Sesampainya di rumah, Anton merogoh saku celana, ia mencari kunci serep pintu rumahnya. Ia sengaja membawa, karena tak mau membangunkan isi rumah dengan ketukan pintu darinya.
Ceklek
Laki-laki yang masih memakai jaket kulit itu melangkah masuk ke dalam rumah. Lalu pintu ia kunci kembali dengan pelan, agar tak menimbulkan suara berisik.
Rumah tampak sepi. Ketiga kamar sudah tertutup rapat. Jam menunjukkan pukul 01.30. Padahal acara syukuran tadi selesai pukul 21.00. Entah apa saja yang dilakukan setelahnya, hingga ia baru sampai rumah hampir pagi.
"Aman... semua sudah tidur. Besok pasti Heni marah, karena aku pulang jam segini. Tenang aja, itu soal mudah. Aku bisa jinakkan singa betina. Hmm..." gumam Anton sambil berjalan mendekati pintu kamar tidurnya.
"Heni... bukain pintu! Hen... aku pulang!!" Anton mengetuk pintu kamar hingga beberapa kali, tapi wanita yang ada di dalam kamar sepertinya tak menghiraukannya.
'Heni tuh tidur apa mati, sih??? Pintu di gedor-gedor nggak denger juga???' gerutu Anton yang sudah capek berusaha dibukakan pintu kamar oleh istrinya.
Akhirnya ia merogoh saku celana, mengambil ponsel untuk menelpon Heni yang ada di dalam kamar.
Tut... tut... tut...
Sambungan telpon tak diangkat. Ia mencobanya lagi hingga beberapa kali. Tapi panggilan telponnya tak dijawab juga.
'Dasar wanita nyebelin!!! Aku udah capek pengen tidur, malah nggak dibukain pintu! Maunya apa sih?' Anton kembali menggerutu atas perlakuan Heni. Ia membalikkan badan, lalu melangkah menuju sofa ruang tengah. Tubuhnya sangat lelah, ia berbaring untuk melepaskan penat seharian.
Kedua matanya mulai tertutup, tapi ia tak bisa tidur hingga beberapa saat. Dalam ingatannya hanya ada wajah Alma, mantan istrinya.
Alma... kamu cantik sekali sayang. Aku menyesal dulu menyia-nyiakan kamu. Sebenarnya aku nggak rela, kamu dimiliki laki-laki lain. Apalagi Yunan, lelaki yang selalu saja jadi idola di kampus dulu. Sok pinter. Tapi... emang pinter sih.
Kenapa harus Yunan yang jadi suami mu sekarang, Alma??? Rasanya aku tak punya harga diri, bekerja di tempat yang sama dengan dia. Yunan menjadi direktur. Di.. rek.. tur?!?! Dan Aku cuma sebagai karyawan rendahan. Oh Tuhan... mau ditaruh dimana muka ku ini???
Ku akui aku memang salah besar mengkhianatimu Alma. Kamu cantik, baik, sabar, bukan sabar lagi, tapi sangat sabar menghadapi aku. Tapi kebaikanmu dan kesabaranmu telah ku sia-siakan. Maafkan aku Alma.
Kini aku malah pilih Heni sahabatmu. Sukanya nuntut tapi nggak ada usaha sama sekali. Cerewet, judes, nggak bisa menghargai ibuku. Pokoknya wanita paling nyebelin yang pernah ku temui.
Tiba-tiba Adel terbangun dari tidurnya, ia keluar dari kamar, melangkah menuju kamar mandi. Langkahnya terhenti ketika Adel melihat di keremangan ada seseorang yang sedang tiduran di sofa. Ia tak bisa melihat dengan jelas, karena lampu ruang tengah itu sengaja dipadamkan Anton.
Sambil mengucek kedua matanya, Adel menatap lebih tajam setajam silet.
"Lho... Mas Anton!?!? Ngapain tidur di sini? Mas, kamu baru pulang ya? Nggak dibukain pintu istri barumu? Ha ha... Kasihan!?!?" Ucap Adel sambil tertawa puas.
"Sssttttt... berisik!!! Aku ngantuk, Del! Udah sana! Ganggu orang lagi tidur aja!!!" ucap Anton.
"Makanya jadi suami yang baik dong! Dibilangi istri jangan pulang malam-malam, eeeeh... malah hampir pagi baru pulang??? Aduuuh... parah emang Mas Anton nih!!!" Jawab Adel sambil senyum kecut.
***
Sementara pasangan pengantin baru sedang menikmati malam pertamanya.Di kamar pribadi milik Yunan, disinari lampu temaram, menambah suasana hangat dan romantis. Yang jomblo nggak boleh iri ya. Kalo nggak kuat, skip aja.
"Sayang... kok melamun? Lagi mikir apa sih? Ini sudah malam, aku nunggu saat-saat seperti ini. Ayo sayang... aku sudah nahan dari tadi siang lho!" Yunan mendekati Alma yang sudah tiduran di atas ranjang.
"Mas Yunan... aku nggak melamun. Udah nunggu kamu masuk kamar. Apa udah kelar urusannya?" Tanya Alma dengan suara mendayu. Bikin Anton makin naik level birahinya.
"Nggak ada yang lebih penting, daripada kamu sayang..." Anton makin mendekatkan wajahnya, bibir Alma yang hangat jadi sasaran empuk. Nafsu birahinya sudah tak tertahan lagi.
Anton mencium bibir Alma mulai pelan hingga dahsyat, hingga Alma kewalahan. "Aaaah..." desahan Alma bikin Anton makin bergairah.
Alma mendongakkan kepalanya, kini leher jenjang milik wanita cantik ini jadi sasaran selanjutnya. "Maaas... aaaah..." lenguhan Alma makin membuat laki-laki yang sudah menduda setahun lebih ini tak ingin melepaskannya. Dicium... disedot... hingga meninggalkan bekas kemerahan di leher putih Alma.
"Aku lepaskan lingerie kamu ya, sayang. Aku ingin melihat tubuhmu seutuhnya tanpa tertutup selembar kain." pinta Yunan sambil melepas lingerie merah yang melekat di tubuh sexy Alma.
Alma tak menjawab permintaan suaminya. Tapi dengan bahasa tubuhnya, Anton sudah sangat mengerti, kalau wanita yang ada di depannya setuju dengan apa yang dilakukannya.
"Maaas... aku malu." Alma menggeliat sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
"Sayang... kenapa harus malu, aku sudah bukan orang lain lagi. Sekarang kamu milikku, dan aku milikmu." Rayuan Yunan sudah bisa melunturkan rasa malu Alma.
Yunan makin tak tahan melihat tubuh mulus Alma yang terbaring polos di atas ranjang. Segera Yunan melepas boxer dan singlet yang masih melekat di tubuh atletisnya.
Selanjutnya, Yunan memposisikan tubuhnya diatas Alma. Jari-jemarinya mulai memainkan gundukan kembar di dada Alma. Kemudian ia menjilat gundukan itu dari kiri, ganti yang kanan, lalu menghisap puncak gundukan kembar itu bergantian.
"Aaauuuuh... enak sayang" Desahan Alma di sela-sela ritual bercintanya yang makin memanas. Yunan meraba tangan Alma, lalu diarahkan ke senjata miliknya.
"Belai milikku, sayang!" bisik Yunan di telinga istri tercintanya. Tangan Alma menemukan moncong senjata Yunan, di elusnya pelan, hingga Yunan mengeluarkan suara desahan karena keenakan. "Aaaaah... kamu pinter sayang".
Selanjutnya, desakan nafsu birahi yang makin memuncak membuat Yunan ingin segera melanjutkannya.
"Buka kakimu sayang" bisik Yunan lagi, gairahnya makin bergelora. Apalagi Yunan yang sudah lama tak melepas syahwatnya dengan wanita, begitu pula dengan Alma yang menjanda sembilan bulan yang lalu.
Alma membuka kakinya, Yunan menatap tanpa berkedip goa kenikmatan milik Alma yang sudah siap dinikmati. Ia mendekatnya wajahnya ke sela-sela goa itu. Diraba, dicium, lalu lidahnya mulai menjilat hingga tubuh Alma bergelinjang menahan rasa nikmat.
"Sudah siap sayang?" tanya Yunan sambil berbisik mesra.
Alma hanya tersenyum tak bersuara. Senyuman yang menunjukkan tanda setuju dan amat mengharapkan puncak bercinta dengan Yunan suaminya.
Pelan-pelan Yunan memasukkan senjata miliknya ke goa kenikmatan Alma. Makin lama gerakannya makin cepat, dan "Aaauuuuuuh..." desahan kedua insan yang sedang bercinta, saling beradu merasakan kenikmatan malam pertama.
Kini Yunan masih terengah-engah setelah selesai merampungkan tugasnya. Ia merebahkan tubuhnya di sebelah Alma, sembari mencium kening istri dan mengucapkan "Makasih, sayang".
"Iya, Sama-sama sayang" balas Alma sambil tersenyum menatap wajah ganteng Yunan.
***
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
عاطفيةSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...