Nafas Dahlia menderu tak menentu. Ini adalah pengalaman pertamanya dalam menghadapi laki-laki yang berani menantangnya. Dengan alasan pembuktian ketulusan cintanya.
"A... a..ku takut, Mas!?!" suara Dahlia bergetar. Ia bergelut dengan perasaannya sendiri, antara takut dan senang, campur aduk tak karuan.
Wanita yang terbilang muda ini tak berani menatap mata lelaki di depannya. Padahal Anton sudah sangat siap menerkam mangsanya.
"Sayang... Kamu katanya cinta sama aku? Ini saatnya kamu buktikan perasaanmu itu pada ku. Aku nggak akan menyakitimu, Lia Sayang." Suara Anton mendayu di telinga Dahlia yang tak bisa bergerak lagi. Tangan Anton membelai rambut wanita muda yang ada di depannya dengan manja.
"A... a.. apa yang kamu lakukan, Mas Anton???" Dahlia berucap hampir tak terdengar suaranya. Ingin rasanya ia bangkit dari ranjang tempat ia merebahkan tubuhnya saat ini. Lalu ingin secepatnya ia keluar kamar dan lari menjauh dari lelaki yang sudah mengungkungnya. Tapi nyalinya tak seberani itu.
"Sayang... apa kamu tak ingin membuka bajumu?!" tanya Anton. Lebih tepatnya pertanyaan sekaligus perintah yang tak bisa ditolaknya.
"Aku, ma... lu, Mas." Jawab Dahlia tetap dengan menundukkan pandangannya.
"Dengar ya, Sayang. Aku dan kamu sudah bukan orang lain. Kita sudah menjadi pasangan kekasih. Kenapa masih malu?" Anton melancarkan rayuan mautnya. Ia tak mau gagal lagi untuk kesempatan kali ini.
Tiba-tiba terdengar suara bel pintu depan berbunyi.
Ting... tung...
"Mmm... ada tamu, Mas" sahut Dahlia.
'Sialan, siapa sih yang datang!! Ganggu aja!!!" gerutu Anton dalam hati.
"Maaf Mas, aku akan bukakan pintu sebentar," kata Dahlia sambil mendudukkan pantatnya dan segera turun dari ranjang. Langkah kakinya gegas keluar dari kamar yang sedari tadi membuatnya berkeringat dingin. Dalam hati, wanita muda itu merasa sangat lega, akhirnya ada alasan untuk keluar dari genggaman lelaki yang ia masih ragukan cintanya.
Dahlia merapikan pakaian yang dikenakannya, juga rambut yang sedikit berantakan. Sesampainya di depan pintu.
Ceklek
"Hai, Lia! " Sapa tamu tak di undang itu. Walau tak di undang, tapi tamu itu merupakan malaikat penyelamat bagi Dahlia.
"Hai, Mila. Tumben kamu kemari? Masuk yuk, Mil!" sahut Dahlia menyambut kedatangan teman baiknya itu. Dahlia memeluk tubuh Mila dengan erat. Seakan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kedatangannya yang tak terduga tapi dalam waktu yang sangat tepat.
"Ya, Lia. Kamu Kenapa? Ada masalah??" tanya Mila seakan mengerti yang dihadapi wanita muda di pelukannya.
"Hmm... Duduk dulu, Mil! " Lia menjawab dengan anggukan kepala. Lalu ia mempersilahkan Kamila duduk di sofa ruang tamu.
Akhirnya dua wanita itu duduk di sofa dengan saling berdekatan. Dahlia memegang tangan Kamila dengan gemetar. Matanya saling beradu, seakan ingin menceritakan semuanya yang baru saja ia alami dengan segera.
Tapi sebelum Dahlia bercerita, Kamila memindai sofa yang ia duduki. Pandangannya berhenti pada jaket hitam yang tergeletak di tepi sofa.
"Lho... ini jaket siapa, Lia? Kayak jaket cowok?" tanya Mila sambil menatap tajam ke arah wanita yang duduk di sampingnya.
"Hmm..." Dahlia cuma bergumam saja.
Lalu pandangan Kamila beralih ke lantai depan sofa. "Ini sepatu siapa???" tanya Kamila makin penasaran.
"I...tu sepatunya Mas Anton," jawab Dahlia gugup.
"Jadi Anton sekarang di sini?! Sembunyi dimana dia??" tanya Kamila sambil memindai seluruh sudut ruang tamu.
Tiba-tiba Anton muncul dan berdehem setelah menutup pintu kamar. "Ehhemm... kamu di sini juga, Mila? Aku barusan rebahan bentar, agak pusing kepala ku." Jawab lelaki playboy tanpa beban.
"Ooo... begitu. Jangan-jangan kamu berdua merasa terganggu dengan kedatangan ku??" tanya Kamila menyelidik.
"Ng... nggak Mila. Aku nggak merasa terganggu kok." Sahut Dahlia dengan cepat dan senyum manisnya.
Sedang Anton tak menjawab pertanyaan Mila. Dia hanya memasang senyum kecut di sudut bibirnya.
"Ternyata diam-diam, kamu sering main ke sini ya, Ton? Pantes aja kalo pulang, Lia selalu terburu-buru. Sampai-sampai flashdisk ku terbawa olehnya. Makanya aku mampir ke sini, mau ambil flashdisk yang kamu pinjam di kantor tadi, Lia. Kalo nggak tak ambil sekarang, bagaimana aku bisa nyimpen laporan buat meeting besok pagi." Jawab Kamila yang menjelaskan tujuan kedatangannya yang mendadak sore itu.
"Iya, Mil. Aku nggak sengaja tadi kayaknya masuk ke tas ku flashdisknya. Bentar, tak ambilkan dulu ya." Dahlia berdiri dari duduknya, gegas masuk kamar mencari tas yang dipakainya ke kantor tadi.
Sementara di ruang tamu, telah duduk berhadapan Kamila dan si playboy Anton.
"Ton, jangan macam-macam sama Lia! Dia gadis baik-baik! Awas kamu!!!" Ancam Kamila sambil memandang tajam ke wajah Anton yang duduk santai.
Sepertinya Kamila sudah bisa mencium gelagat tak beres dengan lelaki di depannya. Dan wanita yang sudah menjanda itu tak mau melihat teman baiknya dijadikan alat mainan oleh lelaki nggak jelas macam Anton.
"Tenang, Mila. Aku nggak ngapa-ngapain sama Lia. Pikiran mu kotor aja sih?!" jawab Anton membela diri.
"Kalo kamu pengen macam-macam sama wanita? Cari di luar sana yang sudah punya pengalaman! Jangan Lia!!" Aku nggak akan tinggal diam, jika kamu berani merusak gadis baik-baik seperti Lia!!!" Mata Kamila melotot seperti ingin menerkam wajah Anton. Hingga giginya gemerutuk karena ancamannya sangat serius.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki Dahlia yang sudah mendekati ruang tamu dan segera mendudukkan pantatnya di sebelah pantat Kamila.
"Ini Mil. Maaf ya... tadi aku nggak sengaja bawa flashdisk mu," kata Dahlia dengan lugu.
"Nggak apa-apa, Lia. Lagian aku udah lama nggak main ke sini. Ngomong-ngomong, apa nggak ada air atau apa gitu? Tenggorokan ku kering nih, Lia." Celetuk Kamila yang masih ingin berlama di apartemen itu.
Ia sengaja menghabiskan waktu lebih lama di sana, setelah tahu ada playboy kawakan yang mendarat di tempat itu juga.
Kamila akan mengusirnya pelan-pelan, kalo nggak berhasil dengan cara pelan, tentu saja dengan cara kasar.
"Ton... kepala mu apa masih pusing sekarang?" tanya Kamila dengan muka datar.
"Susah mendingan, Mil. Habis rebahan tadi, pusingnya sedikit reda." Jawab Anton asal.
"Trus, kenapa kamu masih di sini? Aku mau ada urusan sama Dahlia. Rahasia wanita. Apa kamu mau nguping pembicaraan kita?" tanya Kamila dengan sedikit senyum kecut.
"Ooo... nggak lah. Kalo gitu, aku pulang dulu. Makasih ya, Lia. Kapan-kapan aku ke sini lagi." Jawab Anton gegas berdiri dari duduknya. Lalu mengambil jaket dan sepatunya.
"Hati-hati, Mas Anton." Sahut Dahlia malu-malu.
"Jangan sering-sering ke sini, Ton. Pamali!" titah Kamila geram.
"Hmm..." jawab Anton kesal.
Akhirnya lelaki yang tak di sukai Kamila itu keluar dari apartemen dengan tangan hampa. Kenyataan tak seindah ekspektasi.
'Gagal lagi, gagal lagi,' gerutu Anton dalam hati. Semua ini gara-gara Kamila. Andai wanita itu tak datang tiba-tiba, pasti aku sudah berhasil memperdaya Dahlia. Lain kali, aku harus lebih hati-hati dan memastikan keadaan aman.
Anton melangkah cepat meninggalkan apartemen wanita incarannya dengan muka masam.
***
BERSAMBUNG...
Makasih yang masih setia membaca ceritaku.
Jangan lupa like, komen & penilaiannya ya...
Thank you❣️❣️❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...