BAB 80. KABAR GEMBIRA

1K 64 3
                                    

Pagi ini Alma berkali-kali ke kamar mandi, badannya terasa berat, kepalanya pusing dan malas melakukan apapun. Apakah karena masalah Heni yang tak kunjung selesai atau ada sesuatu yang menjadi beban pikirannya?

"Kayaknya hari ini aku ijin nggak ngajar dulu deh, Mas." Ucap Alma pada sang suami yang masih berada di kamarnya.

"Kenapa, Sayang. Apa kamu sakit?" tanya Yunan sembari memeriksa suhu badan Alma dengan meletakkan punggung telapak tangannya di atas dahi istrinya itu.

"Kepala ku agak pusing, Mas. Badan rasanya males ngapa-ngapain. Kayaknya aku masuk angin." Jawab Alma manja sambil merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang.

"Kalo gitu kamu istirahat saja. Mungkin kecapekan dan banyak pikiran. Tapi badan kamu nggak panas, Sayang." Ucap Yunan setelah memeriksa suhu tubuh wanita di depannya.

"Iya, Mas. Tapi kepalaku pusing banget," Alma mencari bantal untuk sandaran kepalanya.

Tiba-tiba Alma merasa mual dan ingin muntah, ia segera bangkit lalu cepat-cepat melangkah  menuju kamar mandi.

"Ada apa, Sayang?" tanya Yunan melihat istrinya yang bersikap agak aneh pagi ini.

Alma tak menjawab pertanyaan Yunan, ia lebih mempercepat langkahnya agar segera bisa masuk ke kamar mandi. Dan... Alma akhirnya bisa mengeluarkan isi perutnya dengan lega.

Setelah itu, ia keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang dengan menghela napas panjang. Alma merasa sedikit lega, tapi kepalanya masih terasa pusing, ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Kita ke rumah sakit ya, Sayang. Kamu nampak pucat dan butuh pengobatan." Yunan mendekati istri cantiknya itu dengan belaian kasih sayang dan memberikan pijatan pada pundak wanita yang ada di sebelahnya.

"Aku hanya pusing, Mas. Cuma butuh istirahat saja. Nanti juga pasti sembuh." Sanggah Alma yang tak mau menuruti nasehat suaminya.

"Tak ambilin roti dan teh hangat ya, Sayang. Biar perutmu nggak kosong. Ntar malah tambah parah kalo dibiarin kosong gitu." Yunan beranjak dari duduknya, lalu keluar menuju dapur. Di sana ketemu dengan bik Ina yang setia membantu pekerjaan di dapur.

Yunan minta tolong bik Ina membuatkan teh hangat untuk Alma, sebentar kemudian suami Alma itu sudah membawa segelas teh hangat dan beberapa roti ke dalam kamar untuk diberikan pada sang istri tercinta.

"Minum dulu, Sayang. Ini rotinya juga di makan ya! Aku mau mandi dan siap-siap ke kantor dulu." Pamit Yunan dengan senyum manisnya.

"Makasih, Sayang." Jawab Alma dengan balasan senyum manis tapi agak lesu karena keluhan pada kepalanya yang belum reda.

*

Kini Alma tinggal sendiri di rumah ditemani bik Ina. Seperti biasa, Yunan dan anak-anaknya sedang melakukan aktifitas luar rumah seperti biasanya.

Alma memilih duduk di teras samping untuk mengurangi rasa pusingnya, ia sedang bercakap-cakap dengan bik Ina sambil menikmati taman bunga yang nampak cantik dengan beberapa ragam tanaman.

Tiba-tiba Alma berjalan cepat menuju kamar mandi, ia memuntahkan isi perutnya lagi. Dan  sudah terjadi lebih dari tiga kali untuk hari ini. Setelah itu Alma kembali duduk di samping bik Ina sambil berkata, "Kenapa kepala ku pusing sekali ya, Bik? Dan aku sudah beberapa kali muntah seperti tadi. Trus... pengen rasanya makan mangga muda, rasanya pasti seger ya, Bik."

"Hmm... Jangan-jangan bu Alma lagi ngidam???" Tanya bik Ina sambil tersenyum penasaran.

"Apa, Bik, aku ngidam??? Masak sih??? Bentar...!!" Reaksi Alma kaget saat mendengar pendapat bik Ina.

Alma nampak berpikir keras, sambil menghitung dengan jari-jemarinya. Bik Ina cuma bisa menatap majikannya itu dengan bengong dan tanda tanya.

"Ya Allah... aku sudah telat nggak mens bulan ini. Apa iya, aku sedang... hamil???" Alma terkejut setelah menghitung sendiri masa haid yang telah di alami sebelumnya.

"Wah... betul kan Bu, dugaan saya. Pasti bu Alma sedang ngidam. Alhamdulillah..." Bik Ina mengeraskan suaranya karena saking senangnya.

"Tapi aku belum tahu pastinya, Bik. Nanti aku mau periksa deh, biar nggak penasaran. Tapi memang bawaannya kayak aku pas mengandung Tiara dulu." Jawab Alma dengan terbengong-bengong.

"Iya, Bu Alma. Saya yakin pasti Bu Alma hamil. Kalo pak Yunan tahu, hmm... saya pastikan beliau senang banget, Bu." Ucap bik Ina sambil tersenyum sumringah.

*

Sore harinya semua anggota keluarga sudah kembali ke rumah, tak terkecuali Yunan suami Alma.

"Mas, nanti habis maghrib kita periksa ke dokter ya! Mas nggak ada acara kan?" tanya Alma.

"Nah gitu dong. Aku selalu siap mengantarmu kemanapun kamu pergi, Sayang ku." Jawab Yunan sambil memeluk Alma yang masih lemes karena sering muntah untuk hari ini.

*

"Selamat pak Yunan, bu Alma positif hamil." Kata dokter Syifa spesialis kandungan setelah memeriksa urine dan kesehatan Alma.

Lelaki yang duduk di kursi sebelah Alma itu sejenak tak bisa berkata-kata. Ia terbelalak saking kagetnya dengan kejutan yang tak terduga. Lalu dengan lirih ia mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga atas karunia yang diberikan Tuhan untuknya hari ini, "Alhamdulillah, terima kasih ya Allah".

Alma tersenyum sumringah mendengar ucapan dokter dan melihat ekspresi suaminya yang begitu nampak gembira. Ia tak menyangka di usia yang sudah tiga puluh lebih itu dipercaya Sang Kuasa untuk mempunyai keturunan lagi.

"Terima kasih, Sayang." Yunan menggenggam jari-jemari tangan Alma dan mencium pipi istrinya di depan dokter Syifa.

Melihat hal itu, sang dokter hanya bisa tersenyum dan menundukkan kepala. Yunan tak menghiraukan keberadaan orang lain yang ada di depannya, ia hanya ingin mencurahkan rasa syukurnya yang tak terhingga pada saat itu juga. Dan salah satunya dengan physical touch  yang baru saja ia lakukan.

"Mas... malu dong, ada bu dokter nih." Kata Alma sambil menundukkan pandangannya setelah mendapat ciuman yang mendarat lembut di pipinya yang merona.

"Ma... maaf, Dokter." Setelah menyadari akan tingkahnya yang sedikit ekspresif, Yunan jadi gugup dan minta maaf pada dokter Syifa.

"Hmm... nggak apa-apa pak Yunan. Oh ya, bu Alma, jangan lupa jaga kesehatan, minum obat teratur dan periksakan kehamilan ibu secara intensif ya!" Saran dokter Syifa sambil tersenyum ramah.

"Iya Dokter, terima kasih. Kami permisi dulu." Pamit Alma dan Yunan, lalu segera beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan pemeriksaan.

Dalam perjalanan pulang, Yunan tak henti-hentinya tersenyum bahagia sambil menyetir sedan hitam yang duduk bersebelahan dengan sang istri dan sesekali mencuri pandang padanya.

"Kamu ngidam apa, Sayang. Katakan saja, aku akan turuti semuanya." Ucap Yunan sambil melirik istri cantiknya yang bersandar di kursi mobil dengan agak malas.

"Beneran nih, Mas. Mau dituruti semua?" Tanya Alma mulai bersemangat, sambil mencolek hidung Yunan yang nampak makin ganteng dengan senyum manisnya yang tersemat sedari tadi.

"Serius, Sayang. Katakan saja, apa yang kamu mau! Daripada anakku nanti ileran, jadi repot kan???" Jawab Yunan sambil tertawa mencairkan suasana.

***

BERSAMBUNG... 

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang