BAB 85. MULAI TERKUAK

743 47 4
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua murid-murid TK. Kuncup Melati berhamburan keluar dari kelas dengan tertib. Begitu juga dengan para pengajarnya, mereka melangkah menuju kantor guru untuk bersiap-siap takziah ke rumah almarhumah Heni, seperti rencana Alma tadi pagi.

Diantara mereka juga ada beberapa pengurus yayasan dan wali murid yang mewakilinya. Sebagai tanda ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Heni yang pernah menjadi guru di sekolah itu, walaupun cuma sebentar.

Sesampainya di tempat tinggal almarhumah Heni, semua rombongan turun satu-persatu dari kendaraan yang mereka tumpangi. Di rumah mantan suami Alma itu masih ada beberapa pelayat yang datang. Terlihat pula bu Halimah yang sedang berbicara dengan para tamunya.

"Assalamualaikum," Ucap Alma menyapa si empunya rumah.

"Waalaikum salam," Jawab Bu Halimah, sembari menoleh menuju asal suara. Mantan mertua Alma itu berdiri dari duduknya dan menyambut kedatangan Alma beserta rombongan dengan ramah.

Kemudian para tamu dipersilahkan duduk di ruang tamu sambil lesehan karena sofa yang biasanya diletakkan di ruangan itu, untuk sementara dikeluarkan dulu agar bisa menampung para pelayat yang hadir di rumah itu.

"Apa kabar, Bu?" Alma membuka sapaan pada bu Halimah dengan senyum manisnya.

"Baik, Alma." Jawab bu Halimah dengan mata sembab karena hampir semalaman menangisi meninggalnya Heni yang sangat tiba-tiba dan membuatnya syok.

Tiba-tiba Anton muncul sembari ikut menyambut kedatangan para pelayat yang memenuhi ruang tamunya. Tak sengaja ia menatap Alma yang duduk bersebelahan dengan ibunya. Dengan sedikit gugup ia sempatkan menyapa mantan istrinya itu.

"Al, apa kabar?" tanya Anton sambil melirik ke arah Alma.

"Alhamdulillah... baik," jawab Alma dengan sedikit tersenyum.

Sudah lama kedua insan ini tak pernah bertemu dan bertegur sapa, setelah keduanya menjalani pernikahan dengan pasangan masing-masing.

'Kamu makin cantik aja, Al.' bisik Anton dalam hati sambil menelan salivanya yang tanpa sadar membuatnya tertegun menatap wajah sang mantan istri yang nampak makin cantik.

Berbeda dengan tanggapan Alma, ia lebih memilih mengalihkan perhatiannya pada yang lain. Istri Yunan ini tak mau memberi kesempatan pada Anton untuk memperhatikannya lebih lama. Ia sudah membuang jauh-jauh masa lalunya dengan lembaran baru dengan suami yang sangat menyayanginya.

Setelah di rasa cukup, Alma dan rombongannya berpamitan pada bu Halimah dan Anton. "Kami pamit dulu, Bu." Ucap Alma.

"Iya, Alma. Makasih kedatangannya," jawab bu Halimah.

Sementara Anton hanya menatap Alma dengan jarak beberapa meter saja. Lelaki ini tak berani mendekati Alma, karena wanita yang dulu pernah menjadi istrinya itu bersikap dingin padanya, sudah tak seperti dulu lagi.

***

Jam kerja sudah berakhir. Rencana takziyah ke rumah Anton pun akan segera dilaksanakan. Semua rombongan dari tempat kerja Anton sudah bersiap-siap, diantaranya ada sang direktur Yunan dan sekretarisnya Yuanita.

Dalam pikiran Yuanita, yang meninggal pasti saudara atau orang tua Anton. Jadi ia tak punya pikiran negatif selama perjalanan menuju ke rumah duka. Malah ia punya kesempatan mengakrabkan diri dengan keluarga Anton yang sudah berjanji akan menikahinya.

'Sebentar lagi aku akan ketemu dengan keluarganya Mas Anton. Aku sengaja nggak kasih kabar kalo mau takziyah ke sana. Biar Mas Anton senang atas kedatangan ku yang tak di duganya.' bisik Yuanita dalam hati.

*

Sampailah rombongan pelayat dari tempat kerja Anton. Wajah Yuanita berseri-seri saat melihat rumah calon suaminya sudah di depan mata. Senyum manisnya tersungging ketika melihat sosok lelaki yang sangat ia cintai tiba-tiba keluar dari rumah dan menyambutnya. Tapi, lelaki harapannya itu nampak gugup dan bingung, wajahnya juga sedikit pucat, sepertinya ia kaget atas kedatangan rekan kerja yang tanpa kasih kabar terlebih dahulu.

Ini memang di sengaja oleh Yunan, ia tak memberitahu pada Anton. Yunan pun sudah ngasih kode pada semua teman-teman Anton agar tak mengirim pesan atau telepon pada si empunya rumah. Kenapa Yunan melakukan hal itu? Ya... karena ia ingin menguak tabir kebohongan yang selalu ditutupi Anton pada setiap wanita di tempat kerjanya, bahwa ia selalu mengaku masih bujang. Yunan sengaja membuat Anton mati kutu, tapi dengan cara yang elegant.

"Assalamualaikum," sapa Yunan menyalami tangan Anton si depan pintu.

"Wa... waalaikum salam," jawab Anton gelagapan.

"Maaf kami nggak kasih kabar, langsung saja ke sini. Nggak apa-apa kan, Ton?" tanya Yunan sambil mengernyitkan alisnya.

"Ten... tentu saja nggak apa-apa. Si... silahkan masuk," Anton tetap saja dengan suara terbata-bata karena tak bisa menutupi rasa gelisahnya. Apalagi saat melihat Yuanita, wanita yang menjadi target untuk dinikahinya ikut hadir juga.

'Waduuuh... gimana ini??? Kenapa Yuanita juga ikut ke sini??? Kalo semua kebohongan ku kebongkar, bakal berantakan rencana ku??? Apa yang harus aku katakan nanti, kalau mereka tanya, siapa yang meninggal???.' Anton tiba-tiba berkeringat dingin dan wajahnya mulai pucat.

"Kenapa, Ton? Apa kamu sakit??" tanya Yunan yang menyadari sikap Anton dan raut muka lelaki di sebelahnya itu berubah drastis.

"Ng... nggak... aku nggak apa-apa. Kecapekan aja." Jawab Anton dengan menundukkan pandangannya.

"Mas Anton, siapa yang meninggal?" tanya Yuanita dengan tatapan hangat.

DUARRRR...

'Waduuuh... Aku harus jawab apa, nih???' Anton tak segera menjawab pertanyaan itu, ia nampak bingung harus jawab apa. Jujur salah, bohong salah juga. Karena Anton yakin, Yunan sebenarnya tahu siapa yang meninggal. Tapi sepertinya Yunan belum menceritakan pada semuanya.

Tiba-tiba datanglah sosok wanita tua yang berjalan pelan-pelan menghampiri mereka.

"Ada tamu ya?" sapa bu Halimah dengan tersenyum.

"Oh, iya Bu. Kami teman-teman kerja Anton." Jawab Yunan sambil menyalami tangan bu Halimah dengan sopan.

"Lho... ini kan pak Yunan, suaminya Alma. Tadi siang, Alma dan teman-teman guru ke sini juga." Jawab bu Halimah.

"Maaf, Bu. Siapa yang meninggal?" tanya Bondan pada bu Halimah sambil menyalami tangannya.

Lalu bu Halimah mendudukkan pantatnya ke karpet yang di gelar di ruang tamu dengan pelan. Lalu menjawab, "Yang meninggal, istrinya Anton."

"Siapa, Bu? tanya Kamila ingin menegaskan.

"Istrinya Anton," jawab bu Halimah sambil sedikit tersenyum.

"Istrinya Anton???" tanya Bondan sambil membelalakkan mata.

"Jadi... Mas Anton sudah punya istri selama ini???" tanya Yuanita sambil menatap tajam ke arah Anton yang duduk berhadapan berjarak kira-kira tiga meter saja.

Bu Halimah menatap satu-persatu tamunya yang nampak kaget mendengar jawabannya. Sedang Anton hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya. Ia tak berani membalas tatapan tajam wanita yang ada di depannya saat ini.

Wajah Yuanita berubah menjadi masam dan tersirat menyimpan amarah yang teramat sangat. Ia ingin meredam emosi yang sudah membakar sampai ke tulang-tulangnya, tapi ia gagal.

"Mas Anton!!! Jadi, selama ini kamu bohong padaku, hah?!?! Selama ini aku cuma kamu permainkan saja?!?!" Ucap Yuanita dengan mata melotot ke arah lelaki di depannya.

***

BERSAMBUNG... 

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang