Dibalik strategi yang dilancarkan Alma, ia harus bersiap-siap mendapat kejutan demi kejutan yang akan diberikan oleh suaminya. Bukan kejutan yang menyenangkan, melainkan kejutan perselingkuhan yang makin jelas di depan mata.
Mental Alma harus siap menghadapi adegan yang terekam sempurna dalam cctv.
"Apapun yang akan terjadi, aku harus siap menghadapi dengan lapang dada", demikian tekad Alma untuk membuka tabir kepalsuan yang selama ini ditutupi oleh Anton dan Heni.
***
"Selamat siang bu Alma", sapa bu Niken salah satu guru terdekat dengan Alma selama ini.
"Selamat siang bu Niken, apa mau pulang juga?", tanya Alma pada teman seperjuangannya itu dengan senyum yang agak dipaksakan.
" Iya bu, semua sudah pada pulang, apa bu Alma mau menyelesaikan tugas dulu?", lanjut
Niken keheranan, sambil tersenyum menatap wajah Alma yang kelihatan lelah.
"Hmm...iya bu Niken, aku mau nyelesein laporan bulanan dulu", demikian jawaban Alma untuk tidak beranjak dari tempatnya mengajar.
Padahal sesungguhnya, Alma tak ingin segera pulang setelah tragedi kemarin, kepalanya pusing kalo memikirkan masalah itu. Kesunyian dan ketenangan yang bisa mengembalikan mood dalam dirinya.
Duduk bersandar di kursi kerjanya sambil menghela napas panjang, mengenang kembali masa-masa PDKT yang dilakukan Anton atas dirinya ketika duduk di bangku kuliah. Betapa indahnya kala itu, banyak kejutan indah yang diberikan Anton untuk menaklukkan gadis pujaan hatinya, siapa lagi kalau bukan untuk Almaila Khumaira.
Deretan lelaki tampan mencoba memikat hati gadis cantik nan pintar di kampus hijau kota Surabaya. Kampus negeri yang cukup terkenal, membuat siapa saja yang menjadi mahasiswa di sana akan bangga karena begitu ketat seleksinya.
Bagi Almaila Khumaira, itu dilaluinya dengan mudah. Dengan nilai dan prestasi saat SMA, ia bisa mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya sekaligus mendapat kesempatan kuliah di sana dengan beasiswa, seperti yang ia impikan sebelumnya.
Alma ditempa oleh sang ibu dengan kasih sayang yang melimpah, walaupun single parent. Kemandirian dan kesabaran sudah ia praktekkan sejak dini, itulah sebabnya ia menjadi wanita yang tegar dan tangguh.
Tapi ketegaran dan ketangguhannya tak bisa mengalahkan takdir sang Kuasa, Alma bertemu dengan lelaki tampan yang terkenal playboy dan redflag. Ya...lelaki itulah yang bernama Anton Bramasta.
"Ehhemm...boleh kenalan nggak", sapa lelaki yang mendekati Alma di perpustakaan, sambil tersenyum manis dan tatapan penuh harap pada gadis pujaannya.
" Hmm...", Alma melirik dan memicingkan alisnya, tanpa menoleh sedikitpun. Ia memang terkenal dengan sebutan gadis tercuek di kampus itu. Walaupun pintar dan mudah bergaul, tapi kalau dengan laki-laki, ia paling anti dan nggak suka basa-basi. Boleh di bilang gadis yang tak mudah jatuh cinta.
Bukan Anton namanya kalau tak bisa menaklukkan hati wanita, selama mendapat gelar playboy ia tak pernah sekalipun gagal. Untuk kali ini, ia menjadi tertantang dan menguji nyalinya agar dapat memikat hati Alma yang jutek dan super cuek.
***
Minggu pagi yang sejuk, sepasang mata memandang dengan senyum manisnya di balik jendela kamar. Alma membuka tirai sambil menggeliat menikmati hari liburnya. Tak ada yang istimewa baginya, tak seperti gadis-gadis seumurannya yang kebanyakan menghabiskan hari Minggu dengan nongkrong di kafe atau healing bersama teman dekatnya.
Bagi Alma, hari Minggu digunakan sebaik-baiknya untuk menemani ibunya yang selama Senin sampai Sabtu, sering ia tinggalkan dirumah sendirian. Halimah adalah ibunya Alma yang sehari-hari ia habiskan waktunya berkutat dirumah, menjadi ibu rumah tangga dan menerima jahitan dari para tetangga.
Dengan profesi inilah, Halimah menghidupi anak semata wayangnya sesuai kemampuannya.
Rudianto adalah ayah Alma, tapi karena perselingkuhan yang terjadi antara Rudianto dan teman kerjanya, akhirnya pernikahan orang tua Alma, Rudianto dan Halimah kandas di tengah jalan.
Perceraian yang meninggalkan luka teramat dalam dihati Halimah dan Alma membuat dua wanita ini menjadi wanita tangguh dan mandiri. Kepedihan, ketidakadilan dan kemarahan yang tersimpan dalam kalbu, tak membuat ibu dan anak ini menjadi rapuh.
Rudianto lebih memilih mempertahankan selingkuhannya, dibandingkan dengan istri dan anaknya. Sihir apa yang menyulap hati dan logika seorang laki-laki. Begitu mudahnya menghempas dua insan, Halimah dan Alma begitu saja bagaikan seonggok sampah tak berarti. Ia lupakan kenangan indah bersama anak dan istri, ia abaikan tanggung jawab sebagai suami dan ayah, hanya demi selingkuhan yang baru saja dikenalnya.
Lika-liku dunia memang susah ditebak, keluarga yang demikian harmonis, tak menjadi jaminan akan berjalan mulus tanpa kerikil-kerikil tajam.
***
"Al...Alma, lagi apa nak?", seru Halimah ibu Alma, ketika lewat di depan kamar Alma yang sengaja dibuka lebar agar angin bisa masuk dengan leluasa.
Alma tak menoleh sapaan ibunya, ia asyik dengan lamunannya sambil menatap bunga-bunga mawar bermekaran di balik jendela kamarnya yang mengundang kumbang menghisap madunya.
"Alma...lagi ngelamun ya?", sekali lagi Halimah bertanya pada Alma sambil melangkah masuk ke kamar Alma agar lebih dekat dengan sang putri semata wayangnya.
" Hhhh...ibu, nggak ngelamun bu", sambil kaget dengan suara Halimah, Alma membalikkan badan menatap lembut wajah ibunya yang paling ia sayangi.
"Lihat apa nak, sampek nggak dengar ibu panggil", lanjut Halimah menggoda Alma sambil menoel hidung mancung gadis cantik berkulit putih itu.
"Itu bu, bunga-bunga mawar yang ku tanam, lagi bermekaran, cantik sekali, lihat deh bu", Alma berusaha menjelaskan disertai telunjuk tangannya mengarah keluar jendela, agar sang ibu memperhatikan apa yang dimaksud barusan.
"Oooh...kirain lagi mikirin cowok", goda Halimah yang tersenyum melirik anaknya yang tumbuh menjadi gadis cantik menawan idola cowok-cowok saat itu.
"Ibu ada-ada saja", Alma menjawab dengan senyum kecut tanpa ekspresi.
"Kemarin sore ada temanmu yang datang kesini, hmm...siapa ya namanya? Cowok ganteng, lumayan tinggi, kulitnya sawo matang, hidungnya mancung, apalagi ya...?".
Halimah mencoba mendeskripsikan sosok lelaki yang mencari Alma sore itu.
"Apa dia kesini naik sepeda motor Yamaha Nmax warna merah bu?". Alma mencoba menerka cowok yang dimaksud ibunya sambil menatap ibunya penuh harap.
" Hmm...iya Al, cowok itu kemarin naik sepeda itu, tapi ibu lupa namanya", lanjut Halimah yang masih berusaha mengingat-ingat nama cowok itu yang mengendap di memorinya.
"Kalo itu sih, pasti Anton", jawab Alma dengan ekspresi geregetan dan sedikit memonyongkan bibirnya, menunjukkan kalau ia kesal menyebut nama cowok itu.
"Kayaknya cowok itu suka sama kamu Al, dari caranya ia bertanya, ibu bisa menyimpulkan demikian", Halimah tersenyum menggoda Alma yang dari tadi terlihat kesal.
"Iiiih...ibu, kayak dukun aja, sok tau", balas Alma mencoba membantah atas ucapan ibunya yang akhir-akhir ini sering menggodanya. Karena Alma kalau marah, semakin kelihatan cantik dan menggemaskan.
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomansaSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...