BAB 31. MAKIN RUNYAM

1.1K 49 3
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Yunan mencari ruang ICU sesuai petunjuk dari Alma. Dengan langkah santai, lelaki yang berperawakan tinggi semampai itu akhirnya menemukan ruang yang dicarinya.

Di sana ia bertemu dengan wanita yang masih tiga hari jadi istrinya. Almaila Khumaira, rasa kangen sudah menyeruak dalam hati dan benaknya. Padahal baru setengah hari saja, ia tak jumpa karena kesibukan masing-masing.

"Alma, kamu sendirian? Apa Anton masih belum siuman juga?" tanya Yunan saat bertemu sang istri tercinta. Tangannya menyentuh pundak Alma yang duduk di bangku panjang depan ruang ICU.

"Iya, Mas. Alhamdulillah... Mas Anton baru saja siuman. Tapi keluarganya belum ada yang datang. Jadi kasihan kalo aku tinggal. Ini tadi aku dapat pesan dari adiknya Mas Anton, katanya sudah perjalanan ke sini." Jawab Alma sembari mencium punggung tangan kanan Yunan dengan takzim.

"Hmm... baguslah. Tapi kenapa Anton masih di ICU, belum di pindah ke kamar rawat inap. Padahal tadi katanya udah siuman?" tanya Yunan heran.

"Kata dokter, Mas Anton masih butuh pemantauan secara intensif. Karena benturan dan luka di kepalanya membuat memori masa lalunya ada yang hilang." Alma menjelaskan.

"Kena amnesia? Wah... lama itu pemulihannya. Kasihan Anton, baru saja dia di terima kerja, sekarang kena ujian berat. Semoga Anton cepat pulih kembali." Kata Yunan.

Tiba-tiba ada perawat yang berjalan mendekati Alma dan Yunan.

"Maaf, Bu. Pak Anton memanggil-manggil nama Alma terus. Apakah ibu yang namanya Alma?" tanya perawat dengan wajah penuh harap.

"Hmm... iya suster," jawab Alma gugup. Wanita cantik itu berusaha menjaga hati suaminya. Ia tak mau ada kesalahpahaman di antara mereka.

Apalagi saat menatap wajah Yunan, yang nampak kaget mendengar perkataan perawat.

"Kenapa nama kamu yang selalu di panggil?Apa Anton masih beranggapan kalo kamu adalah istrinya? Waduh... bisa jadi masalah ini?!" Sahut Yunan dengan muka masam ketika menanggapi ucapan perawat.

Alma bangkit dari duduknya, di susul dengan Yunan. Keduanya segera masuk ke ruang ICU sesuai panduan perawat.

"Alma... Alma... Alma. Dimana kamu Alma???" teriak Anton dalam siumannya yang masih samar. Antara sadar dan tidak, karena masih dalam pengaruh obat.

Alma mendengar panggilan itu, tapi ia tak berani mendekat pada Anton yang terbaring lemah di brankar. Apalagi di sebelahnya ada suaminya Yunan yang memegangi tangannya dengan erat.

"Alma... sini Sayang! Mendekatlah padaku, Sayang!! Aku ingin menggenggam tanganmu!!!" pinta Anton dengan sangat.

Melihat Alma yang tak bereaksi, Anton berusaha duduk dari pembaringannya. Dengan tenaga yang tersisa ia hampir saja duduk sambil memegangi kepalanya yang terbalut perban.

"Jangan paksa duduk, Anton. Kamu masih sakit, tidur saja!" ucap Yunan sambil gegas mendekat ke tubuh Anton dan membantunya tidur kembali.

"Siapa kamu? Apakah kamu temanku? Tapi kita tak pernah ketemu???" tanya Anton dengan muka bingung. Matanya menatap tajam ke arah Yunan yang ada di sampingnya.

"Anton, aku Yunan, teman kamu. Coba ingat-ingat!" kata Yunan dengan ramah, menatap wajah Anton yang masih tampak sayu.

"A...ku... Nggak pernah kenal kamu, maaf. Alma, apakah kamu kenal dia? Kenapa kamu nggak mau dekat aku, Alam???" tanya Anton sambil menatap wajah Alma yang berjarak dua meter dari dirinya.

Alma masih berdiri di tempat yang sama. Ia menatap wajah suaminya, ingin rasanya ia keluar ruangan saja. Daripada serba salah, dan menyakiti salah satu dari laki-laki yang ada di ruangan itu.

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang