POV HENI
Keluarga mas Anton menganggap ku wanita nggak jelas!!?? Apalagi adiknya yang sok tahu itu. Awas saja kamu!!! Belum tahu siapa sebenarnya kakak iparnya ini!!!
Mas Anton sudah dalam genggamanku. Satu persatu dari keluarganya akan aku taklukkan, semua akan tunduk padaku. Ha ha haaa... Apapun yang kumau pasti terwujud.
Belum saatnya aku melancarkan serangan, nunggu waktu yang pas, agar mereka tahu, siapa Heni yang sesungguhnya.
Sementara aku pura-pura tak berdaya, nurut dengan aturan mereka. Pak Hasan, Bu Halimah dan kamu Adel, akan menanggung akibatnya.
Tapi... lebih baik aku bereskan dulu biang keladi dari masalah ini. Ya... Alma jadi sasaran utama. Aku nggak rela melihat kamu bahagia, Alma Khumaira!!!
Sejak dulu aku iri padamu. Kamu disukai banyak lelaki karena kecantikan dan kepintaran mu. Aku juga iri padamu, kenapa kamu punya banyak teman??? Kenapa kamu mudah cari kerjaan??? Lihat diriku!!!
Hanya gadis miskin! Wajah pas-pasan! Nilaiku juga nggak sebaik kamu?! Siapa yang mau melirikku??? Di mana-mana aku melamar kerja, selalu ditolak mentah-mentah!!!
Sungguh malang nasibku. Ini semua gara-gara kamu Alma. Kemana-mana kita selalu bersama. Bermain, mengerjakan PR, kuliah di tempat yang sama. Tapi semua keberuntungan mengarah padamu, sedang aku selalu sial.
Andai kau tahu Alma?!?! Aku sengaja mendekatimu, agar aku bisa memanfaatkan mu. Dengan kebaikanmu, begitu mudahnya kamu ku peralat selama ini. Kini kemenangan hampir di depan mata.
Mas Anton?!?! Ya... Dia akan ku jadikan umpan selanjutnya untuk menghancurkan dirimu Alma. Jangan remehkan aku, Alma!!! Merebut suamimu itu hal mudah bagiku. Apalagi menghancurkan kebahagian mu sahabatku Alma, ha ha haaa...
Hmm... Aku nggak akan tenang, kalo hidupmu bahagia, Alma sahabatku!
***
"Bagaimana keadaan ayah saya dok?" tanya Anton pada dokter Fadli.
"Kondisi pak Hasan saat ini belum stabil. Beliau mengalami serangan jantung. Membutuhkan darurat medis. Dimana aliran darah ke otot jantung terhambat akibat adanya plak atau penyumbatan di pembuluh darah" dokter Fadli menjelaskan kesehatan pak Hasan.
Perawatan dan pemantauan masih dilakukan di UGD. Detak jantungnya belum normal, didadanya masih dipasang alat pemacu atau pacemaker untuk mengatasi gangguan irama yang lambat (bradikardia).
Anton tambah sedih menatap wajah ayahnya yang terbaring lemah dengan alat medis yang terpasang di beberapa tubuhnya.
Ibu Halimah duduk menyendiri di depan mushola rumah sakit. Perempuan yang mulai berumur itu, tak henti-hentinya berdoa, seiring tetesan air mata di pipinya. Ia merenung atas apa yang dikatakan pak Hasan sebelum mengalami koma.
POV BU HALIMAH
'Lihatlah Anton sekarang, tidak tahu diri, pembohong, seenaknya sendiri. Ini semua karena kamu memanjakannya. Anton selalu kamu bela, kalau dia melakukan kesalahan'. Demikian ucapan pak Hasan melihat kelakuan Anton yang sudah melewati batas.
Aku memang salah, maafkan aku suamiku! Aku terima apapun makian kamu padaku, karena sejak kecil Anton selalu ku bela, walaupun dia benar-benar di pihak yang salah. Aku selalu mencari alasan, agar Anton tak nampak salah.
Sebenarnya ada rahasia besar yang aku simpan selama puluhan tahun. Anton bukan anak kandungmu, Hasan. Anton adalah buah cintaku bersama Zaini. Pemuda desa sebelah yang selalu ditolak kedatangannya oleh bapakku, karena Zaini anak orang miskin.
Tapi Zaini sudah berhasil memikat hatiku. Hingga sebelum menikah, aku sudah berhubungan badan dengan laki-laki yang kucintai kala itu. Aku terbuai rayuannya, dan aku relakan keperawananku demi cintaku padanya.
Sebelum menikah, sebenarnya aku sudah positif hamil sebulan. Itulah sebabnya orang tuaku mendesak Hasan segera melamar ku, untuk menutupi aib dari perbuatanku bersama Zaini.
Aku sengaja meneteskan obat merah pada sprei ranjang pengantin setelah kamu menggauliku, agar kamu menyangka aku masih perawan. Dan aksiku berhasil. Hingga sekarang kamu tak tahu, kebohongan besar ku selama ini.
Maafkan aku Hasan. Aku memang salah. Jika aku mengakui kebohonganku padamu, pasti hatimu hancur. Karena selama ini kamu sudah menganggap Anton sebagai anak kandungmu sendiri.
Zaini akhirnya sengaja pergi dari desanya untuk merantau di Jakarta. Zaini ingin mengubur masa indahnya bersamaku. Laki-laki yang ku idamkan itu merasa syok atas pernikahanku denganmu Hasan.
Kini aku merasakan akibat dari perlakuanku yang berlebihan pada Anton. Ia menjadi lelaki yang manja, pemalas, seenaknya sendiri dan kurang tanggung jawab.
Sampai kapanpun aku akan tetap merahasiakan ayah kandung Anton yang sebenarnya. Aku tak mau rumah tanggaku berantakan. Biar aku saja yang menanggung kesalahan dan kebohonganku.
***
SABTU DI RUMAH ALMA
Tok... tok... tok...
"Itu pasti om Yunan sudah datang. Tiara... tolong bukain pintunya ya! Ibu mau nyiapin bekal buat study tour nanti" titah Alma pada Tiara.
"Siap ma. Pasti mama deg degan sekarang? Sang pangeran telah datang menjemput tuan putri" ledekan Tiara pada mamanya.
Sejak Alma dekat dengan Yunan, Tiara suka menggoda mamanya. Ibu dan anak ini seperti teman saja, karena Tiara sudah mulai remaja, jadi wajar jika sudah mengerti apa yang dirasakan mamanya.
"Eee... mulai deh! Jangan ngomong macem-macem depan om Yunan ya Ti! Jaga nama baik mama! Awas aja kalo bikin malu!" ucap Alma agak kuatir lihat keisengan anaknya.
"Tenang ma... Tiara bisa diandelin, hehee... " Tiara berjalan cepat menuju pintu depan.
"Assalamu'alaikum Tiara"
"Wa'alaikum salam om... Mari silahkan masuk! Tunggu sebentar ya om, mama masih nyiapin bekal buat nanti"
"Iya Tiara, nggak apa-apa, om sabar menanti. Apa om dan Angga boleh duduk dulu, apa disuruh berdiri saja nih?" ledek Yunan pada Tiara.
"Silahkan duduk dulu om, Angga. He hee..." Tiara nampak malu-malu.
Sesaat kemudian, Alma melangkah menuju ruang tamu menemui seseorang yang ditunggu-tunggu.
"Mas Yunan, maaf sudah nunggu. Mau tak buatin teh manis dulu?" tawar Alma.
"Nggak usah, Al... Makasih. Nanti bisa terlambat lho. Ini sudah jam tujuh kurang dikit. Katanya study tour berangkat jam 7 tepat".
"Iya mas, kalo gitu kita berangkat sekarang ya?!" pinta Alma.
Alma, Tiara, Yunan, Angga, mereka naik mobil menuju sekolah Alma.
"Pagi bu Alma" sapa bu Niken salah satu guru, teman Alma.
"Pagi bu. Kenalkan ini temanku" Alma memperkenalkan Yunan pada guru-guru di sekolahnya.
"Teman apa teman bu Alma?" goda bu Niken.
"Teman, masak musuh bu??" jawab Alma sambil tersenyum dan melirik ke arah Yunan.
Wajah Alma tampak sumringah. Kesedihannya sejak bercerai dengan Anton telah terobati dengan hadirnya Yunan yang menemani hari-harinya, walaupun seringnya lewat telpon. Tapi hal itu sudah cukup membuat Alma senang, karena Yunan mampu memberikan kenyamanan pada dirinya.
Demikian juga dengan Yunan. Sejak pertemuannya kembali dengan Alma di acara reuni, ia punya semangat lagi. Wanita yang diidamkannya saat kuliah dulu, telah berada di depan mata. Dan sepertinya Alma sudah memberi lampu hijau untuk menerima lamarannya.
Takdir telah mencari jalannya sendiri. Sebesar apapun kerikil-kerikil tajam dalam menjalani hidup, namun Tuhan tahu waktunya yang tepat bagi hambaNya dalam mereguk kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...