Setelah 3 kewajiban yang seharusnya dilakukan pada tiap jenazah muslim yaitu memandikan, mengkafani dan menyolatkan, akhirnya prosesi pemberangkatan jenazah pak Hasan pun tiba.
Seorang ustadz memimpin di tengah-tengah pelayat dan keluarga almarhum.
"Bapak-bapak, ibu-ibu. Apakah almarhum bapak Hasan ini termasuk orang baik apa buruk???" tanya ustadz.
"Baiiik." Serentak para pelayat mengucapkan kesaksian yang sama.
"Laa ilaha illallah... Laa ilaha illallah... Laa ilaha illallahillallah." Kalimat tauhid dilantunkan mengiringi perjalanan pemakaman jenazah ayah Anton dan Adel, menuju tempat peristirahatan terakhir.
Bu Halimah tak henti-hentinya menangis melepas kepergian jenazah suami tercinta. Mata sembabnya menatap keranda yang membawa sang suami, bersama iring-iringan pelayat menuju pemakaman. Ia berdiri didampingi Adel yang dengan rasa sayang pada ibunya menguatkan batin bu Halimah yang nampak rapuh atas kepergian suaminya secara tiba-tiba.
Disamping Adel berdiri seorang wanita yang masih asing di mata para saudara dan tetangga. Heni, istri baru Anton. Dengan percaya diri ia menyapa para pelayat dan menyalami mereka tanpa ragu. Tapi, bagaimana tanggapan para pelayat??? Terutama bu Joko dan bu Nana, yang diam-diam memperhatikan keberadaan Heni dan menyelidikinya???
"Lihat bu Nana! Wanita yang berdiri di sebelah Adel. Kelihatannya lagi hamil???" celetuk bu Joko.
"Ooo... iya, bener bu Joko. Apa Anton punya istri lagi ya? Tapi aku nggak lihat Alma dari tadi?! Jangan-jangan?!?!?!" bu Joko mulai bergosip.
"Jangan-jangan apa??? Hmm... Apa Anton diam-diam menikah lagi, tanpa sepengetahuan istrinya ya??? Atau perempuan itu selingkuhan Anton??? Sekarang kan lagi trend berita gituan lho, Bu?!" bisik bu Nana di tengah kerumunan pelayat.
"Waah... Bener juga bu Nana. Apalagi kita nggak pernah denger Anton menikah lagi. Tiba-tiba ada wanita hamil dirumahnya. Gak bahaya ta???" bu Joko makin asyik menggoreng berita yang belum jelas kebenarannya.
Dasar emak-emak, masih saja sempat bergosip di saat situasi berduka seperti itu. Kebiasaan yang sudah mendarah daging memang sangat susah dihilangkan. Dimanapun saja mereka bisa menemukan sumber berita yang jadi buah bibir, bahkan sampai fitnah.
Tibalah saatnya Heni berpapasan dan bersalaman dengan bu Joko dan bu Nana. Tak canggung bu Joko mulai dengan aksi keponya.
"Mbak ini apanya mas Anton ya? Maaf karena saya nggak pernah ketemu sebelumnya?" tanya bu Joko dengan muka julid.
"Hmm... perkenalkan bu. Saya istrinya mas Anton. Baru enam bulan kami menikah." Jawab Heni percaya diri.
"Ooo... gitu. Pengantin baru dong. Kayaknya sedang hamil ya? Mas Anton mau punya anak lagi nih?" Bu Joko makin penasaran.
"Iya bu... Maaf saya permisi dulu. Mau bantu-bantu di belakang." Pamit Heni dengan segera.
Perasaan Heni tak enak, ia seperti dikuliti dengan beberapa pertanyaan bu Joko di depan para pelayat.
Kini terkuak sudah rasa penasaran yang sedari tadi berkeliling di pikiran bu Joko dan bu Nana.
"Tuh kan bu... Bener kan dugaan ku! Anton diam-diam sudah nikah lagi. Eh bu Nana, katanya tadi sudah menikah enam bulan lalu, tapi perutnya koq sudah membuncit gitu ya, kayaknya kehamilannya lebih dari enam bulan deh" Si tukang gosip tak berhenti menyelidik.
"Bener bu Joko. Pasti wanita itu hamil duluan, sebelum nikah sama mas Anton. Waah... kasihan ya bu Halimah. Sudah ditinggal meninggal suaminya, eeeh... si Anton pulang bawa istri baru, hamil lagi." Bu Nana menimpali tak lagi dengan suara bisik-bisik, tapi sengaja dikeraskan, agar diketahui oleh kumpulan pelayat yang masih duduk di rumah Anton.
"Kasihan ya bu Halimah, punya anak laki-laki nambah masalah", celetuk ibu-ibu yang lain.
"Iya bu... denger-denger, meninggalnya pak Hasan yang mendadak, disebabkan oleh ulah si Anton itu." ibu yang lain ikutan nimbrung.
"Padahal istri Anton yang dulu, mbak Alma ya namanya. Orangnya baik, cantik, terpelajar, wanita karir, eeeeh... malah di selingkuhan dengan wanita nggak jelas. Dasar laki-laki nggak bersyukur." ibu yang ada di sebelahnya ikut menimpali sambil tersenyum kecut.
***
Perjalanan pulang Jogja-Surabaya ditempuh selama kurang lebih 5 jam lewat jalan tol Salatiga-Kertosono. Semua penumpang tampak kelelahan, tidur menjadi pilihan terbaik di antara anak-anak dan wali murid. Demikian juga dengan Alma, bu guru cantik yang sedang kasmaran ini tak bisa menahan kantuk karena lelah. Kepala Alma miring ke kiri, balik ke kanan, terombang-ambing laju bus yang sedang berjalan.
Tak sengaja kepala wanita cantik itu akhirnya mendarat di pundak Yunan, lelaki yang duduk di sebelahnya. Dengan hati-hati, Yunan mengatur posisi pundaknya agar Alma bisa bersandar dengan nyaman. Desiran bulir cinta makin bersemi di hati lelaki tampan itu, ia tersenyum manis memandang wajah Alma yang tampak cantik saat tertidur pulas karena kelelahan di pundaknya.
'Aku sayang kamu, Alma. Semoga setelah ini, kamu akan menerima lamaran ku. Sejak dulu aku mendambakan dirimu yang jadi pendamping ku. Akhirnya do'aku akan terwujud, karena kita dipertemukan di saat yang tepat, sayang.' Yunan tersenyum dalam lamunannya sambil sesekali memandang dengan lembut pada Alma yang masih terlelap.
Sampailah sudah di depan sekolah TK. Kuncup Melati. Peserta study tour, bergegas menuju pintu keluar.
"Eeee... sudah nyampek ya mas. Maaf... aku tidur pulas, jadi nggak terasa nempel ke pundak mas Yunan." ucap Alma sambil tersenyum malu.
"Nggak apa-apa sayang, aku suka koq, hmm... Sudah nggak ngantuk kan sekarang?" Jawab Yunan sambil tersenyum pula.
Alma dan Yunan nampak tak ragu lagi dengan perasaannya. Keduanya saling memberi isyarat dengan senyuman dan tatapan mata yang saling bertaut.
"Ehhemm... Yuk turun ma... Mau di bus terus nih, nggak mau turun???" Ledek Tiara membuyarkan suasana.
"Eee... Ya nggak lah Ti. Nih mama siap-siap turun. Lho... Angga kemana?" tanya Alma.
"Mama sih asyik sendiri sama om Yunan. Sampek nggak tau Angga udah turun dari tadi." balas Tiara bikin Alma dan Yunan malu.
***
"Pagi bu Halimah, mau kemana bu. Koq jalan sendiri, biasanya kan sama Adel." Sapa bu Joko.
"Mau ke warung bentar, bu Joko. Si Adel sudah berangkat kerja, jadi nggak ada yang disuruh," jawab bu Halimah.
"Kan ada menantu ibu dirumah, kenapa nggak dia yang ke warung? Masak mertuanya yang malah mondar-mandir sendiri?" ucap bu Joko dengan nada sinis.
"Nggak apa-apa bu. Saya juga pengen jalan-jalan biar bisa ketemu tetangga dan saling sapa." Balas bu Halimah beralasan.
"Oh ya bu... Maaf sebelumnya. Istri mas Anton yang dulu kemana ya? Kayaknya nggak pernah kelihatan?"
"Istri Anton yang dulu sudah cerai bu, trus Anton menikah dengan istrinya yang sekarang."
"Ooo... gitu ya. Padahal setahuku istri Anton yang dulu itu baik banget bu. Cantik, sopan, ramah sama tetangga, pinter nyari duit lagi. Susah lho... nyari yang kayak gitu!" ulas bu Joko dengan bibir tipisnya yang suka julid.
"Ya... gimana lagi bu. Mungkin sudah jadi garis hidup Anton. Jodoh siapa yang tahu?" Bu Halimah menimpali dengan bijak. Ia berusaha tidak terpancing dengan perkataan bu Joko. Karena bu Halimah tahu benar dengan sifat wanita di depannya. Terkenal biang gosip dan penyebar berita hoax di kampung Kenanga.
***
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...