CHAPTER 016

72 16 0
                                    

CHAPTER 016

Di ruang medis di gedung utama Akademi Iblis, menjelang tengah malam...

"Ngh..."

Kadet ke-23 terbangun setelah lama pingsan karena sengatan listrik. Tubuhnya menggigil setelah kejadian itu, dan yang dia ingat hanyalah bahwa dia telah dilumpuhkan oleh kekuatan yang tidak diketahui asalnya, saat dia mencoba untuk memotong urat kaki Chun Yeowun.

'K-kenapa aku pingsan?'
Dia melihat sekeliling, tetapi dia masih di ruang medis.

'Apa yang sedang terjadi?'
Dia celingak celinguk melihat sekeliling, dan merasa ada yang aneh pada dirinya. Si Kadet biasanya bisa merasakan geraian rambut yang menyentuh bahunya, tetapi ketika dia bergerak, dia tidak bisa merasakan itu lagi.

"...Tidak. Itu tidak mungkin."

Dia tidak bisa merasakan sehelai pun rambutnya. Kadet itu kemudian bangkit dan mencoba mencari cermin, tetapi sebelum dia bisa bangun, kekuatan yang kuat mendorongnya kembali ke tempat tidur.

"Ugh!"

Tidak ada kerusakan pada otot badannya, hanya lukanya yang dijahit tadi dengan jarum, yang menyisakan rasa nyeri. Dia kemudian menunduk melihat ke bagian bawah tubuhnya. Ada tali yang membelit agar menahannya tetap di tempat tidur. Dia tidak bisa melepaskan diri dari belitan itu, tidak peduli seberapa keras dia meronta.

"A-siapa yang mengikatku di sini?!"
Pertanyaan yang entah pada siapa dia tujukan.

"Aku."

Tirai ditarik dan seseorang muncul. Itu adalah Chun Yeowun.
Kadet ke-23 menjadi kaget dan terkesiap, "K-kok bisa?!"

"Menurutmu? Kau pingsan, jadi aku yang mengembalikanmu ke tempat tidur. "

"Pingsan?!"

Si kadet masih menyangsikan fakta itu. Ternyata apa yang dia duga itu memang benar. Dia kemudian menjadi khawatir tentang alur situasi selanjutnya.

Chun Yeowun, yang seharusnya terbaring di ranjang karena menderita luka dalam, terlihat mampu berjalan dengan baik. Belum lagi, Yeowun telah mengikat dirinya ke tempat tidur. Dan tentu saja, dia juga yang tahu pasal rambutnya.

"D-di mana rambutku?!"

"Tak perlu panik. Kau botak sekarang."

Yeowun menyeringai dan kadet ke-23 menggeliat, mencoba berteriak.

"Tidak tidak!! Aku tidak bisa.. TIDAK! Aku? Botak?! TIDAK!"

"Diam." Yeowun membentak.

Kadet ke-23 mencoba berteriak tetapi Chun Yeowun segera memukulnya dengan tinju, hingga dia pingsan lagi.

"Anak ini terlalu berisik. Aku harus menyumpal mulutnya pakai lap atau semacamnya, "gumam Yeowun.

Tidak butuh waktu lama, kadet ke-23 siuman lagi. Dia mencoba berteriak lagi kali ini, tetapi dia menyadari ada kain di mulutnya yang menghentikannya untuk mengeluarkan suara.

Yeowun kemudian duduk di kursi di samping tempat tidur. Kadet ke-23 kembali ke akal sehatnya. Dia sekarang paham seperti apa situasinya.

"..!!!!!" Si kadet ke-23 ngomel-ngomel dengan mulut tersumpal.

"Ada kain di mulutmu. Kalau aku diposisimu, aku tidak akan mencoba mengatakan apa pun." Yeowun berkata dengan nada santai.

Suara dingin Yeowun membuat mata kadet ke-23 bergetar. Dia mengira Yeowun adalah pangeran bodoh yang tidak tahu apa-apa, tapi ternyata perkiraannya meleset.

"Apakah ini masih Pangeran yang sama dengan yang kemaren?"

Yeowun memelototinya dengan ekspresi dingin. Kadet ke-23 itu kemudian menyadari bahwa nyawanya dalam bahaya.

NANO MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang