CHAPTER 144

62 8 0
                                    

CHAPTER 144

Di belakang Hou Jinchang, ada lebih dari 40 instruktur bersenjata dan bersiaga. Mereka semua terlihat tegang. Chun Muyeon dan Mu Jinyun adalah prajurit level Grandmaster yang mapan. Satu-satunya yang bisa mengimbangi mereka satu lawan satu hanya Hou Jinchang. Alasan mengapa mereka semua dikerahkan ke sini, karena ada kemungkinan Muyeon atau Jinyun menolak untuk ditangkap.

'Apa yang sedang terjadi?'

Bahkan Chun Muyeon tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi. Ini adalah pertama kalinya dia mengalami kejadian seperti ini dalam 3 tahun 6 bulan masa pendidikannya di akademi.

'Jika mereka bersiap dengan senjata, maka mereka sudah memperkirakan kalau kita akan melawan.'

Dari gestur para instruktur yang bersikap waspada di luar, sepertinya situasi akan menjadi lebih buruk jika dia melawan.

"Baik, Pak."

Muyeon kemudian menarik kembali pedang yang dia pegang, untuk latihannya. Jika Muyeon sudah menentukan sikap, maka Mu Jinyun juga harus mengikuti saudaranya.

"Pilihan bagus."

Kemudian keduanya dibawa keluar dari ruang pelatihan dengan pengawalan lebih dari 40 instruktur yang mengelilingi mereka.

Di luar gedung, beberapa anggota dari kelompok Chun Muyeon melihat dua orang ini dibawa pergi dengan tatapan tercengang.

Di antara mereka juga ada Guk Shin. Dari raut wajah serius mereka, pasti mereka tahu sesuatu.

'Apa yang sedang terjadi?!'

Jinyun dengan cepat mengirim pesan telepati. Guk Shin kemudian menjawab dengan berita yang bahkan tidak Jinyun bayangkan.

'A-Aku tidak tahu persis. Tetapi instruktur mengatakan bahwa mereka telah menemukan beberapa mayat di dalam akademi.'

'Apa?!'

Jinyun menjadi muram. Apa yang sedang terjadi? Membunuh seseorang di dalam akademi tentu saja itu melanggar aturan. jadi itu seharusnya tidak terjadi. Dan bahkan jika mayat sudah ditemukan, mengapa malah mereka yang dibawa pergi?

Jinyun ingin bertanya lebih banyak tetapi dia tidak bisa melakukannya lagi karena mereka dibawa pergi. Ketika mereka sampai di depan gedung, ada 2 orang instruktur yang berjaga di pintu masuk.

"Instruktur Hou."

"Aku membawa tersangka. Dimana Ketua Akademi?"

"Beliau berada di TKP. Beliau juga memerintahkan untuk segera membawa tersangka ke sana."

'Tersangka?'

Wajah Jinyun seketika berubah muram. Dia tidak tahu mengapa dia yang diciduk. Dan sekarang jadi yakin bahwa Muyeon dan Jinyun tertuduh sebagai pembunuh.

"Bawa kami ke sana."

"Baik, Pak."

Dengan 2 orang instruktur yang membimbing rombongan, semuanya kemudian beralih ke area asrama akademi. Tempat yang mereka tuju adalah gang gelap di belakang asrama. Disana sudah ada sekitar 20 instruktur, dan area itu diterangi oleh cahaya dari obor yang diangkat oleh para instruktur ini. Hampir semua instruktur sekarang ada di sini.

"Apakah ini bau darah?"

Udaranya dingin membeku, tetapi bau anyir darah yang kental memenuhi area itu. Di tengah tempat 20 instruktur berdiri, tampak Lee Hameng sedang mengamati sesuatu. Ada total 4 mayat yang bergelimpangan.

'Apa!' Mata Jinyun bergetar.

Itu adalah kadet yang mengatakan bahwa merekalah yang akan menyergap Chun Yeowun. Jinyun tidak tahu penyebab mengapa malah mereka yang ditemukan sebagai mayat.

'Apa yang terjadi? Mengapa malah mereka yang terbunuh?!'

"Pak Ketua."

Hou Jinchang menyapa, dan Lee Hameng bangkit berdiri. Wajahnya terdistorsi dengan kemarahan. Lee Hameng berjalan ke arah kelompok itu dan berdiri di depan dua orang kadet tersangkanya.

"Master Chun Muyeon. Leader Mu Jinyun."

"Ya, Ketua."
Chun Muyeon dan Jinyun keduanya membungkuk dengan sopan.

Lee Hameng berbicara kepada mereka dengan marah.
"Aku akan langsung ke inti kasus ini. Apakah ini ulah kalian berdua? Atau hanya ulah satu orang saja?"

Itu tuduhan secara langsung. Jinyun kaget mendengar pertanyaan Hameng tentang siapa dalang dibalik semua ini. Jika 4 kadet ini saat ditemukan sudah jadi mayat, maka hanya satu orang yang bisa berada di balik semua ini, yaitu Chun Yeowun. Tapi mengapa malah mereka yang dijadikan tersangka.

"K-kepala, saya masih tidak mengerti apa yang anda bicarakan."Mata Hameng terangkat.

"...Jadi, kalian akan mengingkarinya."

"Bukan begitu ..."

"Ketua." Chun Muyeon menyela Jinyun dan berbicara.

"Saya dan Jinyun sedang berada di ruang pelatihan, dan baru saja dibawa ke sini. Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi, jadi kami benar-benar tidak tahu apa yang anda bicarakan."

Tidak seperti Jinyun, emosi Muyeon masih tetap tenang. Lee Hameng kemudian memberi isyarat kepada mereka untuk mengikutinya. Saat mereka berjalan melewati beberapa instruktur yang berputar-putar dengan membawa obor di sekitar lokasi. Mereka melihat mayat pertama dengan salah satu kakinya meleleh, dan lengannya buntung.

'Hang Yujik?'

Itu adalah tubuh Hang Yujik, dari Klan Hasrat. Penyebab kematiannya adalah karena kehabisan darah, tetapi wajahnya menghitam yang dipastikan dia juga terkena racun.

'Racun? Mengapa?'

Jinyun menjadi bingung. Jika rencana mereka berhasil, seharusnya Chun Yeowunlah yang diracun. Tapi ini Hang Yujik yang diracun.

"Apakah kalian sudah cukup melihatnya?"

Kemudian Hameng membawa mereka ke mayat lainnya.

'Kingpo!'

Kingpo, mati dengan posisi berlutut di tanah, masih dengan raut wajah ketakutan. Ada patahan pedang yang menembus di dadanya, yang diketahui merupakan pecahan pedang dari Klan Hasrat. Hanya dengan melihat ini, bisa disimpulkan bahwa sepertinya Kingpo dan Hang Yujik terbunuh saat saling bertarung.

'...Ada yang tidak beres.'

Jinyun kemudian menyadari ada yang tidak beres. Jika dilihat dari mayat-mayat ini, tidak ada satupun tanda-tanda keterlibatan Chun Yeowun saat membunuh mereka.

"Berikutnya."

Hameng kemudian menuju ke mayat yang terletak sekitar 15 langkah jauhnya dari posisi dua mayat pertama.

"UGH!"

Jinyun hampir muntah melihat kondisi mayat yang satu ini. Kepala dari mayat ketiga ini setengah hancur, dengan darah dan otak berceceran keluar dari tengkoraknya. Tetapi baju yang melekat ditubuh itu ditarik kebawah, untuk memperlihatkan punggungnya. Terpampang dengan jelas ada 8 jejak tapak tangan di atasnya.

'...!!!'

Jinyun merasakan keringat mengalir di dahinya. Chun Muyeon juga tampaknya terkejut dengan jejak telapak tangan di punggungnya. Tidak mungkin mereka tidak menyadari jejak seperti itu.

Teknik Delapan Tangan Energi!'

Ini adalah salah satu seni bela diri spesialis milik Klan Bijaksana, formasi keempat Tangan Energi Bijaksana. Mereka sekarang menyadari sudah seperti apa situasinya.

'Tapi bagaimana bisa...! Jadi, inilah alasan mengapa mereka sampai dianggap sebagai tersangka!'


NANO MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang