BAB 10. KARMA SELANJUTNYA

4K 131 2
                                    

"Ini sudah 2 bulan kamu belum bayar kontrakan, mau sampai kapan bu Heni, aku sudah kasih kelonggaran sebulan, kurang baik gimana???"

Dengan tatapan mata amarah, Marni pemilik rumah yang ditempati Heni dan Anton, didatangi dengan terpaksa, apalagi kalau bukan karena tunggakan pembayaran kontrak rumah.

"Maafkan saya bu, sampai sekarang masih saya usahakan, suami saya belum mendapat panggilan kerja, mohon waktunya lagi ya bu Marni"

Heni memohon dengan sangat pada Marni dengan suara mengiba dan menundukkan kepalanya.

"Tak kasih waktu seminggu lagi ya bu Heni, masih banyak orang yang mau kontrak rumah ini, aku juga butuh uang untuk mencukupi kebutuhan, jadi harap mengerti!!!"

Kalimat panjang dan tegas dilontarkan Marni, biar wanita yang memohon di depannya tidak mengabaikannya.

"Ingat ya bu Heni, seminggu lagi aku kesini lagi, bu Heni harus melunasi tunggakan pembayaran dengan kontan, kalau tidak... Silahkan ibu keluar dari rumah ini. Biar aku tawarkan pada penyewa yang lain, permisi!!!"

Marni membalikkan badan, segera meninggalkan Heni dengan wajah marah dan kecewa.

***

Heni dan Anton sudah resmi menjadi pasangan suami istri sejak perceraian Anton dengan Alma. Sebulan setelahnya lelaki yang baru menduda itu segera menikahi Heni secara siri, karena wanita yang tinggal serumah dengannya itu telah berbadan dua.

Mau tak mau, Anton harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Walaupun Anton sebenarnya enggan menikah secepat itu karena ia belum punya pekerjaan. Tapi... bagaimana lelaki pemalas itu segera bekerja, setiap hari cuma sibuk dengan tidur, makan, main game.

Sifat Anton belum berubah, kalo dulu ia menjadi benalu pada mantan istrinya Alma, tidak jadi masalah, karena wanita itu pekerja keras. Jadi semua kebutuhan keluarga bisa dipenuhi

Bagaimana dengan istrinya yang sekarang??? Heni tak punya pekerjaan, ia menyibukkan diri dirumah sebagai ibu rumah tangga. Sedang kebutuhan sehari-hari bergantung pada uang pinjaman sana-sini.

Tak jauh beda dengan Anton suaminya, Heni memilih bersantai dirumah, main HP, makan, tidur. Mereka berdua memang pasangan serasi, sama-sama pemalas dan enggan berusaha untuk mendapat pekerjaan.

"Mas... gimana ini, bu Marni sudah nagih terus, kapan mas Anton mulai bekerja dan dapat duit???"

Heni menghampiri Anton yang sedang tiduran di kamar, ia sudah mulai khawatir akan keadaannya saat ini. Hutang sudah menumpuk di mana-mana, tagihan tiap hari sliweran di chat WA, ada juga yang langsung datang ke rumah untuk menagih.

"Kamu kan tau Hen... nyari kerja itu sudah, aku sudah tanya teman-teman ku, tapi belum ada yang sesuai dengan yang kumau", jawab Anton dengan terus menatap ponsel y ang ada di tangannya.

"Trus gimana mas, kalo kita nggak bisa bayar kontrakan, mau tinggal dimana???", tangan Heni menggoyang-goyangkan pundak Anton, agar lelaki itu bisa memperhatikannya.

"Sudahlah... Nanti kita pulang kerumah orang tuaku, kamu tenang saja sayang", dengan enteng, Anton melontarkan solusinya agar Heni tak mengganggunya lagi.

***

Minggu pagi yang cerah, Alma berdandan seadanya, seperti biasa cuma bedak dan lipstik tipis menghiasai wajah putihnya nan cantik.

Gaun biru muda yang dipilihnya menjadikan penampilan lebih smart dan segar. Ia mempersiapkan diri hadir di acara reuni akbar di kampusnya.

"Alma...apa sudah siap, aku mau kerumahmu nih", Anita mengawali percakapan di telpon untuk memastikan kesiapannya.

"Ok Nit... Aku siap", balas Alma bersemangat.

***

Hiruk pikuk alumni kampus mulai memadati aula acara reuni, bersalaman, saling canda, pelukan untuk saling melepas rindu.

Begitu juga yang dilakukan Alma, ia sangat senang menikmati suasana kekeluargaan yang hangat. Pandangannya menoleh ke beberapa arah, untuk memantau kiranya ada teman seangkatannya yang belum ia sapa.

"Ini Alma ya...???", sapa seorang pria tampan berperawakan atletis, tinggi semampai, dengan suara baritonnya.

Ia mengulurkan tangannya, dengan maksud mengajak jabat tangan dengan wanita cantik yang bernama Alma di depannya.

"Oo... iya benar, maaf ini dengan siapa ya???", sambil membalas jabatan tangannya, Alma tersenyum sumringah memandang wajah pria itu.

"Kamu sudah lupa ya Al... Masak nggak ingat sih, coba buka lembaran memorimu!", sambil terkekeh pria itu menggoda Alma, biar ia bisa mengingatnya.

Setelah beberapa saat memandang dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, barulah Alma bisa menebak siapa pria di depannya tersebut.

"Ooo... ini mas Yunan ya, maaf pangleng jadi nggak ngenali", Alma tersenyum lega, akhirnya ia bisa mengenali pria menawan berkharisma, yang tak lain adalah kakak tingkatnya yang dulu pernah mengejar-ngejar cinta Alma.

Yunan Prasetya, aktifis kampus di masanya, ia merupakan salah satu kandidat yang memperjuangkan cinta Alma. Hingga perjuangannya kandas ketika keduluan Anton, akhirnya Yunan menghilang tanpa kabar dengan tujuan mengubur rasa kecewa dihatinya, karena ketidaktegasan sikapnya pada Alma, hingga wanita idamannya itu sudah dimiliki pria lain.

Itulah fenomena wanita, ia akan menerima cinta pria yang berani berhadapan langsung dengan orang tuanya. Alma pun bersikap demikian, sejak Anton berani mengutarakan keseriusan hubungan dengannya, apalagi mendatangi ke rumahnya ketemu dengan Halimah ibunya dengan kepastian.

Tapi apa hendak dikata, semua atas takdir Tuhan, manusia bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan mana yang terbaik bagi semua makhluknya.

"Mana Anton suamimu Al... dari tadi aku nggak melihatnya?", tanya Yunan sambil melihat sekitarnya mencari keberadaan pria yang dimaksud.

"Aku sudah nggak sama Anton, enam bulan ini kami sudah resmi bercerai", Alma menjawab sambil menundukkan kepalanya ke lantai.

"Maaf Al... Aku nggak tau, apa yang terjadi sampek kalian bercerai, kalo kamu nggak mau jawab juga nggak papa, ini masalah pribadi ya, maaf kalo aku lancang", Yunan menatap Alma dengan sedih, setelah mendengar statusnya saat ini.

"Nggak papa mas, Anton berselingkuh dan aku nggak bisa menerimanya", Alma dengan suara lirih menjelaskan penyebab pernikahannya berakhir dengan kata cerai.

"Yang sabar ya Al... aku juga sekarang sudah sendiri, sejak setahun lalu istriku meninggal karena kecelakaan", Yunan berkata sambil menghembuskan napas panjang, tanda kesedihan yang mendalam.

"Inna lillahi wainna ilaihi rojiun", aku turut berbela sungkawa mas Yunan, semoga amal kebaikannya diterima Allah.

Kini pria dan wanita yang berstatus duda dan janda itu sedang asyik berbincang diantara keramaian alumni yang makin memadati aula kampus.

Saking asyiknya hingga sapaan Anita pada kedua tak terdengar.

"Ehemm... Lagi asyik berduaan aja nih, boleh ikut nimbrung kan?", hingga beberapa saat keduanya tak menoleh ke arah Anita.

Entah apa yang dibicarakan, sampai suara Anita tak terdengar ditelinga Alma dan Yunan yang kelihatannya sangat menikmati kebersamaan diantara keduanya. Setelah belasan tahun tak pernah komunikasi, pasti banyak bahan percakapan yang mereka bahas hingga tak memperhatikan sekitarnya.

'Alma sekarang sudah jadi janda, Yunan kabarnya menduda, waduuh... Jangan-jangan ini sinyal cinta lama bersemi kembali. Nggak papa sih, lagian Yunan pria yang lebih baik daripada Anton. Eee... Kenapa aku jadi mikir kesana???'

Anita bermonolog menatap dua insan yang ada di hadapannya. Ia melihat ada tanda-tanda kehangatan yang terjadi antara Anton dan Alma teman kuliahnya itu.

***

BERSAMBUNG...

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang