BAB 6. KARMA DI MULAI

4.8K 103 1
                                    

'Bertemu denganmu adalah takdir, menjadi temanmu adalah pilihan, tapi jatuh cinta denganmu benar-benar di luar dayaku.'

Ungkapan isi hati Anton Bramasta pada sang gadis pujaan Alma Khumaira lewat pesan singkat yang telah dibaca dengan muka masam.

Alma membiarkan begitu saja pesan dari cowok playboy itu, tanpa balasan dan reaksi apapun.

'Bikin bad mood aja nih cowok playboy, emang aku ini cewek apaan, jangan harap aku sudi membalas pesan singkatmu yang penuh drama'

Alma bermonolog mengungkapkan kejengkelannya pada Anton, yang akhir-akhir ini suka menerornya dengan rayuan gombal dan pesan yang nggak jelas.

Itulah sifat Anton, semakin dicuekin maka semakin gencar menyerang hingga titik darah penghabisan. Wajah tampan menawan, tinggi semampai, postur tubuh yang ideal, itulah modal yang menjadi andalan Anton untuk memikat gadis-gadis kampus yang menjadi incarannya.

Deretan kembang kampus sudah ia jelajahi satu persatu, bosan ganti, bosan lagi ganti lagi. Dasar si playboy gadungan. Pantas saja predikat itu disematkan pada Anton yang memang sudah layak menyandangnya.

***

Saat malam mulai gelap, geliyat kehidupan seketika meredup, hingar-bingar suara manusia mereda tertimbun meningginya rembulan di atas mega.

Seiring gemericik air hujan yang mengguyur atap kamar Alma, ia mengungkung tubuhnya dalam hangatnya selimut.

Masih sore, jam menunjukkan 19.10, terdengar sayup-sayup suara ketokan pintu di teras rumahnya. Semakin lama semakin jelas, Alma yang semula menikmati drakor di ponselnya menggeliat segera melangkah menuju sumber suara.

Ceklek

Gagang pintu dibuka Alma dengan tanda tanya, siapa gerangan malam-malam, hujan deras, bertamu kerumahnya.

"Met malam Alma, maaf kalo aku ganggu", suara cowok yang sangat di kenal Alma, sang playboy kampus datang ke rumahnya tepat di malam Minggu.

"Oooh...Anton, met malam...si silahkan masuk", Alma mempersilahkan tamu tak diundangnya masuk ke rumah, ia berusaha menyambut dengan ramah, padahal dalam hatinya ia dongkol atas kejailan Anton padanya akhir-akhir ini. Tapi malam ini, Alma tampak gugup ketika berhadapan dengan Anton yang datang dengan tiba-tiba.

Anton melangkahkan kakinya menuju sofa di ruang tamu rumah Alma. Dengan tersenyum tanda kemenangan sudah didepan mata, itulah cerminan pikiran Anton yang mulai berhasil mendapat perlakuan baik dari Alma.

Dari sinilah awal dari kedekatan Anton dan Alma. Sekian banyak gadis cantik yang pernah menjadi pacarnya, cuma Alma yang paling istimewa. Alma nggak genit seperti gebetan Anton sebelum-sebelumnya.

Alma terkesan cuek dan nggak mudah digombali oleh cowok model apapun, tapi dengan kegigihan dan pantang menyerah, akhirnya Anton berhasil mendobrak gerbang hati seorang Alma. Inilah yang membuat Anton menjadi jumawa di kalangan cowok-cowok kampus yang seperjuangan dengannya. Gadis cantik, pintar, tercutek sudah dalam genggamannya.

***

Derrtt... derrrttt... derrrttttt...

Getaran ponsel Alma membuyarkan lamunannya di masa lampau, ia menghela napas panjang seraya meraih benda yang menjadi pusat getaran di atas meja kerjanya.

"Mama lagi dimana, koq tumben belum pulang, nggak enak ma...perutku lapar lagi, nggak ada makanan di meja makan".

Kalimat panjang keluhan Tiara, mengawali percakapan Alma dan anaknya di ponsel siang menjelang sore itu.

"Bentar lagi mama pulang sayang, tunggu ya!"

Alma mengakhiri kalimat penutup komunikasinya dengan Tiara. Alma mencoba menutupi kesedihannya dan merangkai semangat yang hampir pupus.

Mendengar suara gadis semata wayangnya yang manja, membuat Alma bergegas menuju pintu keluar kantor guru, tempat kerjanya. Ia hampir saja melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu yang seharusnya bisa menemani Tiara, kala Tiara berada dirumah.

SESAMPAINYA DI RUMAH

Alma segera masuk rumah dan disambut dengan ciuman tangan Tiara yang sudah menunggu kedatangannya.

"Kenapa mama sampai sore belum pulang sih?", tanya Tiara sambil menatap mata Alma sambil mendengus karena kelamaan menunggu.

"Maaf ya sayang, tadi mama lagi ngerjakan laporan bulanan di kantor sekolah, besok pagi harus segera dikumpulkan ke kantor dinas", jawab Alma beralibi untuk mengurangi kekesalan akibat kepulangannya yang sangat terlambat.

" Hmm...ya sudah ma, mama pasti capek", lanjut Tiara sambil memeluk Alma dengan manja.

Dengan senyum mengembang, Alma membelai lembut ujung kepala Tiara sebagai ungkapan sayang.

"Mama istirahat dulu ya sayang", pinta Alma sambil melangkahkan kaki menuju kamar tidur utama.

Tanpa bersuara, Tiara cukup menjawab dengan anggukan kepala tanda setuju. Ia juga segera masuk kamar untuk melepas lelah, setelah beraktifitas di sekolahnya seharian.

Alma membuka laptop dan mengecek cctv yang seharian sudah terpasang di teras rumahnya untuk membuka tabir kebohongan suami dan sahabatnya.

Ia duduk di atas kasur sambil bersila, dihadapannya sudah siap dipertontonkan adegan demi adegan rekaman peristiwa hari ini.

Helaan napas panjang mengawali pantauannya, Alma sudah siap menjaga mental apapun yang akan dilihatnya nanti.

'Apa??? ternyata mas Anton bolos kerja hari ini?, demi menemui wanita penggoda itu, kamu sengaja nggak kerja mas!!??'

Baru beberapa menit Alma memantau rekaman cctv, ia sudah dikagetkan dengan kelakuan suaminya.

'Dasar pembohong!!!tetap saja pembohong!!!'

Sekali lagi Alma mengumpat perbuatan Anton dan selingkuhannya Heni, yang tak ada sekalipun ada kata jera. Sudah pernah ketahuan di depan mata Alma, tapi esok harinya malah mengulangi perbuatannya lagi.

'Astaghfirullaaah...beri kesabaran pada diriku ya Allah'

Napas Alma semakin berat, kepalanya jadi pusing, dan matanya mulai kabur karena tak tahan melihat kenyataan di depan mata. Ia tak lagi menatap rekaman cctv, kini deraian airmata tak bisa dibendung lagi.

Lelehan airmata membasahi kedua pipinya, Alma sesenggukan menahan suara tangisnya agar tidak terdengar keluar kamar.

'Mas Anton, teganya kau lakukan ini padaku, dengan Heni sahabatku sendiri. Heni juga sama, apa dia lupa, kalo butuh bantuan, aku selalu siap menolongnya dengan ikhlas, tapi ternyata di balik ini semua, ada kebohongan besar antara kalian'.

Alma bermonolog sambil berderai airmata yang semakin deras, tubuhnya lunglai di atas kasur, kepalanya bersandar pada bantal tempat satu-satunya ia mencurahkan keluh kesahnya.

'Apakah aku akan mengakhiri pernikahanku dengan mas Anton??? Bagaimana dengan Tiara anakku??? Kalau aku diam saja, itu artinya aku menyetujui perbuatan busuk mereka. Oooh...ibu, kenapa aku alami hal sama denganmu dulu. Dihianati suami dan aku sudah nggak kuat lagi jika pernikahan ini dilanjutkan. Maafkan anakmu ibu, dulu aku selalu membela perbuatan mas Anton. Kini aku tahu, bahwa ibulah orang yang paling mengerti'.

Hingga jam 7 malam, Anton belum pulang juga, tidak seperti biasanya. Anton pun tidak kasih kabar pada Alma, dimana sekarang ia berada.

Sebenarnya Alma ingin tahu keberadaan Anton sekarang, tapi ia tak mau mencari tahu. Bisa dipastikan Anton akan makin besar kepala, ketika Alma mencari dan menanyakan tentangnya.

Alma juga sudah nggak peduli seperti dulu, biar saja Anton pulang atau nggak sekalipun. Alma sudah muak dengan kebohongan suaminya.

BERSAMBUNG...

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang