BAB 61. TERCAPAI

779 35 4
                                    

Seperti janji Anton pada Yuanita, lelaki yang sudah menaruh perhatian khusus pada wanita muda cantik jelita nan bahenol itu, kini menepati janjinya.

Setelah jam kerja usai, Anton tak pulang ke rumahnya untuk berkumpul kembali dengan anak, istri serta keluarganya. Tapi ia lebih memilih datang ke apartemen Yuanita, sekretaris baru sang direktur.

Dengan percaya diri, lelaki yang memang terbilang ganteng dan awet muda itu memarkirkan sepeda motornya. Lalu berhenti sejenak untuk menelpon sang pujaan hati.

(Halo, kamu sudah di apartemen kan sekarang?) tanya Anton.

(Iya, Mas. Langsung naik aja, udah tahu kan nomornya?) ucap Yuanita.

(Oke deh, Sayang) jawab Anton, lalu segera menutup sambungan teleponnya.

Sesaat kemudian sampailah Anton di lantai tiga pintu nomer C12.

Ting tung...

'Itu pasti Mas Anton,' pikir Yuanita. Lalu ia segera melangkah mendekati pintu masuk dan membukanya.

Ceklek

"Hai, Mas Anton. Silahkan masuk, Mas!" Dengan senyum manisnya, Yuanita menyambut kedatangan lelaki ganteng itu.

Anton pun merasa senang, mendapat sambutan hangat dari wanita muda incarannya. Senyum khas lelaki playboy sudah disematkan pada sudut bibirnya. Tak henti-henti ia menatap tubuh sexy Yuanita yang berbalut deccy Overal tanpa d*l*man. Hingga menonjolkan beberapa area yang sedap di pandang mata oleh lelaki normal.

Sambil melangkah masuk, Anton memindai sekeliling ruang tamu yang nampak bersih dan tertata rapi. Dengan aroma harum bunga sakura menambah kenyamanan ruangan yang dominan warna cream itu.

"Duduk dulu, Mas. Mau kopi atau teh?" tanya Yuanita dengan ramah.

"Kopi saja," jawab Anton setelah meletakkan pantatnya di atas sofa panjang bernuansa abu. Lelaki itu segera melepas jaket hitam yang masih melekat ditubuhnya. Dan meletakkan di samping sofa yang didudukinya.

Tak berapa lama, Yuanita melangkah ke ruang tamu dengan membawa dua cangkir kopi dan sepiring brownis coklat sebagai suguhan untuk sang tamu.

"Silahkan, Mas. Biar nggak ngantuk." kata Yuanita mempersilahkan.

"Makasih Sayang. Kamu nih udah cantik, pinter buat kopi lagi. Enak sekali kopi buatanmu." Pujian Anton setelah menyeruput kopi hitam yang ada di meja.

"Apa kurang manis, Mas? Tadi sengaja tak kasih gula sedikit, karena aku nggak tau selera Mas Anton biasanya gimana?" tanya Yuanita.

"Hmm... sudah pas rasanya. Nggak usah terlalu manis, kan sudah ada kamu yang mewakili manisnya." Gombalan playboy mulai dilancarkan.

"iiih... Mas Anton bisa aja." Sahut wanita yang nampak memerah pipinya setelah mendengar sanjungan dari lelaki di depannya.

"Hmm... Ada yang marah nggak, kalo aku sering main ke sini?" tanya Anton.

"Nggak ada, Mas. Silahkan aja kalo mau main ke sini. Aku malah seneng ada yang nemenin, jadi nggak kesepian." Jawab Yuanita sambil tersenyum nakal ke arah Anton.

'Hmm... ini yang aku cari. Kayaknya Yuanita juga menaruh hati padaku. Dan dia terlihat lebih agresif daripada si lugu Dahlia.' Anton berbisik dalam hati.

'Mas Anton kupandang-pandang ganteng juga. Nggak kalah sama Yunan yang nggak asyik itu. Nampak sekali, lelaki di depanku ini menyukai ku.' Pikir Yuanita sambil melirik dan tersenyum manja ke arah Anton yang duduk disebelahnya.

"Aku mau ke toilet bentar, Nita." kata Anton.

"Ooo... Ada toilet luar dan dalam, Mas. Tapi toilet luar belum tak kasih pengharum. Silahkan ke toilet dalam aja ya, Mas." Sahut Yuanita sambil melangkah mendekati kamar pribadinya dan segera membuka pintu.

"Oke," jawab Anton singkat.

'Hmm... Kebetulan nih, aku sudah dipersilahkan masuk kamarnya. Kamu memang wanita yang tau situasi, Sayang.' Otak

ngeresnya kembali berbisik.

"Nita, bisa minta tolong! Pintu kamar mandi agak susah di buka nih. Kenapa ya?" teriak Anton memanggil Yuanita yang masih duduk di sofa.

"Masak sih susah di buka. Biasanya nggak ada masalah, Mas." Sahut wanita cantik bertubuh sexy itu sambil melangkah masuk ke kamar pribadinya dan mendekati pintu kamar mandi yang didalamnya ada Anton.

Ceklek

"Tuh... Mas Anton iiih... Mudah kan bukanya?" tanya Yuanita kesal tapi senang karena bisa berduaan dengan lelaki yang terlihat menjebaknya.

"Tadi susah lho, sekarang ada kamu jadi mudah buka pintunya." Goda Anton sambil menatap tajam wajah wanita berkulit putih dan berhidung mancung itu.

"Jangan-jangan, Mas Anton memang sengaja ya, mau tak temenin. Dasar kamu nakal, Mas." Lalu muka Yuanita tiba-tiba berubah masam, ia pura-pura marah dan kesal atas perlakuan Anton padanya. Padahal dalam hatinya sedang berbunga-bunga.

Lalu Yuanita membalikkan badan dan siap melangkah menjauh dari Anton. Tapi, tiba-tiba Anton menahannya dan segera memeluk tubuh Yuanita dari belakang.

"Aku sayang kamu, Nita." Bisik lelaki playboy itu di samping telinga kanan Yuanita yang menghentikan langkahnya, setelah merasakan tubuhnya di dekap erat oleh Anton dari belakang.

Dua insan yang sudah di landa hausnya cinta, tak membiarkan waktu berlalu begitu saja. Baik Anton maupun Yuanita bak gayung bersambut. Bisikan hangat di telinganya, mendapat respon yang sangat baik dari sang wanita.

Tak banyak kata yang terucap dari bibir keduanya, hanya bahasa tubuh yg dominan mereka tunjukkan.

Anton sudah melupakan anak dan istrinya, ia melancarkan serangan yang makin gencar pada wanita yang juga siap melayaninya dengan hangat.

"Aku juga sayang kamu, Mas Anton." Ucap Yuanita manja dan membalikkan badannya kembali. Kini dua insan itu saling berhadapan dan bertatapan mesra.

Yuanita menikmati ciuman hangat bibir Anton yang sudah mendarat dengan mulus. Lambat laun suasana makin panas, hingga Anton memilih menggendong tubuh Yuanita ala bridal style, lalu meletakkan pelan-pelan tubuh sexy wanita cantik itu ke atas kasur yang bernuansa putih.

Tanpa aba-aba, Anton melepas baju dan celananya di depan Yuanita dengan tatapan nafsu. Lalu pelan-pelan Yuanita tersenyum nakal, memberi reaksi yang sama. Ia menanggalkan deccy overal yang melekat di tubuhnya. Kini keduanya nyaris tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya.

Dan getaran dada Yuanita tak bisa terkendali lagi, ia sangat menikmati suasana panas di kamar pribadinya bersama lelaki yang baru pertama main ke apartemennya.

Anton pun tak menyangka, begitu mudahnya ia mendapatkan tubuh wanita muda sexy yang selama ini telah diincarnya.

Tiba-tiba telepon yang ada di nakas berdering, ponsel milik Anton tergeletak di sana. Tapi keduanya tak menghiraukan gangguan yang tak diharapkan keduanya.

D*s*h*n kedua manusia beda kelam*n ini menyibak keheningan di kamar itu. Pelepasan hasrat birahi telah berhasil dilewati dengan mulus tanpa hambatan.

Kini Yuanita menyandarkan tubuhnya di atas dada bidang milik Anton yang masih menghela napas panjang setelah berolahraga. Keringat masih membasahi tubuh lelaki ganteng yang sengaja memeluknya dengan erat.

Anton dan Yuanita merasakan kepuasan yang sama. Senyum di bibir keduanya mewarnai kehangatan dan kemesraan di atas ranjang.

'Hmm... ternyata Yuanita sudah nggak perawan. Tapi tak apalah, yang penting aku bisa sering main kesini dan dia wanita yang sangat agresif. Aku suka." Ucap Anton dalam hati sambil memandang wajah Yuanita yang masih bersandar di dadanya.

"Mas Anton memang laki-laki yang aku cari selama ini. Selain ganteng, ternyata kamu sangat mengerti apa yang ku mau. Aku makin sayang kamu, Mas." Bisik Yuanita dengan mendongakkan sedikit kepalanya hingga keduanya saling berpagutan.

Kalau nafsu yang jadi prioritas, maka akal sehat dan hati nurani bisa dikalahkan. Segala macam cara akan dikerahkan demi tercapainya tujuan. Seolah yang dilakukannya sudah benar dan tidak menyalahi aturan.

***

BERSAMBUNG... 

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang