CHAPTER 099

64 12 0
                                    

CHAPTER 099

'D-dia bukan lagi dilevel Master dasar!'

Sang Munyo menjadi kaget dan mencoba mundur. Jika kekuatan Yeowun sama dengan miliknya, maka Munyo harus bertarung dengan hati-hati. Saat itulah Yeowun menyerang seperti kilat, melepaskan formasi keenam dari Tarian Pedang Butterfly melawan Munyo.

"Argh!"

Munyo mengayunkan bladenya untuk membela diri, tapi blade ditangan Yeowun itu datang ke arahnya seperti kupu-kupu yang meninggalkan jejak, membuat matanya berkunang-kunang. Kelebatannyapun jauh lebih cepat daripada blade miliknya sendiri.

Akhirnya blade milik Munyo terpental lepas, merobek telapak tangan Munyo. Saat Yeowun tidak menghentikan formasi pedangnya, Munyo dengan cepat berteriak,
"A-aku kalah! Kau lulus ujian. Sekarang berhentilah!"

Ini bukan masalah harga diri lagi. Sepertinya pedang Yeowun sedang mengarah padanya seolah-olah tebasan itu akan benar-benar membunuhnya. Blade Yeowun berhenti tepat di depan hidung Munyo.

"Hah hah..."

Wajah Munyo basah oleh keringat. Yeowun bertanya dengan curiga, "Apakah aku sudah lulus ujian Tahap keempat?"

Sambil mengangkat kedua tangannya, Munyo tergagap,
"Y-ya. Kau lulus, jadi mari kita hentikan ini sampai di sini saja."

Pengakuan itu untuk memberi sinyal kepada Yeowun bahwa Munyo telah menyerah, tetapi itu sebenarnya hanya sebuah skema. Munyo memutuskan untuk mengubah metodenya, karena dia tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan Yeowun begitu saja dengan cara jantan.

'Lebih baik aku mati daripada kau lulus ujian!'

Jika dia membiarkan Yeowun pergi dengan selamat, maka resikonya semua orang akan tahu bahwa justru dialah yang menyergap Yeowun.

Munyo mengumpulkan energi di kedua tangannya. Dia berencana akan segera menghantam kepala Yeowun setelah anak itu menyarungkan kembali bladenya.

"Baiklah."

'Bagus!'

Saat Yeowun menarik kembali bladenya dan memasukkannya kembali ke dalam sarung, Munyo menyipitkan matanya. Namun, pada saat itu, tinju Yeowun menghajar tubuhnya, melemparkan tubuhnya ke belakang. Kekuatan serangan itu membuatnya tersungkur.

Munyo menjadi tercengang.
"B-bagaimana mungkin..."

"Kau seharusnya menyembunyikan energi dari tanganmu jika kau akan berbohong."

"B-bagaimana kau bisa tahu...!"
Munyo sangat terkejut hingga dia tergagap.

Bagaimana Yeowun tidak tahu, kalau energi ditangannya saja masih berpendar? Energi ditelapak tangannya masih membayang jelas saat dia menyerah, tandanya dia ingin menyerang diam-diam.

[Energi yang terfokus di tangan musuh tidak lagi terdeteksi. Menurunkan tingkat risiko.]

Tidak mungkin Sang Munyo mengetahui kemampuan Nano yang bisa mendeteksi adanya bahaya. Yeowun kemudian menghampirinya dengan ekspresi wajah dingin.

Dengan penuh ketakutan, Munyo berseru,
"M-maaf. Aku tidak berbohong lagi. Aku menerima kekalahanku! Aku akan memberitahu Kepala Akademi bahwa kau lulus... AAAARGH!"

Sebelum Munyo selesai berbicara, Yeowun menghentak kakinya ke tulang rusuk kanan Munyo, hingga meremukkan tulangnya, lagi. Tulang rusuk yang tadinya hampir sembuh setelah 3 minggu istirahat, dan meditasinya selama ini jadi sia-sia. Yeowun memelototi Munyo.

"Seharusnya dari tadi kau melakukan itu. Sudah terlambat."

Munyo menjadi muram karena putus asa. Kemudian Yeowun juga menginjak dada kiri Munyo, dan meremukkan semua tulang rusuk kiri.

Setelah sekitar satu jam, para instruktur berkumpul di kantor Kepala Akademi untuk membuat laporan tentang tes Tahap ketiga. Namun, mereka sekarang dengan simpatik menatap seseorang yang tergeletak di lantai. Itu adalah Instruktur Sang Munyo.

"Hmph."

Lee Hameng, yang sedang duduk di kursinya, menatap Munyo dengan malu. Beberapa waktu yang lalu, Chun Yeowun telah membawa Sang Munyo ke ruangannya dengan cara digotong di pundaknya.

Sang Munyo sudah pingsan, dan Yeowun yang datang bersama ditemani oleh penjaga yang membantunya menggotong Munyo, meletakkan Munyo di lantai kantor dan menjelaskan apa yang terjadi.

'Aku tahu dia akan melakukan sesuatu ...'

'Berniat untuk membalas dendam pada kadet? Bodoh sekali.'

Sebagian besar instruktur tampak tercengang dan kehilangan kata-kata atas apa yang dilakukan Munyo. Biasanya, terlebih dulu mereka harus mendengar penjelasan dari kedua versi. Namun dalam kasus kali ini, sepertinya tidak perlu untuk yang satu ini.

Tes Tahap keempat memang mengharuskan para kadet untuk berduel melawan seorang instruktur. Jika Munyo yang menyergap Yeowun, maka dia akan dikeluarkan dari akademi. Namun jika Yeowun yang justru menantangnya, maka Yeowun baru saja lulus ujian.

'... Anak ini sudah cukup lihai.'

Bahkan jika Sang Munyo menyerangnya lebih dulu, tapi Yeowun malah membalasnya dengan cara memotong lengannya atau melakukan sesuatu yang terlalu kejam, mungkin itu akan memicu kemarahan para instruktur yang lain. Namun, Yeowun justru menghancurkan semua tulang rusuk Munyo, sehingga tidak terlalu terlihat.

"Dia sudah belajar caranya mengendalikan diri."

Ini berarti, Yeowun sekarang belajar menjaga dirinya sendiri. Hameng ingin memujinya dalam hal ini, tetapi dia tidak bisa mengatakan ini di depan semua instruktur. Hou Jinchang angkat bicara lebih dulu.

"Yah, walau bagaimanapun, dia tetap ... lulus."
Lee Hameng juga menyeringai dan mengangguk.

Jadi, sepanjang sejarah Akademi Iblis, ini adalah rekor tercepat bagi seorang kadet untuk lulus ujian Tahap keempat: hanya satu jam setelah ujian Tahap ketiga berlalu.

"Yah, itu hanya masalah waktu."

Yeowun sudah mampu mengalahkan tawanan yang menggunakan teknik Pembalikan Darah, yang sanggup mendorong mundur Hou Jinchang. Hameng mengambil sesuatu dari laci mejanya dan melemparkannya ke arah Chun Yeowun.

"Ambil ini."

"Hah?"

Itu adalah medali perak dengan kata 'SL' tertulis di atasnya, membuktikan statusnya sebagai 'Squad Leader'. Hameng menghampirinya dan melepaskan label nomor hitam dari dadanya.

"Selamat, karena telah lulus ujian Tahap keempat dalam waktu sesingkat-singkatnya, Squad Leader Chun Yeowun."

Tepat dua bulan berlalu, Yeowun sekarang bisa mendapatkan kembali kehormatan namanya, dari hanya kadet ke-7. Dia sekarang telah mendapatkan gelar 'Squad Leader'.

'Oh! Kalau begitu aku bisa melihat monumen di lantai tiga dan empat!' Inilah yang paling membuat Yeowun bersemangat.

Di ruang medis lantai dua, Baek Jongmeng menatap instruktur Sang Munyo dengan ekspresi simpatik di wajahnya.

"Kupikir kau ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin? Sungguh pria yang malang."


NANO MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang