CHAPTER 148

53 7 0
                                    

CHAPTER 148

Dan pada saat tengah malam, sekarang waktunya sudah lewat dua jam dari waktu Baek Munsu memutuskan untuk menyerang. Di halaman besar kediaman Klan Bijaksana, halaman yang dua kali lebih besar dari halaman Klan Racun, sudah dipenuhi dengan bau anyir darah.

Terlihat mayat yang bergeletakan tak terhitung jumlahnya hampir di semua sudut halaman. Pembalasan dendam Klan Racun telah dimulai, tetapi hasilnya tidak terduga.

"Berlutut!!"

"Ugh!"

Kakek tua berambut putih itu memaksa seorang pria paruh baya untuk berlutut. Pria itu ingin melawan, tetapi apalah daya, sebentuk energi yang kuat menekannya dengan mudah. Dan saat obor dinyalakan, wajah pria itu terungkap. Dia adalah Baek Munsu, kedua bahunya telah berlumuran darah. Munsu tidak sanggup lagi mengangkat kepalanya saat dia merengut kesakitan.

'Sialan ... bagaimana ini bisa terjadi?'
Baek Munsu menggertakkan giginya.

Di halaman yang sudah terang dengan cahaya obor, semua jasad yang terkapar mengenakan topeng untuk menutupi identitasnya. Mereka adalah para prajurit dari Klan Racun. Di antara mereka, ada Baek Chau, Baek Munwung, dan para tetua lainnya. Semuanya telah terbunuh.

Munsu sulit mempercayai apa yang baru saja terjadi.
'Monster...!'

Dua jam yang lalu, saat Baek Munsu sudah bersiap, mereka segera melakukan penyergapan ke kediaman Klan Bijaksana. Munsu berpikir kalau Klan Bijaksana tidak akan siap untuk mengantisipasi serbuan dari Klan Racun. Tetapi ketika mereka menyelinap ke halaman dan melesat masuk, mereka tidak menemukan seorang penjagapun.

Barulah Baek Munsu menyadari bahwa mereka ternyata masuk dalam perangkap, dan mencoba untuk mundur secepat mungkin, tetapi sudah terlambat.

Hujan panah yang mengandung energi internal ditembakkan ke rombongan prajurit Klan Racun, hingga membunuh setengah dari jumlah mereka dengan mudah.

Tepat setelah itu, prajurit dari Klan Bijaksana merangsek masuk dan menyerang mereka. Baek Munsu dan prajurit lainnya bertarung dengan gagah berani, karena mereka sangat marah.

Tetapi situasinya berbalik disaat munculnya seorang kakek tua dan wanita tua dengan kerudung di atas kepalanya.

'Aku tidak percaya ini...!'

Munsu mendongak untuk melihat wanita paruh baya dengan kerudung merah yang menutupi wajahnya. Terlihat sedang membersihkan pedangnya dari darah yang lengket.

Dia adalah Nyonya Mu, istri pertama Tuan Lord. Munsu mengira wanita itu hanyalah seorang istri Chun Yujong yang lemah. Tapi ternyata dia sanggup membunuh Baek Chau dan Baek Munwung dengan pedangnya sendiri. Padahal kedua Tetua itu sudah di level Grandmaster, tetapi tetap saja mereka tidak berkutik. Tidak banyak orang di kultus ini yang tahu sudah setinggi apa kekuatannya.

"Kau ... kau menyembunyikan keahlianmu!"

"Oh, jadi kau masih bisa bicara? Aku tidak menyembunyikan apa pun. Dan aku juga tidak perlu untuk menunjukannya kepada siapapun."

"Kau berani..."

Tapi sebelum Munsu bisa menyelesaikan kalimatnya, pedang Nyonya Mu mengayun dan menebas putus leher Munsu. Kepalanya jatuh menggelinding ke tanah, dan Nyonya Mu meludahinya.

"Aku tidak ingin membuang waktuku untuk berbicara denganmu."

Pedang Nyonya Mu kemudian mulai terbakar dengan bau anyir darah yang mendidih. Semua prajurit Klan Racun menyimpan racun di dalam aliran darah mereka.

Saat Nyonya Mu mengalirkan Qi putih di atas pedangnya, darah yang menempel mulai mendidih dan mengeluarkan uap ungu dan menjadi lengket.

"Menjijikkan..!"

Kemudian Nyonnya Mu membersihkan pedangnya menggunakan sepotong kain, dan seorang pria paruh baya dengan janggut panjang berjalan mendekat ke arahnya.

"Nyonya Mu, kita sudah selesai membasmi tikus-tikus yang berani memasuki halaman kita ini."

"Bagus. Mereka selalu bertindak di bawah ekspektasiku."

Nyonya Mu sudah menebak bahwa Klan Racun akan menyergap mereka. Setelah menerima surat dari akademi bahwa Chun Muyeon dikurung dalam penjara karena dicurigai telah membunuh orang lain. Nyonya Mu sudah menduga ini akan terjadi.

"Kupikir aku bisa memanfaatkan mereka lebih lama... Sayang sekali."

"Tapi Nyonya, apakah menurutmu Klan Blade akan tetap diam?"
Bu Yankang juga diklaim telah dibunuh oleh Chun Muyeon.

Nyonya Mu menggelengkan kepalanya.
"Tanpa perintah Patriark mereka, mereka tidak akan pernah datang."

Tidak seperti Klan Racun yang telah kehilangan Patriark mereka, Patriark Klan Blade masih hidup, sehingga mereka tidak akan bergerak tanpa perintah langsung dari Patriark. Sangat berbeda dari Klan Racun yang telah kehilangan begitu banyak.

"Baik, Nyonya. Besok kami akan mengirim seseorang ke akademi untuk menjemput Pangeran dan Jinyun."

Dengan menjadi tersangka atas pembunuhan kadet lain, mau tidak mau Chun Muyeon dan Jinyun harus segera dikeluarkan.

"Hmm... Kurasa tidak perlu. Biarkan saja dia disana."

"Hah?"

"Muyeon perlu mengambil hikmah dari kejadian ini."

"Tapi kita tidak bisa..."

"Aku tahu watak anakku. Dia terlanjur jumawa hingga terjatuh ke dalam muslihat musuh. Dia perlu belajar dari ini. Aku ingin mengajarinya bahwa berada di singasana Lord itu tidaklah mudah, jadi ini adalah kesempatan yang baik baginya."

Pria paruh baya itu tidak berbicara lebih jauh lagi, karena dia tahu betul Nyonya Mu tidak akan mengubah keputusannya.

"Baik, Nyonya."

"Tapi pertama-tama, kita punya sesuatu yang harus segera dilakukan."

"Katakan saja apa perintahnya."

"Cari tahu segala hal tentang 'petani kotor' itu. Kerahkan semua kekuatan kita untuk melakukannya. Aku tidak peduli apa yang kalian butuhkan. Mulai dari Penjaga Jang, hingga semua kadet yang terusir. Gunakan semuanya."

"Baik, Nyonya."

Dan ketika pria paruh baya itu menghilang, giliran si kakek tua yang berjalan menghampiri. Dia mengkhawatirkan Nyonya Mu, walaupun tampak tenang, tetapi sebenarnya Nyonya Mu sangat gusar sejak dia menerima surat pemberitahuan dari Kepala Akademi Iblis.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

"Tentu saja. Hmph... Anak itu sudah menikamku dari belakang, jadi aku akan membuatnya membayar lunas semuanya. Aku tidak bisa membiarkan dia menjadi ..."

'Dia menjadi sangat berbahaya.'
Nyonya Mu tidak mengucapkan ujung kalimatnya dengan keras.

Chun Yeowun telah mencapai level Superior, dan sekarang sudah mampu menunjukkan kemampuannya dalam membuat strategi yang sempurna. Nyonya Mu merasa kecolongan saat menerima kenyataan bahwa dia sendiri malah harus berurusan menghadapi Klan Racun. Semua bisa terjadi karena Yeowun berhasil memainkan triknya untuk mempermainkan mereka.

'... Bocah itu bukan lagi seseorang yang bisa Muyeon hadapi. Aku sendiri yang harus berurusan langsung dengannya.'

Wajahnya masih tersembunyi di balik kerudung merah, tapi matanya melotot liar.


NANO MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang