BAB 119. TAK KUNJUNG PULANG

397 23 6
                                    

Sementara rekan kerja Yuanita dan Anton sudah berencana menuju ke kediaman Yuanita. Mereka ingin sambang bayi dalam istilah Jawa.

Diantara mereka ada Bondan, Darwis, Dahlia dan Kamila. Bersenda gurau saling berkelakar sambil menikmati perjalanan menuju ke sana.

"Itu di depan, kita sudah sampai." Seru Bondan yang lagi mengendarai sepeda motor berboncengan dengan Kamila. Ia menunjuk rumah bercat merah bata berpagar hitam yang ada di sebelah kiri jalan. Sedang Darwis berada di belakangnya sedang berboncengan dengan Dahlia.

Mereka berempat memarkir kuda besinya di pelataran rumah Yuanita dibawah pohon mangga yang rindang. Tapi langkah mereka terhenti seketika, saat mendengar keributan dari dalam rumah.

"Sstttt... sepertinya sedang ada masalah. Kita nggak pas waktunya datang ke sini. Gimana, nih?" tanya Bondan dengan suara lirih.

"Iya ya... nggak enak juga jadinya. Ada percekcokan di sana." Jawab Kamila yang nampak gusar.

"Kita tunggu saja di sini untuk sementara. Kali aja bentar lagi udah aman." Sahut Dahlia.

Setelah beberapa menit berlalu, Anton, Amel menggendong Putri, Bu Halimah menggendong bayi, sedang berjalan keluar rumah. Anton dengan jalan pincang membawa tas besar berisi pakaian dan beberapa kebutuhan anak-anaknya.

"Pak Zaini, aku pamit. Maafkan kalau selama ini aku dan anak-anak ku merepotkan mu."

"Sama-sama, Anton. Maafkan aku juga. A... aku nggak bisa berbuat apa-apa."

Tiba-tiba Erik muncul dan angkat bicara.

"Hmmm... Bu Halimah, Mas Anton. Biar aku antar ke rumah."

"Iya, Ton. Tolong antar bu Halimah." Jawab pak Zaini menyetujui.

"I... iya, Rik. Makasih ya." Sahut Anton karena tak ada pilihan lain.

Kalau jalan kaki, pasti sangat repot walaupun nggak begitu jauh dari rumah bu Halimah, tapi bagaimana nanti di sepanjang jalan, para tetangga melihat dan menilainya. Bisa jadi bulan-bulanan dan trending topik seisi kampung.

Lalu Anton melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah itu dengan wajah duka.

Sedang Bu Halimah dan Amel tak mengucapkan suatu kata apapun dari mulut mereka. Dari tatapan mata dan raut mukanya, dua wanita itu sangat murka dan kecewa dengan sikap Yuanita.

"Itu Anton, mau kemana kok kayaknya mau pergi jauh?" Bisik Kamila.

"Biar aku coba samperin," Ucap Bondan memberanikan diri.

Lalu Bondan melangkah lebih dekat dan menyapa, "Hai... Anton. Maaf tadi kami nggak ngabari mau kesini."

Anton tersentak mendengar sapaan Bondan.

"Eee... Ndan, ssss... sama siapa," Langkah Anton terhenti seketika.

"Tuh... sama teman-teman yang lain." Bondan menunjuk ke bawah pohon mangga, tempat yang lain menunggu di sana.

"Kita ke rumah ku saja ya, aku lagi ada masalah di sini." Jawab Anton dengan muka yang memerah karena malu atas keadaannya.

"Ooo... nggak apa-apa, Ton. kalau gitu kita ke rumah mu lain waktu saja ya." Ucap Bondan.

"Maaf ya, aku jadi merepotkan kalian." Jawab Anton tertunduk malu dan perasaannya yang campur aduk.

Akhirnya Erik mengantar Bu Halimah, Anton dan kedua anaknya mengendarai mobil miliknya. Sedang Amel mengendarai sepeda motor yang dibawanya tadi.

Lalu Bondan dan yang lain memilih berbalik ke rumah masing-masing, karena waktunya tak tepat untuk bertemu dengan Anton.

***

Saat makan malam, Yunan, Alma, Angga sudah siap di depan meja makan. Sedang kursi yang biasa diduduki Tiara nampak kosong.

Angga menoleh ke kursi sebelahnya sambil bertanya, "Kak Tiara kemana. Dari tadi aku nggak lihat?"

"Kak Tiara lagi main sama teman-teman yang, mumpung weekend." Sahut Alma.

"Wah... pasti udah punya cowok nih, makanya mulai suka habisin waktu di luar." Angga menimpali.

"Masak gitu, sih. Apa kamu pernah tahu, Angga?" tanya Alma penasaran.

"Belum pernah sih, Ma. Tapi lihat ciri-cirinya bisa di prediksi demikian." Jawab Angga.

"Kamu nih, bisa prediksi segala. Makin pinter anak papa." Ucap Yunan ikut nimbrung.

"Hehehee... Aku habis makan malam mau ke rumah teman ya, Pa." Pamit Angga sambil mulai menikmati suapan terakhirnya.

"Hmm... naah... ternyata anak laki-laki ku juga udah punya cewek rupanya???" Ledek Yunan sambil memicingkan alisnya.

"Haaah... belum, Pa. Aku cuma mau main ke rumah Dwiki. Papa nih, ada-ada aja." Elak Angga.

"Lho... tadi katanya kalo suka habisin waktu di luar, berarti udah punya gebetan. Jadi pas kan??" Alma ikutan goda Angga yang kena skak matt dari ucapannya sendiri.

"Aduuuh... salah ngomong lagi." Ucap Angga sambil meringis.

Melihat ekspresi dan jawaban Angga barusan, Yunan dan Alma tertawa terpingkal-pingkal.

*

"Ini sudah hampir jam sembilan malam, Tiara belum pulang juga. Padahal tadi sudah janji nggak akan pulang lewat jam yang sudah kutentukan." Ucap Alma pada Yunan yang sedang menikmati secangkir kopi di ruang tengah.

Lalu Alma pun memilih ikut duduk di sofa sambil menyandarkan punggungnya yang nampak lelah.

"Hmm... tunggu saja, Sayang. Mudah-mudahan bentar lagi Tiara udah sampai rumah. Kamu percaya kan, kalau Tiara pasti bisa menepati janjinya." Jawab Yunan berusaha menenangkan.

"Iya, Mas. Aku tunggu di sini saja, Tiara. Ini aku kirim pesan, juga belum di baca. Apa dia lagi perjalanan pulang ya??" Alma mulai menebak-nebak.

Tiba-tiba terdengar suara Angga di pintu depan, "Assalamualaikum."

"Waalaikum salam" Jawab Alma dan Yunan nyaris bersamaan.

"Tuh... suara Angga. Duluan Angga yang nyampek rumah duluan." Ucap Alma.

"Tenang, Sayang. Bentar lagi, Tiara pasti pulang juga." Lagi-lagi Yunan tak punya pikiran negatif.

"Papa, Mama, kak Tiara mana? Aku tadi ketemu dia lagi di bonceng cowok di jalan. Ku panggil-panggil nggak dengar juga. Apa dia sudah pulang sekarang??" tanya Angga menghentikan langkahnya menuju kamar untuk menyempatkan bicara pada Alma dan Yunan.

"Belum tuh. Ketemu dimana tadi, Angga?" tanya Alma penasaran.

"Hmm... di depan Original Cafe, Ma. Tadinya aku mau nyobain ke sana juga, kan hari ini lagi pembukaan itu, ada diskon katanya. Tapi karena udah hampir jam sembilan malam, jadi ku urungkan deh. Karena aku udah janji pulang sebelum jam sembilan.

"Tiara di bonceng cowok??" tanya Alma penasaran.

"Iya, Ma. Kayaknya kak Tiara lagi deket sama cowok itu deh. Kelihatan akrab banget." Jawab Angga.

'Apa ini yang membuat Tiara belum pulang sampai jam sembilan lebih?? Kamu nih Tiara sudah di kasih kepercayaan, malah seperti ini. Aku nggak enak sama mas Yunan. Semoga saja Tiara cepat pulang.' Bisik Alma dalam hati.

"Mama... lagi mikirin apa? Mikirin Tiara ya?? Bentar lagi pasti dia sudah pulang. Mungkin sekarang masih dalam perjalanan." Ucap Yunan sambil melirik istrinya yang nampak gelisah sedari tadi. Apalagi sejak mendengar pernyataan Angga.

Alma hanya bisa tersenyum masam mendengar ucapan suaminya itu. Lalu ia beranjak dari duduknya, gegas berjalan menuju teras rumah untuk menanti kedatangan anak gadisnya yang tak kunjung pulang dengan wajah gelisah yang tak bisa ia tutupi lagi.

***

BERSAMBUNG

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang