ada file-nya. Kalian kayaknya ceroboh sampai enggak periksa filenya sudah ter-transfer sempurna atau enggak.'

Balasan yang datang membuat Luna segera terbangun dari pembaringannya. Mengernyit bingung ketika Karin mengatakan tak menemukan file apapun. "Tapi, kok bisa? Apa iya, tadi di transfer-nya kurang sempurna?" 

Luna segera membalas pesan Karin, 'Oh, masa? Lu udah coba cabut dan colokin lagi? takutnya enggak kebaca dari laptop lu doang.'

'Bukan laptop gua yang bermasalah, tapi file kalian . . . gua udah coba colokin di LCD, dan tetap enggak ada.' Karin membalas dengan cepat.

'Oke, kalau gitu, besok gua bakal kirim ulang filenya. By email aja gimana, biar enggak ada kasus file enggak kebaca lagi?' Luna menawarkan alternatif lain.

'Oke.'

'Kirimin alamat e-mail nya.' pinta Luna.

'Besok gua kirimin, gua lupa soalnya agak panjang.' 

'Oke. Ditunggu.' 

Setelah itu, aktifitas kirim pesan diantara mereka terhenti. Luna mematikan handphone-nya dan kembali berbaring. Dalam kepalanya, ia berpikir kenapa dia dan Reynata bisa melakukan hal seceroboh itu. Jika begini, Karin akan semakin lama mengetahui kenyataan yang sebenarnya. 

***

Di apartemen, Karin dan Tanta Talitha masih berjaga karena Tantenya yang tiba-tiba memesan pizza. Keduanya duduk bersampingan di kursi bar yang dekat dengan dapur. Karin menonaktifkan handphone-nya setelah membalas pesan dari Luna.

"Abis berbalas pesan sama siapa?" tanya Tante Talitha. 

"Luna. Dia nanyain apa aku udah mendengarkan rekaman yang dia kasih atau belum." Karin kembali menikmati pizza keju yang semakin terasa lezat dalam mulutnya.

"Hem, terus kamu kasih tahu kalau flashdisk-nya kosong?" 

"Iya." 

"Terus, dia bilang apa? Ternyata emang lupa untuk memastikan file ditransfer secara sempurna atau enggak?" Tante Talitha terasa penasaran. 

Karin menganggukkan kepala, "Kayaknya, sih iya. Terus, Luna bilang akan kirim ulang by email supaya enggak terjadi lagi kasus kayak tadi."

"Email?" Tante Talitha menyembunyikan syok yang hanya dirasakannya sendiri. "email kamu?" ia tidak menyangka akan ada alternatif yang mungkin tidak bisa ia kacaukan seperti flashdisk tadi. 

Karin mengangguk. "Udah ah, Tante jangan ngomongin itu mulu. Aku bosan. Mending kita omongin persiapan aku ke luar negeri. Kira-kira visa dan passportnya bakal selesai kapan, sih?"

Tante Talitha, "Tenang aja, enggak akan lama kok. Tante punya teman yang kerja di imigrasi, akan Tante usahakan supaya bisa keluar lebih cepat." lalu ia berkedip sebelah, mengisyaratkan supaya keponakannya itu tidak khawatir. 

Karin membalas dengan cengiran senang, "Tante emang the best." ia mengarahkan jempol kanannya. 

"Tapi. . . omong-omong, besok kan hari terakhir Tante di Jakarta. . . mmm, kamu mau enggak seharian nemenin Tante jalan-jalan dan shopping?" tatapannya terlihat memohon. 

Karin tak perlu lama berpikir karena ia selalu senang jika diajak shopping atau mengitari mall, "Bisa. Besok aku ijin sama bos. Pasti dibolehin karena jatah cutiku masih banyak." 

Tante Talitha bergerak memeluk keponakannya itu dan menunjukkan kesenangan, "Aaaa, Tante sayang banget sama kamu."

Karin membalas dengan menepuk pundak sang Tante, "Iya, aku juga sayang sama Tante." Tanpa diketahui olehnya, Tante Talitha tersenyum sinis karena sebuah rencana rahasia baru saja berhasil ia jalankan, dan Karin sudah masuk ke dalam jebakannya. Dalam pikirannya, besok akan menjadi hari yang melelahkan karena harus mencegah Karin mendengarkan rekaman itu dan mengurus kedua saudaranya, Luna dan Reynata. Ia juga harus segera menghubungi adiknya, Iqbal, supaya mereka bisa bersiap-siap menghadapi kenyataan buruk terkait Agung yang tahu kecelakaan disengaja yang menimpanya. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang