BAB 53. WASPADA

606 33 4
                                    

Kedua wanita yang dulu menjalin persahabatan itu, kini saling pandang dengan tatapan tajam. Keduanya menyimpan rasa benci. Alma benci pada Heni karena merasa di khianati, sedang Heni benci Alma karena Heni merasa selalu kalah dengan Alma.

Rasa benci Heni lebih mengarah pada rasa dengki atas apa yang di capai Alma. Padahal apa yang di dapat Alma saat ini, bukan atas andil darinya. Tapi karena kerja keras, kesabaran dan keikhlasan Alma dalam menjalani kewajibannya.

Heni sudah bertekad bulat untuk menghancurkan kebahagiaan mantan sahabatnya itu. Anton sudah di dapatkannya, sekarang tinggal merusak reputasi Alma yang menjadi target selanjutnya.

"Apa sebenarnya tujuan mu menjadi pengajar di sini, hah?" tanya Alma masih dengan tatapan tajam, setajam silet.

"Ha ha ha... Apa aku salah kalau ingin jadi guru di sini? Yayasan sudah memberi ku surat pengangkatan? Kamu takut, Alma sahabat ku yang terbaik???" Heni makin membusungkan dadanya. Ia sudah merasa menang atas Alma.

"Aku nggak pernah takut sama kamu, Hen. Apa yang aku takutkan??? Prestasi mu??? Pengalaman mu??? Tabiat mu???" Suara Alma makin tegas sambil mendongakkan kepalanya. Wanita yang biasanya santun, kini memilih membalas kesombongan Heni dengan kepercayaan diri. Ibarat kata lo jual gue beli. 

"Tumben, kamu punya nyali?! Lihat aja Alma. Aku nggak pernah main-main dengan ancaman ku. Lebih baik kami mundur dari sekolah ini, daripada kamu ku permalukan! Dan akhirnya kamu tersingkir dari sekolah ini dengan cemar. Apa kamu mau seperti itu???" ancam Heni.

"Aku heran sama kamu, Hen. Apa salah ku ke kamu, hingga kamu tega mencelakai aku terus??? Aku nggak pernah anggep kamu musuh. Tapi kalau itu mau mu, aku siap!!!" tandas Alma.

"Kamu nggak mungkin menang hadapi aku, Alma. Sebentar lagi karir kamu pasti hancur!!!" gertak Heni.

"Buktikan saja! Hukum alam selalu nyata, yang benar pasti menang!!!" Alma makin yakin.

"Hmm... Boleh juga nyalimu sekarang. Aku sudah tau kelemahan mu, Alma! Jadi jangan main-main dengan ku." jawab Heni dengan volume lebih rendah.

"Kamu guru baru di sini. Aku kepala sekolah mu. Aku bisa memecat mu kapan pun ku mau, jika kamu melakukan kesalahan fatal. Dan aku nggak pernah main-main dalam bekerja. Ingat itu!!!" Alma lebih tegas.

"Kamu mengancam ku, hah???" timpal Heni.

"Masih banyak yang harus ku kerjakan. Aku nggak mau buang-buang waktu. Murid-murid di kelas sudah menunggu mu. Jadilah guru yang baik!!!" titah Alma.

"Sok kamu, Alma!" Heni memalingkan wajahnya dengan penuh kebencian. Tapi ia tak bisa berkutik. Dengan terpaksa ia meninggalkan ruang guru dan melangkah menuju kelas.

Ketika berjalan menuju kelas, Heni berpapasan dengan Niken. Tapi dengan congkaknya ia tak menyapa Niken. Heni bersikap masa bodoh dengan guru-guru di sekolah itu.

Melihat sikap Heni yang demikian, Niken makin membencinya. Sesampai di ruang guru, Niken langsung mendekati Alma.

"Heran deh, guru baru kok seperti itu?!" gereget Niken.

"Bu Heni???" tanya Alma.

"Siapa lagi. Harusnya jadi guru itu harus kasih contoh yang baik sama murid. Eee... ini lagaknya sok paling penting." Gerutu Niken sambil mendudukkan di kursi kerjanya.

"Ya... begitulah Heni, Bu. Kita harus sabar menghadapi dia, tapi tetap waspada. Kalau ada apa-apa tolong laporkan ke aku. Karena Heni pernah mengancam ku untuk merusak reputasi ku," jelas Alma.

"Ooo... jadi niat bu Heni serendah itu??? Heran deh. Jangan khawatir bu Alma! Aku dan teman-teman akan berhati-hati dan nggak boleh lengah," sahut Niken meyakinkan.

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang