Langkah Tiara terhenti sejenak, saat kedua matanya telah melihat sosok pria muda berdiri dengan tegap di balik jendela kaca. Tinggal beberapa langkah saja, ia sudah bisa membukakan pintu tamu yang sangat dinantikannya.
CEKLEK
Tangan kanan Tiara sudah memegang gagang pintu dan dibukanya pelan-pelan sambil menghela napas.
"Selamat malam Tiara."
"Se... semalam malam Mas Arka, eee... silahkan masuk! Duduk dulu Mas!" Ucap Tiara sambil gugup karena salah tingkah menyambut kedatangan Arka.
Pesona Arka membuat Tiara tak bisa menolak cintanya, hingga ajakan pria muda itu untuk sekedar berjalan-jalan di taman malam ini. Apalagi penampilannya saat ini, Arka memakai celana jeans biru di padu dengan kaos hitam bertuliskan logo Lotto di sebelah kiri bagian dada. Tatanan rambutnya juga rapi, dengan belahan samping dengan model under cut.
Begitu juga dengan Arka, ia menatap lembut wajah Tiara yang mempesona malam ini. Gadis yang sudah menerima cintanya ini nampak sangat cantik dengan dress Sasha casual santai warna abu. Sangat serasi dengan kulit putih Tiara yang terpancar sorotan lampu ruang tamu.
Tiba-tiba terdengar langkah yang semakin mendekat ke tempat duduk mereka. Alma ikut menyambut kehadiran kekasih putrinya itu dengan senyum di bibirnya.
"Ada tamu rupanya," sapa Alma.
"Iya Ma. Ini Mas Arka," jawab Tiara.
Lalu Arka berdiri dari duduknya. Tangan kanannya di ulurkan untuk bisa bersalaman dengan Alma dan diciumnya telapak tangan Alma dengan takzim.
"Saya Arka." Dengan senyum manisnya kekasih Tiara itu memperkenalkan diri.
"Ooo... ini yang namanya Arka. Kakaknya Amora ya?" tanya Alma mencoba bersikap ramah. Alma menyambut kedatangan Arka dengan sangat baik, karena wanita ini diam-diam telah mengamati gerak-gerik kekasih putrinya sejak ia mengenal orang tuanya.
Alma dan mamanya Arka sudah lama saling mengenal dan merasa sefrekuensi, jadi kalau dalam perbincangan pasti nyambung. Alma juga tahu sedikit banyak sifat dalam diri Arka, karena kemungkinan besar buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Orang tua Arka terkenal dengan orang yang baik, maka bisa dipastikan Arka pun demikian. Ini prediksi Alma.
"Ma, aku sama Mas Arka mau keluar sebentar." Ucap Tiara setelah mereka saling beramah tamah.
"Ooo... gitu. Iya, Sayang. Jangan pulang malam-malam ya! Arka, tante titip Tiara, jaga dia baik-baik!" Titah Alma dengan senyuman tersemat di sudut bibirnya.
Arka menundukkan kepalanya tanda hormat, dan ia pun berkata, "Iya Tante. Saya dan Tiara pamit dulu." Ucap Arka sambil menyalami Alma.
"Tiara berangkat dulu ya, Ma." Pamit Tiara yang menyalami mamanya juga.
"Iya, Sayang. Hati-hati." Jawab Alma sambil menatap keduanya hingga nampak punggung Arka dan Tiara yang sudah melewati pintu depan dan akhirnya meninggalkan rumahnya dengan mengendarai sepeda motor Aprilia Shiver warna hitam.
Mata Alma berbinar-binar, melepas kepergian Tiara bersama kekasihnya Arka. Lalu ia melangkahkan kakinya masuk ke kamar mengecek Revan yang sedari tadi masih tidur pulas.
Dalam hati Alma berkata, 'semoga Tiara berjodoh dengan Arka, karena dia laki-laki yang baik dan dari keluarga baik-baik juga.'
"Ada siapa barusan, Ma?" tanya Angga yang berpapasan di ruang tengah.
"Itu tadi ada temannya kak Tiara." Jawab Alma.
"Ooo... Mas Arka ya. Itu sih bukan teman Ma, tapi pacar kak Tiara. Masak Mama nggak tahu sih?" tanya Angga sedikit heran.
"Hmm... Mama tahu kok. Apa pacar itu nggak boleh di sebut teman? Apa bedanya menurut Angga, antara teman sama pacar?" Alma balik bertanya sekaligus ngetest pendapat Angga yang terkadang ngasal kalau jawab, tapi inilah yang bikin Alma suka menggodanya.
"Ya jelas beda lah, Ma. Kalo teman itu berkomunikasi apa adanya, kalau pacar itu komunikasi pake hati, jadi bisa bikin berbunga-bunga tapi bisa juga bikin nangis." Jawab Angga.
"Lho... masak, sih?" Kok bisa gitu ya? Atau jangan-jangan, diam-diam kamu juga udah punya pacar, makanya bisa lancar gitu jawabnya, hayo ngaku!?!" Goda Alma lagi.
"Nggak lah, Ma. Aku masih kecil, belum baligh, heheheee..." Jawab Angga sambil berlalu masuk kamarnya dan meninggalkan Alma yang masih tersenyum mendengar jawaban Angga barusan.
***
Hari ini ketegangan menyelimuti suasana hati Yunan. Karena peristiwa yang terjadi di kantornya membuat ia harus bersikap tegas dan menyudahi pemalsuan dokumen yang terjadi dua kali berturut-turut.
Ada satu nama yang sudah ia curigai, apalagi diperkuat dengan CCTV yang terpasang di tiap sudut ruangan.
(Halo, pak Ruben. Tolong sampaikan ke Yuanita menghadap saya sekarang juga!) Ucap Yunan melalui sambungan telepon.
(Baik, Pak Yunan.) Jawab Ruben dengan tegas.
Setelah menutup pembicaraan, Ruben langsung menyampaikan titah pimpinannya. "Nita, kamu di minta pak Yunan menghadap beliau sekarang."
DEG!
Yuanita kaget mendengar ucapan Ruben. "Iya, Pak. Saya akan segera menemui pak Yunan." Jawabnya sambil mereka-reka, kenapa ia tiba-tiba di panggil oleh sang direktur.
Wanita yang selalu tampil modis itu beranjak dari duduknya, lalu segera melangkah menuju ruangan Yunan.
Dalam perjalanan menuju ke sana, Yuanita berpikir keras dan mulai memprediksi atas apa yang aka terjadi padanya.
'Hmm... sepertinya aku sudah berhasil menjebak Revan. Kamu pasti akan diberhentikan dengan tidak terhormat, sekretaris baru yang dungu, ha ha haa... Lalu aku yang akan mendampingi pak Yunan seperti dulu lagi. Setelah itu, pak Yunan akan ku jebak agar jatuh ke pelukan ku selamanya. Aku memang pintar. Yuanita kok di lawan.' Gumamnya dengan sangat percaya diri.
Tak berapa lama, ia sudah sampai depan pintu ruangan yang ia tuju.
TOK TOK
Dengan memasang senyum menawan, Yuanita mulai mengetuk pintu.
"Masuk," terdengar jawaban dari dalam ruangan.
Yuanita menghela napas panjang, untuk menata hati dan pikirannya yang siap mendapat kabar baik dan pasti menyenangkan bagi dirinya.
"Apakah pak Yunan memanggil saya?" tanyanya membuka pembicaraan.
"Iya, benar. Silahkan duduk!" Jawab Yunan tegas.
(Revan, kamu segera ke ruangan saya sekarang.) Ucap Yunan dalam sambungan telepon.
(Baik, Pak Yunan.) Jawab Revan.
'Ternyata benar dugaanku. Bentar lagi Revan si perebut jabatan ku akan segera ke sini. Dan pasti setelah itu di pecat. Rasain tuh Revan! Dasar pecundang, sukanya ngerebut posisi ku selama ini.' Bisikan Yuanita dalam hati.
Wanita yang kini sudah duduk di sofa panjang pada ruangan itu, kembali tersenyum dan menikmati ruang kerja Yunan yang bersih dan rapi. Aroma ruangannya juga harum, bikin betah siapa saja yang masuk di sana.
Tak lama kemudian, Revan masuk ruangan dan segera duduk bersebelahan dengan Yuanita. Tatapan sinis diberikan mantan Anton itu dengan mata tak berkedip.
"Nita, apa kabar?" tanya Revan sekedar menyapa dan mencairkan suasana.
"Selalu baik, lihat saja!" Jawab Yuanita berlagak sombong.
Semuanya sudah berkumpul, sekarang aku akan umumkan berita yang sudah aku siapkan pagi ini.
***
BERSAMBUNG
![](https://img.wattpad.com/cover/347577329-288-k216749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...