BAB 101. FIRASAT

386 29 4
                                    

Malam semakin larut, Tiara nampak tertidur lelap di atas kasur berukuran sedang. Setelah berbincang-bincang dengan mamanya, wajahnya nampak berseri-seri dan ceria kembali.

Jam di dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Tiba-tiba Tiara teriak-teriak masih dalam posisi tidur dan menutup kedua matanya. "Papa... Papaaa... Pa... Paaa..." Nafasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi keningnya, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan seperti orang yang panik tak karuan.

"Papaaaa... " Tiara terbangun dengan berteriak dan nafas yang memburu bagai orang yang habis berlari kencang.

Tiara mengelap keringat yang membasahi wajahnya dengan selimut. Kamarnya memang ber-AC, tapi karena ia baru saja mimpi buruk, maka keluarnya keringat tak bisa kering begitu saja.

'Mimpi apa aku barusan?? Kenapa tiba-tiba Papa Anton muncul dalam mimpiku??? Padahal aku nggak pernah memikirkannya. Dan sudah lama sekali aku nggak ketemu dengannya.' Ucap Tiara dalam hati.

Tiara turun dari ranjang dan mencari air minum yang selalu ia letakkan di atas nakas. Nampaknya ia sangat kelelahan dan haus, setelah terbangun dari mimpi buruknya.

Dituangkannya air ke dalam gelas hingga penuh dan buru-buru ia menghabiskannya. Setelah kondisinya tenang, Tiara duduk kembali di atas kasur sambil merenung. 'Apa yang terjadi pada Papa Anton?? Kenapa sampai masuk ke mimpi ku??? Papa saja nggak pernah mikirin aku, ngapain juga aku mikir nasib Papaku.' Sanggah Tiara dengan pendapatnya sendiri.

Lalu tubuhnya ia jatuhkan kembali di atas kasur, sedang kepalanya sudah di topang bantal biru muda kesayangannya. Tak selang berapa lama, Tiara sudah tidur nyenyak kembali.

Tapi... tiba-tiba putri satu-satunya Alma ini, berteriak kembali dengan menyebut kata yang sama. "Papa... Papaaaa..."

Napasnya tersengal-sengal kembali seperti sebelumnya. 'Ya Allah... ada apa dengan Papa?? Kenapa mimpi ku berulang lagi?? Dan... kondisi Papa sama seperti mimpi ku yang pertama tadi. Apakah Papa sedang nggak baik-baik saja sekarang??? Tapi... Mama nggak pernah cerita padaku. Biasanya Mama selalu kasih kabar apa saja yang terjadi pada Papa, walaupun sebenarnya aku nggak mau tau tentangnya. Besok pagi akan aku ceritakan mimpi burukku ini pada Mama.' Tiara bermonolog sambil mengatur napasnya yang belum stabil.

*

Dalam perjalanan menuju apartemen, Anton mengendarai kuda besinya dengan kecepatan tinggi. Ia tak menghiraukan kendaraan yang lalu lalang di sekitarnya. Walaupun tengah malam sudah jarang kendaraan lewat, tapi masih ada beberapa sepeda motor dan mobil yang melintas di jalan raya.

Tak ayal lagi, dalam keadaan fisik yang kurang fit, emosi yang nggak stabil dan jiwanya yang terguncang, putra bu Halimah itu terpelanting ketika berusaha mendahului mobil yang ada di depannya.

BRAAKKKK

Kuda besi yang dikendarainya menabrak bibir jalan, Anton terlempar beberapa meter darinya. Tubuhnya melayang dan akhirnya jatuh di tengah jalan dalam keadaan tertelungkup. Dan malangnya, tiba-tiba datang melintas mobil sedan warna hitam dengan kecepatan maksimal melindas kaki kanan Anton.

"Aaaahhhh", suara pengemudi sedan hitam menjerit sambil kakinya menekan rem kuat-kuat, namun sudah tak bisa dihindari lagi.

"Ooo... Tuhan... Aku melindas orang di jalan?!?!" teriak pengemudi mobil itu.

'Bagaimana keadaan orang yang kulindas tadi??? Apa yang harus aku lakukan??? Pasti aku yang disalahkan lalu berurusan dengan hukum??? Sebelum ketahuan pengendara yang lain, aku harus tancap gas kencang-kencang, daripada nanti aku kena masalah.' Bisik pengemudi sedan hitam sambil celingukan memeriksa keadaan sekitar. Jantungnya dag dig dug tak menentu, tapi ia tetap waspada atas apa yang menimpa dirinya saat ini.

'Mumpung nggak ada yang melihatku, aku harus secepatnya meninggalkan tempat ini'. Ucap pengemudi itu sambil menekan gas dengan maksimal.

Kini tinggallah Anton dengan luka kaki yang sangat parah dan memprihatinkan. Tubuh Anton tetap tak bergerak di tengah jalan, kepalanya masih tertutup helm hitamnya.

Beberapa menit kemudian ada sebuah mobil yang melintas di depan tubuh diam Anton. Dengan sorotan lampu depan, pengemudi lantas menghentikan laju mobilnya dengan segera.

Ciiiiiiit... suara rem yang di injak mendadak, berhasil menghindari sesosok tubuh seseorang yang ada di tengah jalan itu. "Astaga... hampir saja aku nabrak orang itu. Untunglah... aku sempat menghentikan mobil ini. Kalau tidak, pasti akan melindasnya." Gerutu si empunya mobil itu.

Lalu ada juga pengendara sepeda motor yang sengaja berhenti, setelah tahu ada kecelakaan di jalan yang ia lalui. 'Kasihan sekali orang itu, tak ada yang menolong. Tergeletak di tengah jalan dengan kaki yang berdarah-darah. Aku harus menolongnya.' Gumam pengendara sepeda motor.

Masih untung nasib Anton malam itu, ada beberapa orang yang berusaha menolongnya dengan segera. Tapi... karena yang menolong tak mau disalahkan oleh pihak berwenang, maka salah satu dari mereka menghubungi pihak berwajib, agar tidak ada kesalahpahaman.

Tak berapa lama, datanglah mobil polisi dan mobil ambulan yang siap memeriksa dan membawa tubuh Anton yang nampak lemah dan tak sadarkan diri.

"Sebaiknya, secepatnya korban mendapat pertolongan. Setelah itu, kita lanjutkan penyelidikan. Kebetulan ada CCTV di sekitar sini, jadi bisa dipastikan pemantauan peristiwa kecelakaan tunggal ini akan lebih  jelas." Titah pak Polisi.

Wiuw... wiuw... wiuw....

Suara khas mobil ambulan memecah keheningan tengah malam yang larut. Setelah berhenti, dua orang petugas mengangkat tubuh Anton dengan hati-hati di bawa ke dalam ambulan.

Lalu mobil berwarna putih itu melaju kencang menyibak kegelapan dan kesunyian malam. Beberapa petugas kepolisian senang menertibkan dan mengamankan beberapa alat bukti di tempat kejadian perkara. Diantaranya sepeda motor milik Anton yang mengalami rusak berat di beberapa bagian karena benturan dengan sisi jalan. Bukan itu saja, kuda besi itu terguling dan terseret beberapa meter karena begitu kencangnya dikemudikan Anton dengan kecepatan tinggi.

*

Tiba-tiba bu Halimah mengalami rasa yang aneh seketika, detak jantungnya tiba-tiba berdegup kencang serta keringat dingin membasahi keningnya.

'Ada apa ini? Kenapa sekujur tubuhku mendadak ngilu?? Apa yang terjadi dengan Anton???' Feeling seorang ibu memang tak bisa dipungkiri sangatlah kuat. Itulah yang sebenarnya di alami bu Halimah malam itu. Ia tak bisa tidur, setelah melepas kepergian Anton.

Wanita yang sudah nampak tua dengan beberapa uban yang tumbuh di kepalanya itu, duduk di tepi ranjang dan terdiam sambil menata napasnya yang masih belum teratur.

'Kenapa bayangan Anton selalu muncul di pikiran ku? Jangan-jangan... ooo... jangan sampai itu terjadi! Kamu pasti baik-baik saja anakku. Bagaimana aku bisa memastikan keadaan Anton saat ini? Sedang ia dalam keadaan tak stabil dan sangat frustasi. Aku akan melihatnya ke depan. Semoga Anton secepatnya pulang kembali dalam keadaan lebih baik.' Monolog bu Halimah memenuhi pikirannya. Di satu sisi ia punya firasat kurang baik, di sisi lain ia menyangkal firasatnya sendiri dengan harapan yang terbaik untuk putra tercintanya.

***

BERSAMBUNG

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang