BAB 138

339 20 2
                                    

Suasana sunyi beberapa menit terjadi di ruangan direksi pagi itu. Revan menundukkan kelapanya tanda menghormati dan menghargai Yunan sebagai pimpinannya. Berbeda dengan sikap Yuanita yang tak berkedip menatap nakal ke arah lelaki tampan yang nampak rapi dan kharismatik dengan celana formal abutua di padu hem warna cream, menambah simpatik penampilan direktur di hadapannya.

Kepercayaan diri yang dimiliki Yuanita memang boleh diacungi jempol kanan kiri. Dalam situasi apapun dia selalu tenang dan optimis. Seperti situasi kali ini, ia tak segan-segan mengumbar senyum manisnya pada Yunan yang sedang duduk di depannya.

"Apa kalian tahu, kenapa tiba-tiba aku panggil ke ruangan ku? Revan? Yuanita?" tanya Yunan sambil menatap wajah dua orang yang sedang duduk di hadapannya.

"Maaf Pak Yunan. Saya tidak tahu." Jawab Revan dengan nada ramah.

"Kalau kamu Nita, apa kamu tahu?" Yunan mulai menggiring pertanyaan.

"Saya juga nggak tau Pak." Jawab Yuanita sok paling benar dan sangat percaya diri.

"Revan, boleh kamu keluarkan data kamu yang kemarin kamu print out. Bagaimana tanggapan mu Nita? Apa sudah bener angka yang di tulis di kedua data yang judulnya sama ini?" Yunan mulia memancing sikap Yuanita menghadapi masalah ini, sambil memperlihatkan berapa lembar kertas di atas meja.

"Saya kan sudah nggak jadi sekretaris pak Yunan, kenapa malah tanya ke saya Pak? Harusnya pertanyaan itu Pak Yunan tujukan pada Revan. Kan dia sekarang yang mengelola laporan yang dibutuhkan perusahaan ini." Jawab Yuanita lebih panjang dari pertanyaan direkturnya.

"Kamu tahu, Nita. Kenapa aku tanyakan hal ini ke kamu bukan ke Revan. Karena kamu dulu pernah menjadi sekretaris ku sebelum Revan. Jadi pantaslah aku menanyakan lembaran laporan keuangan ini pada kamu, Nita." Ucap Yunan lebih tegas dan menekankan beberapa kalimat pada Yuanita yang pura-pura bodoh dan tahu masalah ini.

"Oke. Saya akan lihat. Apa perbedaan antara kedua file ini." Jawab Yuanita sombong.

'Ada-ada aja sih, masak aku yang malah di suruh mengamati dan menyimpulkan data yang di buat Revan. Tapi, tak apalah. Pasti karena pak Yunan tahu, kalau sebenarnya yang paling bisa menguasai laporan hanyalah aku. Pak Yunan pasti menyesal telah memindahkan aku ke divisi administrasi hingga aku harus satu tim dengan si jutek Ruben.' Pikir Yuanita sambil mengorek-ngorek angka yang ada di beberapa lembar kertas yang tergeletak di atas meja.

"Gimana, Nita?" pertanyaan tegas terlontar dari mulut Yunan dengan tatapan sinis pada wanita yang duduk berhadapan dengannya.

Yuanita tersentak seketika dari lamunannya. Ia menatap lembut ke arah Yunan dan tersenyum nakal.

"Saya sudah menemukan kejanggalan itu, Pak. Ada beberapa angka yang tak sesuai dengan data di laptop milik Revan. Hmm... apa Revan sengaja melakukannya? Padahal Revan baru bekerja menjadi sekretaris Pak Yunan baru dua bulan. Tapi ia sudah berani memanipulasi laporan penting ini. Aku nggak nyangka, Pak." Ucapnya panjang lebar sambil sesekali melirik ke arah Revan yang tertunduk di sebelahnya.

"Benarkah kamu melakukannya seperti tuduhan Nita barusan, Revan?" tanya Yunan tak kalah tegasnya.

Mendengar pertanyaan Yunan pada Revan yang demikian, membuat Yuanita makin optimis kalau rencana besarnya berhasil. Dalam hati ia berbisik dengan keras, 'YES.'

Kini Revan sedikit mendongakkan kepalanya, agar bisa menatap wajah pimpinannya itu dengan lebih tenang. Ia pun membetulkan duduknya agar lebih nyaman.

"Maaf Pak Yunan. Saya tak pernah melakukan hal yang dituduhkan Nita. Saya betul-betul mengerjakannya sesuai prosedur dan petunjuk Pak Yunan. Justru saya kaget, kenapa dua hari ini laporannya bisa tak sesuai dengan yang saya ketik di laptop." Penjelasan Revan tetap sama seperti sebelumnya. Ia kekeh dengan pendiriannya dan sorotan matanya mencerminkan kejujuran dari seorang bawahan pada atasannya.

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang