Di sore hari yang teduh, Alma duduk di teras samping sambil menikmati tanaman hias yang menghijau dengan bunga-bunga bermekaran di sana.
Selesai memandikan putranya dengan tangannya sendiri, tak mengandalkan baby sister. Karena sebelumnya wanita yang sudah di tempa dengan manis getirnya hidup ini, lebih bisa mandiri dan tak mau menye-menye.
"Anak mama ganteng, pinter, jadi anak sholeh ya, Sayang!" Ucap Alma menimang putranya yang baru berusia tujuh hari itu. Selesai ia menyusui dengan ASI eksklusif sesuai saran dokter.
Tiba-tiba ada Tiara lewat di samping mereka. Dengan senyum manisnya, putri pertama Alma ini menghampiri dan menyapa. "Lucunya adik ku, Ma. Jadi pengen gendong deh, tapi nggak berani, takut aja nanti kenapa-napa."
"Nggak usah takut, kak Tiara. Aku nggak akan banyak tingkah kok. Ayo duduk sini, kak!" Ajak Alma sambil tersenyum riang melihat Tiara sudah bisa menerima kehadiran adiknya dengan senang hati.
Mendengar ajakan mamanya, Tiara memposisikan diri duduk di kursi sebelah Alma. "Boleh kah aku mangku adik bentar, Ma?Gemes lihatnya, hehee..."
"Boleh kak. Ayo sini, hati-hati ya!" Alma meletakkan bayi mungilnya ke dalam pelukan Tiara yang masih ragu-ragu. Dan akhirnya gadis itu bisa menggendong dan menimang adik laki-lakinya di pangkuan dengan nyaman.
"Sayang... Kamu lucu sekali...ganteng lagi." Ucap Tiara berkali-kali menimang adiknya dengan wajah ceria dan senyum yang merekah.
'Syukurlah... akhirnya Tiara bisa menerima kehadiran adiknya dengan lapang dada. Apa yang ku khawatirkan tidak terjadi. Benar kata Mas Yunan, janganlah kita berpikiran negatif pada setiap masalah. Selalu positif thinking saja. Karena apa yang terjadi sesuai dengan isi pikiran kita. Hmm... ' bisik Alma dalam hati sembari memandangi kedua anaknya yang berada di sampingnya.
Sebentar kemudian, Angga datang dan sudah nampak rapi. Kelihatannya habis mandi, karena wajahnya segar dan rambut hitamnya masih basah di sana-sini. Baunya juga segar dan harum, bikin Alma ingin menggodanya.
"Kak Angga, segar sekali. Wah... saingan berat nih, Sayang. Ada yang lebih ganteng dari kamu. Gimana tuh??" Ledek Alma sambil memicingkan sebelah alisnya.
"Tenang aja, Ma. Aku nggak akan kalah sama adik Varen. Keren aku kan, Ma. Hehee... " Ucap Angga membanggakan diri sambil berkelakar. Ia berdiri dan bersedekap, memamerkan kegantengannya.
"Hmm... iya... percaya deh. Nanti kalo adik Varen udah besar, kayaknya kamu kalah ganteng deh Angga. Lihat hidungnya, lebih mancung dari kamu, bibirnya lebih imut." Jawab Tiara membela adiknya.
"Tak apalah... sebagai kakak aku akan mengalah demi adikku. Gantengnya seorang laki-laki nggak bisa di nilai dari tampang doang. Tapi... bagaimana laki-laki itu bisa bertanggung jawab dan menyayangi wanitanya dengan tulus." Jawab Angga dengan senyum manisnya.
"Widiiih... udah pinter kak Angga. Kasih applause dulu deh." Alma bertepuk tangan atas pernyataan Angga yang bikin dia kagum.
"Kalau perempuan yang cantik itu yang gimana, Angga??" tanya Tiara antusias.
"Hmm... perempuan cantik itu gampang deh lihatnya. Yang penting dia udah mandi, baunya seger, nggak kayak yang mangku adik Varen nih. Hehee..." Jawab Angga sambil nyindir Tiara yang memang belum mandi sendiri.
"Uuuuh... dasar kamu, Angga. Mentang-mentang udah mandi. Awas nanti ya!!" Jawab Tiara yang tak di sangka jawaban Angga malah membuatnya keki.
***
"Bu, aku dapat pesan dari mas Anton. Katanya Nita udah melahirkan kemarin malam. Sekarang Nita dan bayinya sudah pulang ke rumah." Ucap Amel menghampiri bu Halimah yang sedang bersih-bersih di halaman belakang.
"Oh ya... syukurlah. Bentar lagi kita siap-siap ke sana ya, Mel. Aku sudah nggak sabar pengen gendong cucu ku yang ketiga. Laki-laki apa perempuan, Mel??" tanya bu Halimah penasaran.
"Perempuan, Bu. Pasti cantik kayak mamanya." Jawab Amel penuh optimis.
"Tentu, Mel. Pasti ini cucu ku yang paling cantik. Ibu mandi dulu ya, Mel. Biar nggak kemalaman kita ke sana." Pamit bu Halimah memotong obrolan karena sangat senang hatinya mendengar berita yang disampaikan Amel padanya.
Akhirnya kesempatan yang ditunggu pun tiba. Bu Halimah dan Amel pergi ke rumah pak Zaini mengendarai sepeda motor. Hanya butuh waktu lima belas menit saja keduanya sudah sampai tujuan.
"Ibu, Amel?!?" Sapa Anton saat melihat dua orang wanita yang ia sayangi telah tiba di pelataran rumahnya. Waktu itu, Anton sedang menyuapi Putri makan di teras rumah.
"Anton, ibu senang sekali. Akhirnya anakmu dari Nita sudah lahir. Mana cucu ku, Ton??" tanya bu Halimah bersemangat sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Tak lupa Amel menyerahkan beberapa oleh-oleh berupa buah-buahan dan cemilan. Anton kaget atas kedatangan ibu dan Amel yang dadakan. Ia sudah bisa membayangkan, betapa kecewanya mereka saat melihat anaknya nanti.
"Mas... Kok sepi sih. Mana Nita??" tanya Amel yang sedari tadi memindai seluruh sudut ruangan mencari sosok kakak ipar yang tak kelihatan batang hidungnya.
"Hmm... Nita... Nita lagi istirahat di kamar." Jawab Anton gugup.
"Ooo... cucu ku masih dikeloni mamanya di kamar to. Makanya sepi sekali." Jawab bu Halimah menimpali
Tiba-tiba datanglah pak Zaini dan Erik dengan mengendarai sepeda motor. Setelah turun dari kuda besi itu, pak Zaini gegas masuk rumah dengan senyum yang dipaksakan.
"Ada tamu rupanya? Sudah lama kah Halimah dan Amel?" Sapa pak Zaini berusaha ramah.
"Belum lama, Zaini. Kami baru saja nyampek. Pengen nengokin cucu, eeeh... ternyata masih dikelonin Nita di kamar." Ucap bu Halimah dengan tersenyum riang.
"Hmmm... Nita memang seharian di kamar. Tapi anaknya nggak di kamar. Itu, dia lagi tidur di ruang tengah. Apa Anton nggak ngajak lihat bayinya??" tanya pak Zaini nampak heran.
Bu Halimah dan Amel pun merasa senang mendengarnya. "Oalah... ternyata cucuku lagi tidur sendiri di sana. Aku mau lihat cucu ku dulu kalau gitu." Ucap bu Halimah sambil berjalan masuk ke ruang tengah dengan senyum menghias di wajahnya yang mulai keriput.
Amel pun mengikuti langkah kaki bu Halimah dengan rasa senang. Ranjang bayi itu sedang ditutup rapat dengan kelambu transparan, agar bayi Anton lebih nyenyak tidurnya dan tidak di ganggu nyamuk.
Terlihat samar-samar dari balik kelambu, sosok bayi yang tertidur pulas dengan di bedong warna biru muda. Tidurnya sangat lelap, walaupun sedari tadi terdengar kebisingan sejak kedatangan bu Halimah dan Amel.
Sebelum sampai bu Halimah meraih kelambu yang menghalangi pandangannya dengan cucu barunya, Yuanita keluar dari kamarnya.
"Ibu, Amel." Sapanya dengan muka masam dan wajahnya nampak sembab. Seperti terlalu lama menangis.
"Nita... alhamdulillah, kamu sehat bersama anak mu. Banyak-banyak istirahat ya, Nita. Biar kondisi tubuhmu lebih segar kembali." Ucap bu Halimah ketika berhadapan dengan menantunya.
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomansaSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...