"Mas... apa benar yang disampaikan Pak Yunan tadi? Gadis yang di sebelahnya adalah anak kandungmu?? Berarti kamu sudah punya istri dong, Mas???" Deretan pertanyaan dilontarkan Yuanita sambil menatap tajam ke arah Anton.
"Dengerin penjelasanku, Sayang. Aku memang pernah menikah. Memang benar gadis itu adalah anak kandung ku dari mantan istri ku. Mantan istri ku itu, sekarang menjadi istrinya pak Yunan." Dengan gamblang, Anton menjelaskan satu-persatu pernyataan wanita muda yang berdiri di depannya.
"Hmm... gitu. Jadi Mas Anton ini sebenarnya sudah duda? Lebih tepatnya duda beranak satu??" Yuanita lanjut ngejar dengar pertanyaan lain.
"Iii....iya, Sayang. Maaf kalo aku belum pernah cerita ke kamu. Aku hanya menunggu waktu yang tepat saja, untuk menjelaskan ini semua." Anton agak gugup mengatur alibi, agar wanita incarannya itu tak curiga dengan kebohongannya. Lebih tepatnya sebagian kecil jujur, tapi kebohongannya lebih besar lagi.
Ia menutup rapat-rapat perihal pernikahannya yang kedua dengan Heni, juga menyimpan rahasia kalau ia punya anak lagi dari istrinya yang sekarang. Anton sudah dibutakan nafsu birahi bersama wanita yang lebih cantik dan menggoda.
"Aku bisa mengerti, Mas. Oh ya... Gimana ini? Aku suka setelan blazer dua-duanya. Tadi aku coba juga pas dan cocok di badan ku. Beliin dua-duanya ya, Mas Anton sayang." Rajuk Yuanita sambil tersenyum manja.
"Kalo kamu suka. Nggak masalah beli dua-duanya, Sayangku. Apa sih yang nggak buat calon istri ku yang cantik ini." Jawab Anton sambil mencubit pipi Yuanita.
"Makasih, Mas Anton Sayang. Bentar... tadi apa yang Mas Anton bilang? Calon istri? Apa udah yakin nih??" Yuanita terkejut mendengar kalimat Anton barusan.
"Iya, Sayang. Aku nggak akan melepaskan mu. Kamu wanita yang cocok buat istriku. Udah cantik, pinter, bisa muasin aku lagi." Bisik Anton di telinga kekasihnya itu.
"Hmm... mulai deh, ngegombalnya." Sahut Yuanita. Kemudian ia mengajak Anton menuju kasir untuk membayar uang belanjaan.
'Jangan sampai uang di rekening ku kurang buat bayarin belanjaan Yuanita.' Bisik Anton was-was.
"Kenapa, Mas. Apa ada yang salah dengan ku?" Yuanita menanggap gelagat kurang enak pada Anton.
"Ti... tidak, Sayang. Aku pengen cepat-cepat nyampek apartemen. Udah kangen kayak kemarin." Anton cepat-cepat cari alasan.
"Sabar dong, Mas. Mau berapa ronde?" Suara Yuanita berbisik di telinga lelaki yang kini berjalan di sisinya dan saling bergandengan tangan dengan mesra.
Anton membelalakkan mata, mendengar tantangan wanita nan menggoda itu. "Mau sampek kamu lemes, Sayang." Balas Anton tak mau kalah.
Yuanita mencubit pinggang Anton sambil tersenyum manja setelah mendengar ucapan lelaki yang makin berani merayunya itu.
Sesampainya di kasir, Yuanita memberikan nota pembayaran pada lelaki yang nampak sedikit panik.
"Mas... nih notanya." Yuanita menyerahkan nota pada Anton.
'Untunglah... uang ku cukup untuk membayarnya.' Gumam Anton merasa lega setelah melihat angka yang tercetak di kertas yang ada di telapak tangannya.
"Makasih, Mbak." Ucap Anton setelah melunasi pembayaran dan segera menggandeng tangan Yuanita dengan mesra menuju pintu keluar.
Dua sejoli ini lanjut mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang menuju apartemen Yuanita.
***
Sementara Heni mondar-mandir di kamarnya, ia tampak panik seperti kemarin. Suami yang diharapkannya pulang tepat waktu, ternyata tak kunjung tiba hingga menjelang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...