Perlawanan (Part 4)

132 22 6
                                    

"Tante, aku ke toilet dulu ya.  Titip Hp sama tas." pinta Karin. 

"Iya, jangan lama-lama ya." kata Tante Talitha sembari tersenyum. Setelah keponakannya pergi, Tante Talitha menunggu dengan meminum sisa minuman dalam gelasnya. Tak lama, ia melihat layar handphone Karin menyala. Ia kembali tegang dan segera mengambil benda itu. Dibagian atas layar terdapat notifikasi ada email masuk. 

Ia segera membuka password garis yang dipasang oleh keponakannya. Beruntung, sejak tadi dia memperhatikan bagaimana kombinasi garis yang dibuat oleh Karin sehingga sekarang ia mudah membuka handphone tersebut. Tante Talitha menekan aplikasi email dan menemukan sebuah alamat dengan nama Luna telah mengiriminya pesan.  

'Ini rekamannya.' dua kata itu tercantum di bagian subjek email. File lampiran yang dikirimkan sama seperti file dalam flashdisk sebelumnya. Tanpa memeriksanya lagi, Tante Talitha segera menghapus email tersebut dan juga membersihkannya pada kotak Sampah dalam email untuk menghilangkan jejak atau memberikan kesempatan Karin menemukan lagi email tersebut. Setelah usai menyelesaikan aksinya dia keluar dari aplikasi dan menon-aktifkan layar agar sama seperti sebelum Karin pergi. Ia meletakkan kembali handphone itu dengan posisi yang sama di atas meja. 

"Hari ini kayaknya keberuntungan lagi mengikutiku." katanya dalam hati sambil tersenyum penuh kemenangan. 

Beberapa menit kemudian, Karin kembali. "Kita mau lanjut jalan lagi, atau Tante masih belum bisa jalan karena kekenyangan?" tanyanya sambil memasukkan handphone-nya ke dalam tas. 

"Yuk, lanjut jalan lagi. Makanan Tante udah turun ke dalam perut." Tante Talitha berdiri dari bangkunya dan dengan riang menggandeng lengan keponakannya. Karin merasa agak aneh dengan keriangan yang tiba-tiba dialami Tantenya, namun memilih tak memusingkannya dan membalas gandengan itu. Kemudian, keduanya keluar dari restoran setelah Tantenya membayar di kasir.

*** 

Didalam mobil, Miki yang duduk disamping Luna mencuri-curi pandang saat kakaknya itu selesai mengirimkan sebuah pesan melalui email. "Ng-emailin tugas, ya Lun?" tanyanya penasaran. 

Luna yang telah memasukkan kembali handphone-nya ke dalam tas, melirik kearah adiknya, "Lu liat-liat, ya? Kepo." 

"Ih gua kan nanya doang, enggak dijawab juga enggak apa-apa." jawab Miki kesal. 

Reynata yang tahu kedua saudaranya kembali berdebat, tak menoleh untuk menegur mereka. Ia fokus dengan jalanan didepan dan sesekali memberikan arahan pada sopir taksi online.

"Gua email-in si Karin, Su. . . ngirimin file rekaman yang hilang dari flashdisk kemarin." jawab Luna. 

"Nah, kan enak langsung dijawab begitu. Pake ngatain gua kepo dulu." jawab Miki. 

"Sengaja, buat ngelanjutin senam emosi tadi." Luna terkekeh. Miki melirik kesal dan menyiapkan capitan cubitannya untuk diarahkan pada kakaknya. Luna membuat pertahanan dengan tangannya agar tangan adiknya tak bisa meraih lengannya. Reynata hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan dua saudaranya. 

BRAK !!!

Tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi mengalami hantaman keras dari belakang. Membuat supir kesulitan menguasai kendaraan. Mobil mereka tak lagi berposisi lurus melainkan menyerong ke kiri saking kerasnya hantaman. 

BRAK !!

BRAK !!!

Dua kali mobil mereka kembali dihantam hingga akhirnya membuat kendaraan tersebut terbalik kemudian tertidur di atas aspal yang tidak terlalu diisi banyak kendaraan. Miki duduk terpojok ke bawah. Kaca mobil telah pecah karena menghantam aspal dan membuat kepalanya bisa menyentuh aspal. Posisi Luna bertumpu pada tubuh sang adik. Reynata tetap pada posisinya karena tertahan dengan seat belt yang melingkari tubuhnya. Begitupun dengan sang sopir, namun darah segar terlihat turun dari dahinya karena menyentuh pecahan kaca yang telah berserakan di aspal yang tertutupi oleh mobilnya. 

Seketika beberapa kendaraan yang melintas dibelakangnya berhenti. Orang-orang keluar dan mencoba membantu penumpang yang menjadi korban dan mengamankan pengemudi yang telah menabrakkan mobilnya dengan brutal. 

Seseorang yang membawa mobil, mengijinkan keempat korban yang sudah tak sadarkan diri itu dimasukkan ke dalam. Kemudian, mengantar mereka semua ke rumah sakit terdekat. Sedangkan, sang pelaku yang juga mengalami sedikit luka akibat terhantam setir mobilnya sendiri dibawa ke kantor polisi, yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat kecelakaan--untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. 


My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang