Satu persatu masakan mulai matang. Karin dan Reynata menata hasil karya mereka kedalam mangkuk besar untuk sayur dan piring untuk telur balado. Keduanya membawa makanan itu ke ruang keluarga. Saat menuju ruang keluarga, mereka melihat Luna berjalan keluar menuju pintu rumah.
"Mau kemana, Lun?" tanya Reynata.
"Bukain pintu buat Arga." jawab Luna tanpa menghentikan langkahnya. Ia membuka pintu rumah dan berjalan keluar menuju gerbang. Benar saja, diluar sana sudah berdiri Arga yang langsung melambaikan tangannya kearah Luna.
Luna melempar senyum ketika menatap wajah kekasihnya yang sudah lama tak dilihatnya. Ia membukakan pintu pagar yang memisahkan jarak mereka. Arga langsung memeluk kekasihnya itu dan menciumi keningnya tanda rindu.
"Gimana keadaan kamu? Udah mendingan?" tanyanya.
Luna mendongakkan sedikit wajahnya untuk menjawab pertanyaan Arga dengan anggukan. "Iya, berkat saudara-saudara yang ngurusin aku, jadi berasa lebih baik." katanya. "Kamu langsung dari kantor, ya?"
Arga memeluk kembali kekasihnya itu. Membiarkan kepalanya bersandar pada dadanya. "Iya. Deuh, kangen banget aku sama kamu." katanya lagi.
"Sama." jawab Luna dengan mengeratkan pelukannya. Larut dalam pelukan yang hangat, membuat keduanya tak menyadari kalau Miki bersama Dani yang baru saja sampai terkikik ketika memerhatikan keduanya.
"Ehem, kalau mau mesra-mesra'an jangan diluar kali... bikin iri aja." tegur Miki.
Luna terkejut ketika mendengar suara Miki yang tak jauh dari tempatnya dan Arga berdiri. Begitu pun dengan Arga yang ikut menoleh dan langsung melepaskan pelukannya ketika melihat Miki dan laki-laki disampingnya.
"Bagus deh kalau lu ngiri, biar bisa cepetan punya pacar." jawab Luna yang sengaja ingin menggoda adik bungsunya dan laki-laki disampingnya. Arga menyenggol pundak kekasihnya, mempertanyakan perkataan Luna yang menurutnya terlalu jujur. Luna membalas dengan memandangi Arga dengan tatapan penuh pertanyaan. Tak mengerti dengan kode yang diberikan.
Miki hanya berdecak kesal karena lagi-lagi niatnya membuat Luna malu malah berujung dirinya yang malu. Dani disampingnya hanya tersenyum mendengar perkataan Luna.
Arga tersenyum kearah Miki dengan raut malu. "Terlalu lama enggak ketemu, jadi kangen dan pengen meluk. Hehehe, sorry kalau jadi enggak enak dipandang."
"Enggak apa-apa, kok. Selama gua yang lihat, tapi kalau sampai satpam yang lihat bakal bermasalah. Yang ada kalian bakal dinikahin, lho." kata Miki.
"Enggak apa-apa, sih kalau akhirnya dinikahin. Yang penting mereka yang biayain." jawab Luna,
"Hiissh, udah lu dengerin aja kata-kata gua, kenapa sih? Gua nih lagi ngingetin. Jawab mulu." omel Miki. Arga juga menyenggol Luna agar mau berhenti berdebat.
"Iyaj iya." jawab Luna yang akhirnya mengalah. "Terus, by the way... laki-laki yang disamping lu, siapa? Enggak mau dikenalin?" tanya Luna.
Miki baru ingat kemudian buru-buru menatap Dani, "Oh iya, Lun.. Kenalin ini teman gua, yang tadi pagi gua ceritain baru datang dari Yogyakarta. Namanya Dani." Dani buru-buru mendekati Luna dan Arga kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Dani, ini Luna.. kakak kedua gua dan ini Arga, pacarnya." Selesai berkenalan, keempat orang itu bergerak masuk kedalam rumah.
Luna berjalan disamping Miki sedangkan Arga menemani Dani dibelakang mereka, "Su... selera lu bagus juga." Luna berbisik ke telinga Miki dengan menunjukkan jempol kanannya.
"Iya dong." balas Miki. Kemudian, keduanya malah terkikik geli.
"Bangga gua punya adik kayak lu."
"Baru nyadar sekarang?" tanya Miki. Luna berdecak kesal dengan tampang sombong adiknya. Namun, tangan kanannya malah dikaitkan pada tangan Miki kemudian tangan kiri iseng mengacak puncak rambut adiknya. Miki menggerutu, meminta agar Luna menghentikan aksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Ficción GeneralPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...